Assalamualaikum sahabat…
Oke sekarang cerita part terakhir dari kisah perjalan saya ke
Eropa tahun lalu. Moga-moga ga bosen ya… hehehe… :p
Itali
Nah… Sebenarnya negara Itali bukanlah menjadi negara
on-the-list yang akan dikunjungi. Pada mulanya, kami berniat mengunjungi Paris,
Perancis. Tapi sayangnya, orang Indonesia yang tinggal di Paris tidak
memberikan respon saat kami hubungi. Bukannya apa-apa… Papah ingin sekali
setiap mengunjungi negara, ada ilmu yang beliau sampaikan, jadi bukan hanya
sekedar jalan-jalan mengelilingi tempat baru. Jalan-jalan kata beliau adalah
bonus.
Dan ternyata, saat kami di Brussels, pihak KBRI Roma yang
mengetahui kedatangan Papah ke Eropa langsung mengundang kami untuk mengunjungi
Roma. Kebetulan, atase pertanian RI di Roma, Bapak Hanief (saya memanggilnya Om
Hanief), adalah murid papah dulu. Subhanallah… Ini kesempatan yang baik sekali.
Paris gak jadi, tapi Allah menggantinya dengan Roma… Whuaaa so wonderful.
Perjalanan ke Italia ditempuh dengan menggunakan pesawat
terbang sekitar 1 jam perjalanan. Kami diantar Bu Emma ke bandara. Dalam
perjalanan ke bandara dari Rotterdam, Bu Emma menyempatkan diri dulu membeli
tempe untuk oleh-oleh ke Roma. Kata beliau, tempe menjadi makanan mahal di
sana, karena tidak ada menjual tempe. Dan biasanya orang-orang Indonesia senang
jika dibelikan tempe dari Belanda. Whuaaa udah jauh-jauh ke Eropa, eh yang
dicarinya tempe juga. Itulah lidah kita. Hehehehe…
Tiba di Roma kami disambut oleh Om Hanief. Kami pun diajak
makan siang di sebuah restoran seafood di pinggir pantai. Ternyata, jadwal buka
restoran di Roma adalah jam makan siang sekitar 2 jam, kemudian mereka tutup,
dan buka kembali menjelang malam. Jadi, mereka hanya menyediakan makan siang
dan makan malam. Saya pun memesan pasta seafood. Kan Itali terkenal dengan
pastanya. Makanya saya pun memesan pastadi sana. Nom nom.. Enak lho :D
Saat makan siang, Om Hanief bercerita sedikit tentang Roma. Beliau takjub
karena ada surat dalam Al-Quran yang menceritakan khusus tentang bangsa Romawi,
yaitu QS Ar-Rum.
Pemandangan di Roma
Pasta Seafood Makan Siangku :D
Tidak seperti di tiga negara lainnya yang cenderung dingin,
cuaca di Roma kala itu cukup panas, samalah seperti di Bogor. Jadi, memang
waktu yang tepat untuk berkeliling kota Roma. Yeayy :D Oia.. ada satu hal
menarik saat saya pertama kali ke Roma. Ruas jalan di pusat Roma itu relatif kecil,
pun dengan tempat parkirnya. Jadi, mobil di sana mayoritas mobil yang super
kecil, dengan kapasitas dua orang aja (two seaters).
The most common car I saw in Rome
Namun pada hari pertama, kami ‘hanya’ bersilaturahim dengan
pihak KBRI dan di sana pun Papah mengisi ceramah. Sambutan pihak KBRI sana pun
luar biasa. Pertanyaan demi pertanyaan pun digulirkan. Diskusi pun berjalan
dengan hidup. Di KBRI pun saya bertemu dengan teman tante saya yang tinggal di
Qatar. What a small world. Hehehe…
Malam harinya, kami pun mengunjungi restoran yang cukup terkenal di Roma. Enak
lho… Alhamdulillah. Kami bermalam di wisma KBRI. Ternyata beberapa hari
sebelumnya, KBRI Roma kedatangan Mbak Asma Nadia (penulis) dan ibunya, dan
mereka pun menginap di kamar yang kami tempati. Suasananya benar-benar klasik
di sana. Bahkan, lift yang ada di KBRI adalah lift kuno, yang seperti ada di
film-film zaman penjajahan. Hehehehe…
Mengisi tausyiah di KBRI (Om Hanief yang sedang duduk)
Sesi Tanya Jawab
Bersama para pejabat di KBRI Roma
The adventure begun the
next day.
Kami berkeliling kota Roma diantar oleh istri Om Hanief, yaitu Bu Retno. Satu hal yang saya kagumi dari
kota Roma adalah mereka benar-benar menjaga keaslian peninggalan para
pendahulunya. Betapa museum benar-benar dijaga sekali keindahan dan
keasliannya. Di sana kami mengunjungi beberapa museum, gereja yang dijadikan
museum juga, dan beberapa monument bersejarah lainnya. Meskipun saya gak
terlalu ahli dalam persejarahan, baik nasional dan internasional, jadi ya saya
hanya menikmati saja apa yang saya kunjungi. Oiya… saya juga ke kolam koin yang
dipercaya jika kita melempar koin, maka kita akan kembali ke tempat tersebut
bersama dengan yang kita cintai. Hehehehehe saya sih gak ikutan lempar koin.
Salah satu patung di Roma
Belakang kami adalah "Kolam Koin"
Nah… Kami pun menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu
keajaiban dunia, yaitu Colloseum. Hanya saja,, kami gak sempat memasuki
Colloseum tersebut karena khawatir gak bisa mengejar penerbangan kami kembali
ke Belanda. Maklum, karena terbatasnya waktu, hanya 2 hari satu malam kami
berada di Roma. Tapi saya takjub melihat bangunan luar biasa itu, raksasa.
Kebayang film-film berlatarkan colloseum gitu deh jadinya..
Para turis yang antri memasuki Colloseum
Kaya di Kartu Pos :p
Selain ke Colloseum, kami pun mengunjungi negara lain, sebuah
negara terkecil di dunia, yaitu Vatikan. Vatikan itu letaknya di dalam kota
Roma. Luasnya bisa dilihat dengan jarak mata memandang. Tapi saya pun hanya
melihat di luarannya saja, tidak sampai masuk ke dalam. Hanya di pelatarannya
saja. Yang penting tau Vatikan itu seperti apa.
Para turis yang memasuki Gereja Vatikan
Pernak-pernik yang dijual di sekitar Vatikan
Setelah puas berkeliling, akhirnya sebelum ke Bandara, kami
pun kembali ke KBRI Roma untuk berpamitan kepada para pejabat di sana.
Alhamdulillah sambutan dan tanggapan mereka luar biasa baik. Kami berharap
semoga ada kesempatan untuk bersilaturahmi lagi di lain waktu. Ucapan terima kasih pun kami sampaikan kepada pihak KBRI Roma yang telah mengundang kami, terutama pada Om Hanief dan juga Ibu Retno yang setia menemani kami keliling kota Roma :D Semoga Allah yang membalas kebaikan mereka :')
Om Hanief, Papah, Mamah, dan Ibu Retno
Epilog
Nah… Begitulah kisah perjalanan saya selama 10 hari 9 malam
di Eropa. Alhamdulillah, saya benar-benar bersyukur atas kesempatan yang Allah
berikan. Selama perjalanan, yang saya ingat adalah bahwa bumi belahan manapun
adalah ciptaan Allah. Di setiap tempat yang saya masuki, saya melihat kebesaran
Allah. Semakin merasa dan menyadari bahwa saya itu kecil. Tiada apa-apanya
tanpa-Nya. Maka wajarlah jika Allah amat membenci manusia yang sombong. Siapa
kita? Apa yang bisa kita angkuhkan? Apa yang bisa kita bangga-banggakan di
hadapan-Nya? Dialah Sang Pemilik segala. Dialah Sang Pencipta. Everything belongs to Him. Saya pun
terus mengevaluasi hati saya. Masihkah ada benih kesombongan yang bersemayam?
Meski hanya sebesar biji zarrah pun, tidak layak hati ini tuk merasa hebat
apalagi sombong.
Wallahu’alam bi ash shawwab.
Terima kasih sahabat sudah menyempatkan membaca :D
No comments:
Post a Comment