Wednesday, 18 July 2012

Do more. Action more. Less complain.

Assalamualaikum sahabat...


Entahlah, saya melihat sekarang ini banyak kecenderungan kebanyakan dari kita (termasuk saya), seringkali complain, mengeluh, kritik sana, kritik sini...
Oke... kritik yang membangun bagi saya sangat dibutuhkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Tanpa adanya kritik, masukan, atau saran, maka perubahan ke arah yang lebih baik mungkin akan susah untuk direalisasikan...


Tapi...
Kalau yang saya liat, kok ya tendensinya, orang lebih suka untuk mengkritik sampai ke tahap menjelek-jelekkan. Hmm... Lalu saya berpikir, tipe orang seperti ini apakah sudah memiliki karya nyata bagi orang lain? Atau membagikan ilmu bermanfaat bagi sesama?


Saya pun berpikir, jangan-jangan saya juga tipe orang yang seperti ini. Bisanya hanya mengeluh, mengkritik, tanpa memiliki solusi yang nyata atas kesalahan yang dilakukan orang lain tersebut.


When we want to point on someone's nose, let's take a look a mirror first.
Are we good enough to do such things?
What have we done for our society?
What contribution have we given for others?


Kita seringkali mengkritik kebijakan pemerintah. Tentang pendidikan, misalnya.
Lalu apakah kita siap menjadi bagian dari perbaikan pendidikan tersebut?
Seperti teman-teman dari Pengajar Muda yang bersedia dikirim ke daerah pelosok untuk memberikan tenaga, pikiran, bahkan hatinya untuk mendidik adik-adik kita di daerah terpencil tersebut. Saya salut pada mereka...


Lalu kita mengeluh macet. Sementara kita masih duduk enak di dalam mobil ber-AC. Mengutuk sana, mengutuk sini... Mengutuk pemerintah gak becus urusi masalah kemacetan.


Lalu masalah banjir, lingkungan yang kotor, global warming... Kita pun protes seprotes-protesnya. Lalu apakah kita sudah buang sampah pada tempatnya? Saat melihat sampah di hadapan kita, apakah kita rela mengambilnya lalu kita letakkan sampah tersebut di tong sampah? Lalu banyak sebagian dari kita yang masih juga merokok. Menambah beban kerusakan lingkungan.


Kita pun mengutuk masalah kemiskinan. Sementara kita pun saat diminta untuk berinfak, mengeluarkan sebagian harta kita untuk orang-orang yang tidak mampu, kita masih berpikir lama. Atau saat melihat orang infaknya banyak, malah kita sebut "dia mah riya sih..." sementara kita sendiri ngasih uang Rp 100rb ke keropak masjid aja jarang-jarang... Atau bahkan mungkin belum pernah...


Kita benci korupsi. Ya... Saya juga benci korupsi. Benci banget.
Lalu bagaimana kita dalam menghargai waktu? Sudahkan kita menjadi pribadi disiplin?
Saat ujian, apakah masih menyontek? Kerja sama dengan teman yang lain padahal jelas-jelas itu dilarang? Bukankah kejahatan yang besar berawal dari kejahatan kecil yang kita biasakan dan anggap sepele?


Kita kritik orang-orang. 
Tapi... apakah nama orang yang kita kritik tersebut selalu kita ucapkan dalam doa-doa kita?
Apakah kita sudah menyalurkan kritikan kita secara bijaksana, yang memang tujuannya untuk berkontribusi pada kebaikan?


Jangan-jangan kita termasuk orang-orang yang hanya bermulut besar, beraksi kecil.
Tukang mengeluh, tanpa mau terlibat dalam memberikan solusi.


Therefore, in my humble opinion, let's lessen our complain, and at the same time increase our real action.
When we complain something towards people, do it in a proper manner.
Make sure what we do is intended for the sake of improvement, for the sake of Allah...
It is very easy to complain, but successful person will not do such way. Their act and contribution is louder than their talk.
Start it with ourselves, from the small things, and from now on...


*muhasabah diri sendiri menjelang Ramadhan*



No comments:

Post a Comment