Thursday 22 October 2015

"Da aku mah apa atuh..."

"Da aku mah apa atuh..."

Suka ga ngomong gt? Salah satu kalimat yg sempet hits beberapa waktu yang lalu. Biar lebih dramatis, ditambah kata-katanya jadi: "Da aku mah apa atuh.. Cuma bubuk rengginang di kaleng Kong Guan." Nunjukin ngenes banget gitu...

Hehehe dulu saya juga ikut-ikutan ngomong gitu. Kalau lihat orang yang memiliki berbagai macam kelebihan, keunggulan dan fortunate lainnya yang belum kita miliki, langsung deh bilang, "Da aku mah apa atuh dibanding dia.. Cuma remahan kerupuk di piring ketoprak.." Minimal di dalam hati. Hehehe...

Tapi tapi...
Suatu saat saya buka-buka catatan materi kajian yang pernah saya ikuti dulu.. Jadi saya membiasakan setiap ikut kajian, selalu mencatat biar ada oleh-oleh. Karena manusia kecenderungannya mudah lupa. Nah untuk mengikat ilmu tersebut biasanya saya selalu mencatat deh. Hehehe...

Nah... Saya membuka catatan lama saya. Di situ berjudul "Peran Seorang Muslimah".
Pemateri saat itu menjelaskan bahwa saat seorang muslimah dilahirkan, paling tidak dia (lanngsung dan akan) mengemban berbagai posisi penting. Peran yang serius. Wuihhh sereeemm... Hehehe...Nah apa aja itu?

Pertama, yang paling utama, seorang muslimah mengemban amanah sebagai seorang hamba Allah SWT.
Tugas kita dilahirkan ke dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ini sesuai dalam QS. Adz-Zariyat ayat 56 yang berbunyi, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Sama juga di dalam QS Al-Baqarah ayat 21 dimana Allah SWT berfirman, “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa."

Nah jelas banget kan di kedua ayat tersebut bahwa tujuan kita diciptakan-Nya adalah untuk mengabdikan diri kita kepada Allah. Bahkan Allah SWT memberikan tanggung jawab yang sangat besar yaitu dengan menjadikan manusia sebagai khalifah atau pemimpin di dunia ini. Hal ini sesuai dengan QS Al-Baqarah ayat 30. Sok atuh dibuka Al-Qurannya :)

Jadi hidup kita di dunia ini sudah Allah tentukan peran asasinya. Bahwa kita harus senantiasa beraktivitas dalam rangka beribadah kepadanya, baik ibadah dalam arti khusus (kaya shalat, puasa, membaca Al-Quran, bayar zakat, haji, dll), juga ibadah yang sifatnya umum alias luas (misalnya mulai dari tidur, makan, mandi, belajar, bekerja, dll). Semuaaaaaanyaaaaa *sengaja a-nya dibanyakin* kita lakukan dalam rangka beribadah kepada-Nya. Makanya sikap-sikap seperti ikhlas, sabar, syukur, selalu merasa diawasi-Nya, dan senantiasa memperbaharui niat dan taubat mesti kita tanamkan. Tapi kan susaaaahhhhhhhh *sengaja a dan h-nya juga dibanyakin :D*.. Iya emang susah. Tapi Allah SWT akan menilai usaha kita, proses kita, kesungguhan kita... Jadi meski susah, yuk tetap semangat! :)

Kedua, seorang muslimah memiliki kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Allah SWT kan sudah memberikan bekal kepada kita dalam bentuk fisik kita, akal kita, dan hati kita. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kenapa kedudukan kita lebih baik daripada malaikat sekalipun yang notabene-nya selalu patuh sama Allah, karena kita dilimpahi akal, hati, serta hawa nafsu. Ketiga komponen tersebut jika dapat kita maksimalkan potensinya maka akan memberikan dampak yang luar biasa... Warbiyasak kalau istilah jaman sekarang mah :D

Terhadap tubuh kita, kita berkewajiban menjaga kesehatan, kecantikan *uhuk-uhuk*, juga menjaga dari hal-hal yang sia-sia. Yang sia-sia aja mesti dihindari, apalagi yang dilarang sama Allah. Lalu terhadap akal kita, kita wajib mengisinya dengan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu agama, maupun ilmu lainnya seperti ilmu ekonomi.. *Hidup Ilmu Ekonomi!! :D* Hehehe ilmu lain juga penting yah. Bahkan saking pentingnya ilmu ini, dalam QS Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kita semua. Maka ada ungkapan, "Kejarlah ilmu hingga liang lahat.." benar adanya. Artinya selama nyawa kita masih ada, ga ada kata terlambat untuk belajar. Never too old to learn. Apapun itu. Mau ilmu formal ataupun nonformal, selama bermanfaat maka silahkan dikejar :) Oiyaa bahkan kemarin di kampus saya ada seorang mahasiswa master yang lulus berusia 70 tahun... MasyaAllah.. Hebat banget kan.. :') Lalu terhadap hati kita, kita wajib mengisinya dengan banyak-banyak mengingat Allah baik secara lisan, pikiran, dan perbuatan. Selain itu perbanyak membaca Al-Quran serta menjauhi maksiat juga merupakan cara kita dalam menjaga hati kita.. "Ingatlah Allah, maka hati akan menjadi menjadi tenang.." itu janji Allah di dalam QS Ar-Ra'du ayat 28. Juga pentingnya mengingat Allah dapat dilihat di dalam QS Az-Zumar ayat 22 dan Al-Insan ayat 25. Sok atuh dibuka :)

Ketiga, kewajiban muslimah lainnya adalah kepada kedua orang tua kita.
Yup ini penting banget. Setelah saya punya Afifa, saya baru paham kenapa ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua kita. Karena bagi orang tua, anak ibarat pusat perhatian dan pertimbangan utama di dalam hidup mereka. Betapa orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya, meski seringkali anaknya melukai hati mereka :'( *jadi melow*

Maka terhadap mereka, kita wajib berbakti, dengan mempersembahkan sebaik-baiknya bakti. Jika orang tua kita masih ada, maka inilah ladang amal syurga kita. InsyaAllah balasannya tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Aamiin... :) Selain itu, mendoakan mereka di setiap kesempatan pun salah satu cara bakti kita kepada mereka. Maka minimal setiap habis shalat, kita wajib mendoakan mereka, "Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Serta sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktuku kecil." Kalau yang sudah memiliki penghasilan, sisihkan yang utama pertama kali untuk orang tua kita. It's not about how much we give them, because we never be able to pay their sacrifice, but it is about our attention towards them. Yakin deh justru rezeki kita akan berkah kalau kita berikan kepada orang tua kita. Bukankah di dalam QS. Al-baqarah ayat 215, Allah SWT menjelaskan bahwa infaq yang paling utama adalah kepada keluarga, termasuk kepada kedua orang tua kita.

Bagi yang orang tuanya sudah tidak ada, maka kewajiban kita adalah mendoakan.. Mendokan dengan sebaik-baiknya doa. Karena semua amalan seseorang akan terputus jika sudah meninggal, kecuali tiga hal, salah satunya adalah doa anak sholeh. Maka, jangan pernah lelah untuk mendoakan mereka, insyaAllah doa kita akan sampai kepada mereka. Selain doa, cara kita berbakti adalah dengan melanjutkan kebiasaan baik orang tua kita selama kita hidup. Mudah-mudahan, amal sholeh yang kita lakukan karena didikan dan contoh dari orang tua kita, akan memberatkan amal timbangan mereka di sisi Allah SWT. Aamiin...

Keempat, kewajiban kita terhadap suami. *uhuk uhuk :)))*
Jadi memang perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling melengkapi. Saat ijab kabul terucap, lepaslah tanggung jawab seorang ayah terhadap anak perempuannya. Dalam waktu bersamaan, sang suamilah yang menanggung beban berat tersebut. Makanya kenapa di dalam Al-Quran, menikah disebut juga sebagai "mitsaqon gholidzo" alias ikatan yang kuat. Ini bukan semata-mata tentang status. Seorang perempuan menjadi istri, dan laki-laki menjadi seorang suami. Tetapi jauh lebih dari itu. Pernikahan merupakan ikatan yang teramat kuat karena tidak hanya untuk di dunia tetapi juga menentukan kelak bagaimana posisi kita di akhirat.

Bagaimana tidak. Di dalam hadist Ibnu Hibban, Rasulullah SAW  menjelaskan bahwa syarat seorang wanita masuk syurga "hanya" empat. Dan keempatnya mesti dilakukan secara bersamaan, tidak boleh ditinggalkan salah satunya. Pertama, melakukan shalat wajib (cuma yang wajib aja bisa masuk syurga, apalagi ditambah shalat sunnah coba :D). Kedua, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan (apalagi ditambah shaum sunnah kaya shaum Senin-Kamis, ayyamul bidh, dll). Ketiga, menjaga pergaulan (betapa pentingnya seorang perempuan menjaga akhlaknya). Keempat, taat dan patuh kepada suami dalam rangka menjalankan kepatuhan kepada Allah SWT.
Justru yang nomor empat yang susah.. #eh :D *becanda (sengaja di italic, bold, dan underline) :D

Jadi, seorang istri berkewajiban untuk mematuhi perintah suaminya selama sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, seorang istri pun berkewajiban untuk menyenagkan hati suami serta tidak melakukan apa yang dibencinya, selama (lagi-lagi) sesuai dengan apa yang Allah ridhai. Menjadi istri shalihah adalah salah satu hal yang utama yang dapat kita jadikan sebagai ladang amal soleh kita. Aamiin... Apalagi Rasulullah SAW bersabda, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang  salehah." (HR. Muslim, Nasa’I dan Ahmad). Masya Allah... Betapa indahnya kita dalam pandangan agama jika dapat menjadi seorang istri shalihah :') *langsung mamet sama suami*

Bagi yang belum menikah, saya doakan segera bertemu jodoh terbaiknya di dunia dan akhirat. Aamiin :)

Kelima, peran seorang Muslimah terhadap anak.
Menjadi seorang ibu adalah sebuah anugerah sekaligus ujian sepanjang hidup kita. Anugerah jelas karena keberadaan anak dapat membuat hati kita merasa tenang dan bahagia, apalagi jika anak-anak kita menjadi anak-anak yang soleh dan shalihah. Aamiin..

Sekaligus menjadi ujian adalah terkait bagaimana kita menjaga dan mendidik anak-anak kita. Perlu kesabaran dan keluasan hati yang luar biasa selama proses tersebut. And it lasts until we die. Ga ada yang namanya pekerjaan sebagai seorang ibu itu pensiun. Menjadi seorang ibu adalah pekerjaan seumur hidup, meski tentunya dalam konteks dan kontribusi yang berbeda tergantung usia dan kondisi anak kita.

Iman tidak dapat diwarisi. Karenanya, perlu usaha dan kerja keras untuk membentuk kepribadian anak-anak kita agar sesuai dengan apa yang Allah SWT ridhoi. Maka asupan dan input agama dalam mendidik anak adalah ilmu yang sangat penting. Lebih spesifik lagi, peran muslimah adalah sebagai madrasah pertama bagi anak-anak kita. Mulia banget kan :') Tapi tentunya peran tersebut harus dilakukan secara harmonis dengan suami. Jika ibu adalah madrasah pertama bagi anak, maka bapak adalah kepala sekolah dari madrasah tersebut. Keduanya memiliki peran yang teramat penting :D Bismillah semoga saya dan suami dapat menjadi orang tua terbaik bagi anak(-anak) kami. Aamiin...

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Bagi yang menikah tetapi belum memiliki anak, saya doakan semoga Allah SWT menganugerahi keturunan yang soleh dan shalihah. Aamiin :)

Terakhir, seorang muslimah memiliki peran terhadap masyarakat.
Seorang muslimah harus berperan di dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi pribadi yang senantiasa menebarkan manfaat, menjadi pelopor dalam kebaikan dan amal sholeh, aktif berpartisipasi dalam kegiatan dakwah, memberi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.



Nah...
Jadi....

*Cape abis nulis panjang :D

Kalau kita ada niat mau ngomong, "Da aku mah apa atuhlah cumaaa....."
STOOPPPPPP!! *tiup peluit punya abang tukang parkir*
Inget lagi tentang peran yang sudah Allah amanahkan .

Kita adalah hamba-Nya, yang (insyaAllah) dicintai-Nya.
Yang telah diciptakan-Nya dengan maksud dan tujuan yang sangat besar. Menjadi pemimpin di alam raya ini. Diamanahkan untuk memanfaatkan dunia dan segala isinya dalam rangka beribadah kepada-Nya.

Kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Yang telah Allah berikan begitu banyak potensi baik fisik, akal, dan pikiran. Yang membuat kita paling spesial di antara makhluk lainnya. Inget: Yang paling spesial kaya martabak manis coklat keju di air mancur.. *apadeh ini lagi laper*

Kita adalah anak dari orang tua kita. Yang dapat memberikan hadiah syurga bagi orang tua kita kelak jika kita dapat menjadi anak-anak yang soleh dan solehah. We mean the world to them. Kita adalah alasan kenapa Ayah kita rela berpeluh untuk mencari rezeki halal. Kita adalah alasan mengapa ibu kita rela manahan sakit untuk melahirkan kita. We are the reasons why they can sacrifice that much.

Kita adalah seorang istri yang dapat menyejukkan hati suami kita. Menjadi pelengkap agama suami kita. Kita memiliki pengaruh besar bagaimana suami kita berakhlak, mencari rezeki, dan memiliki peran di masyarakat.

Kita adalah ibu dari anak-anak kita. Kita adalah pendidik pertama bagi mereka. Bagaimana anak-anak kita kelak, sangat tergantung bagaimana kita mendidik mereka. Doa kita adalah mustajab buat mereka. Allah sendiri yang menjamin hal tersebut.

Dan kita adalah bagian dari masyarakat. Masyarakat dari yang terkecil hingga level internasional.
Kita harus berkontribusi dengan apa yang kita miliki. Manfaat kita ditunggu untuk menghasilkan masyarakat madani.

See?
We are not nobody. Because we are somebody to many people, even to our Creator.

"Da aku mah apa atuh.. Cuma bubuk rengginang di kaleng Kong Guan." 
BUKAN. Kita adalah rengginangnya. Rengginang yang enak, apalagi kalau di makan pas lebaran... Kalaupun ada bubuknya menunjukan bahwa rengginang tsb sudah berkontribusi dalam perut manusia.. *analogi yang aneh :D

"Da aku mah apa atuh dibanding dia.. Cuma remahan kerupuk di piring ketoprak.."
 BUKAN. Kita adalah kerupuk yang kriuk, kalau pun jadi remahan menunjukkan eksistensi kekrispian dari kerupuk tsb. Lagian kalau ga ada kerupuk, ketoprak jadi ga enak.. *analogi yang makin aneh. Ketauan kalo lagi laper :p

Hehehe...
Pada intinya, saya sedang menasihati kepada diri saya sendiri untuk terus bersyukur dan terus berusaha amanah di dalam menjalankan peran di dunia ini. InsyaAllah...

"Da aku mah apa atuh..."
Sok pikirin lagi sebelum mau bilang itu :D