Saturday 29 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 12

Gak terasa kita sudah berada di penghujung periode pelaporan progress kemandirian anak dengan memilih beberapa skills tertentu. Namun sejujurnya, upaya pelatihan ini tidak bisa berhenti sampai disini saja. Saya dan suami harus konsisten di dalam melatih kemandirian Afifa agar ia bisa menjadi seseorang yang mau berusaha, percaya pada kemampuannya sendiri, serta tidak mudah putus asa.

Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai jika saya tidak memberikan kepercayaan kepada Afifa bahwa ia juga bisa. Bahwa Afifa harus saya encourage agar dia tidak mudah berputus asa jika harus mulai melakukan beberapa skills tanpa mendapatkan bantuan dari saya atau suami selaku orang tuanya.

Alhamdulillah progress yang cukup baik dari Toilet Training yang telah saya lakukan selama seminggu terakhir, meski memang fokus utama masih tentang BAB Afifa. Dari situ dulu kami memulai. Dan alhamdulillah sekarang Afifa sudah bisa bilang "Mah Afifa mau e*k.." dan dengan senang hati ia bisa diajak ke toilet dan mulai nyaman duduk di atas booster seat yang sengaja kami letakkan di atas toilet duduk kami.

Pun Afifa sudah bisa mengetahui saat dia masih ingin atau sudah selesai. Dia akan bilang, "belum mah.." atau "udah mah..". Itu sudah menjadi progress sangat berharga mengingat awal-awal toilet training saya sendiri yang harus cek apakah ia sudah selesai ataukah belum.

InsyaAllah akan saya lanjutkan pada toilet training BAK. Doakan sukses yaa :")

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Thursday 27 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 11

Selama dua hari terakhir ini alhamdulillah konsistensi Afifa untuk melaksanakan BAB di toilet berjalan lancar. 

Tapi terkadang dia masih keukeuh untuk tetap melaksanakannya di diaper. 
Disinilah saya dan suami harus bisa bernegosiasi dengannya.

A: "Afifa ga mau ke toilet."
P: "Kalau engga di toilet nanti susah keluar, kaya yang waktu itu lho.." (kemudian suami menceritakan kisah Afifa saat kesusahan BAB di diaper)
M: "Kata di buku Afifa, kalau anak yang sudah lebih dari 2 tahun BAB dan pipisnya di toilet. Yang di diaper adek bayi aja.."
A: "Oh iya.. si XYZ ya mah?" (Menyebutkan salah 1 nama temannya yang lebih kecil darinya).
M: "Iya.."
A: "Yuk.." (mengajak ke toilet)
Sukses πŸ˜‚

Nah memang yang belum sukses adalah TT pipis nih. Afifa baru bilang setelah dia melaksanakan hajatnya. Harus diperbaiki lagi. Semangaaaat..

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Tuesday 25 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 10

Sepulang dari daycare sekitar pukul 6.30 sore, satu jam menjelang Maghrib (karena kami pergi membawa Afifa ke indoor playground dulu sebelum pulang), saya langsung berinisiatif untuk membawa Afifa ke kamar mandi. Karena biasanya jam segitu adalah jadwal biologis BAB Afifa. Ditunggu sekitar 10 menit tapi tak kunjung jua ia melaksanakan hajatnya, hanya BAK saja. 

A: "Mah udah, Afifa udah selesai."

Ternyata dia gak mau BAB. Ya sudah saya lanjut mandikan dia meski sebenarnya sudah mandi sore di daycare. Tapi karena ia mandi bola, gulang guling ke sana kemari saat di playground maka saya mandikan ia.

Sampai tulisan ini dibuat, Afifa belum lagi melaksanakan buang hajatnya. So far masih lancar.. 

Let us see tomorrow then :D

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Monday 24 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 9

Setelah melatih Afifa memakai kaos kaki yang pada akhirnya sukses di hari ke-8, saya memutuskan untuk beralih pada skill lain yang memang cukup urgent yaitu toilet training alias TT.

Sounding kepada Afifa terkait TT ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala sebenernya. Tapi saya belum punya cukup keberanian untuk memulainya. Pun dengan teori-teori serta sharing pengalaman para mahmud yang sudah sukses men-TT anaknya sudah saya dalami.

Tapi balik lagi ke diri saya yang belum 100 persen berani untuk benar-benar men-TT Afifa, padahal usianya sudah 2 tahun 7 bulan. Please don't judge me 😒

Ada tiga keresahan saya sebenarnya atas keterlambatan saya dalam 100 persen men-TT Afifa.

Pertama, terkait masalah kesehatan dan kebersihan. Bagaimana pun akan jauh lebih sehat dan bersih jika anak membuang hajatnya baik yang kecil maupun besar di toilet. Iya kan?

Kedua, terkait dengan pemakaian diapers alias pospak yang sangat-sangat tidak ramah lingkungan. I read some articles and videos regarding this and I feel so sinful when I still use plastics in many aspects of my life including diapers :"(

Ketiga, MAHAL :D :"(
Iya lah, dengan diapers isi 24 seharga RM32.90 alias sekitar Rp110ribu itu habis dalam 1 minggu. Jadi 1 bulan pengeluaran untuk membeli diapers aja udah hampir setengah juta. Coba kali setahun!! *keukeupin dompet πŸ˜‚

Tapi ya itu, melihat situasi saya sekarang memang agak susah untuk 100 persen men-TT Afifa, karena Senin-Jumat saya harus pergi ke kampus. Dan weekend pun jarang ada libur bagi saya karena pasti ada agenda di luar jadi Afifa pun saya ajak.. :"(

Tapi.. manusia gak boleh nyerah kan? Berdoa sama Allah, minta dibantu. Kemudian berikhtiar semampu yang bisa kita usahakan. 

Yang sudah saya lakukan selama ini adalah sebagai berikut:

1. Sounding melalui buku terkait TT. Afifa sangat suka jika saya bacakan buku tentang TT itu. 

2. Sounding lain pun dilakukan dengan memberi tau secara langsung bahwa sudah saatnya Afifa jika ingin buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) dilakukan di toilet. 

3. Sounding juga dilakukan dengan memperlihatkan kepadanya saat membuang BAB dia ke dalam toilet. I just want to show her that those poops belong to the toilet not the diapers πŸ˜‚πŸ˜…

4. Berusaha memulai TT. Jadi melihat kondisi saya saat ini, sepertinya saya akan membagi TT ini ke dalam beberapa tahap yaitu:
Pertama, saya berusaha konsisten untuk membantu Afifa BAB di toilet. Jika ini sudah konsisten dengan standard Afifa sudah tidak BAB di diaper, maka saya akan lanjut ke tahap berikutnya.
Kedua, memulai TT untuk BAK dengan cara tidak memakaikan diaper padanya serta konsisten mengajaknya ke toilet setiap jam. Jika praktek di rumah ini sukses maka lanjut ke tahap berikutnya.
Ketiga, tidak memakaikan diaper saat bepergian dekat. Jika sukses maka lanjut ke tahap berikutnya.
Keempat, tidak memakaikan diaper saat bepergian jauh. Selesai.

5. Doa, minta tolong sama Allah semoga dimudahkan. Aamiin..

Dan untuk tahapan TT yang sudah saya mulai sejak beberapa waktu terakhir ini adalah masih di tahap pertama yaitu konsisten membantu Afifa untuk BAB di toilet.

Alhamdulillah jam biologis BAB Afifa adalah waktu sore hari sehingga saya bisa menemaninya BAB di toilet. Sejak kemarin sore, saat melihat Afifa nampak ingin BAB dengan sigap saya buka bajunya dan saya posisikan hingga dia bisa nyaman melakukan hajatnya. Kemarin sore sukses.

Tapi sore hari ini, saya kecolongan. Kebetulan saya ada agenda berkunjung ke tetangga jam 6 sore. Eh ternyata Afifa mundur jam biologisnya. Saat saya bertamu, doi malah jongkok dan sempat BAB di diaper😭 Buru-buru saya pamit pulang dan begitu sampai di rumah, langsung saya posisikan dan Afifa pun melanjutkan melaksanakan hajatnya πŸ˜‚

Begitulah.. the journey is still going. Doain saya istiqamah dan ga mudah menyerah. Semoga Allah swt memudahkan proses ini. Aamiin..

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Sunday 23 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 8

Seringkali saya posting di berbagai akun social media yang saya miliki tentang pentingnya melibatkan Allah SWT di dalam berbagai hal, mulai dari hal kecil apalagi hal yang besar. Libatkan Allah di dalam segala hal, bahkan mungkin untuk hal-hal yang terlihat sepele. Tapi saking Allah Maha Segalanya, jangankan hal kecil, hal yang besar pun Dia memiliki solusinya. Jadi.. mintalah Kepada Allah SWT tentang apapun yang terkait di dalam kehidupan dunia akhirat kita. Kalau kita bukan meminta kepada Allah SWT, lalu ke siapa lagi? 

Padahal Allah SWT telah menjanjikan kepada hamba-Nya di di berbagai ayat suci serta hadist Qudsi bahwa, “Mintalah, niscaya akan Ku-kabulkan permintaanmu.”

Jadi ingat kisah seorang Tabi'in bernama Urwan bin Zubair yang pernah menegur seseorang yang tergesa di dalam shalatnya, kemudian ia berkata kepada orang tersebut kurang lebih seperti ini, "Tidakkah engkau membutuhkan Allah? Sungguh aku selalu meminta apapun kepada Allah ketika sedang shalat. Bahkan garam pun aku meminta kepada Allah.."

Luar biasa ya.. bahkan untuk urusan sekecil apapun, kita harus libatkan Allah. Apalah kita tanpa pertolongan-Nya.. semua yang ada di dalam diri kita, segala potensi, dan bahkan semua sel-sel dapat berfungsi dengan baik adalah karena kuasa-Nya. Iya kan?

Nah lalu apa hubungannya dengan ini semua Qor????

Hehehe.. iya ya kepanjangan saya membuat narasi pengantar awal :D
Jadi intinya setelah 7 kali secara konsisten meminta Afifa memakai kaos kakinya sendiri, dan belum sukses, saya kemudian seperti disadarkan.. Sebelum memulai ini semua, sudahkah saya memohon pertolongan kepada Allah agar dimudahkan oleh-Nya? 

Belum pernah.

Astaghfirullah.. mungkin itu satu kelalaian saya. Hari ini, tanggal 23 Juli 2017, sebelum saya mau mengerjakan shalat duha di penginapan di Azwen Resort, Hulu Langat (sebelum kami pulang ke Kuala Lumpur) saya ingat bahwa saya belum pernah sekalipun minta pertolongan kepada Allah SWT terkait hal ini: mengajarkan kemandirian memakai kaos kaki kepadanya. Terlalu sepelekah doa tersebut? Tidak. Tidak pernah ada doa yang sepele jika kita menyadari tentang betapa tidak berdayanya diri kita tanpa pertolongan Allah.

Saya sadar. Saya harus mengawali segala proses ini dengan meminta bantuan-Nya. Meminta bantuan kepada Dzat Yang Maha Menciptakan anak saya.

Setelah shalat, saya selipkan doa khusus agar Allah SWT menolong saya di dalam mengajarkan kemandirian pada Afifa. 

"Ya Allah.. bantu Afifa memakai kaos kakinya sendiri. Mudahkanlah prosesnya ya Allah.."

Dan saat saya mencoba meminta Afifa untuk memakai kaos kakinya sendiri, dengan menyemangatinya, alhamdulillah tidak ada sikap menyerah di awal darinya. Dia mau berusaha.

M: "Ayo semangat sayang Afifa pasti bisa. Kan kemarin sudah bisa pakai sebelah kaos kaki."
A: (Dia pun tersenyum kemudian berusaha)
M: "Ayo ayo semangat!!!"
A: finally she made it. It works for both feet!!! 

Alhamdulillah ya Rab.. terima kasih atas pertolongan-Mu..

Sepertinya tantangan melatih kemandirian memakai kaos kaki, sukses di dua kaki terjadi di hari ke-8. Semoga saya bisa istiqamah mendorong Afifa untuk memakai kaos kakinya sendiri. 

Jadi saya memutuskan bahwa untuk skill memakai kaos kaki, laporannya akan saya cukupkan sampai disini :") Tapi dalam prakteknya akan saya teruskan insyaAllah..

Bagaimana dengan esok hari? Skill kemandirian apa yang harus saya mulai konsisten ajarkan kepada Afifa?

Galaaaau.. karena saya sadar harusnya Toilet Training!! Tapi saya harus ke kampus untuk menulis disertasi saya sehingga Afifa harus saya titipkan di daycare. Bagaimana ini ya Allah? Aku sungguh galau 😭😭😭


#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Saturday 22 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 7

Tanggal 22 Juli 2017 agenda saya adalah kegiatan halaqah pagi harinya dan ba'da dzuhur kami diminta untuk menemani Papa menginap di Azwen Resort daerah Hulu Langat karena Papa Afifa beserta guru-guru lainnya ada agenda menemani para siswanya sebanyak 200 orang pada kegiatan motivation training dua hari satu malam. Guru yang mendampingin boleh membawa keluarganya menginap di tempat acara. Alhamdulillah jadi sekalian jalan-jalan refreshing bagi keluarga kecil kami.

Paginya sebelum berangkat setelah Afifa mandi, pakai baju dan sarapan, saya meminta Afifa memakai kaos kakinya. Progress sementara di hari ke-7 ini adalah dia masih belum bisa untuk memakai kaos kakinya sendiri. Jadi lagi-lagi setelah melakukan percakapan seperti hari-hari sebelumnya (kurang lebih), saya tetap membantunya memakaikan kaos kakinya.. 😭 hiks. Mungkin saya kurang fokus dan berdoa ya terkait hal ini. 

Tapi hal menarik justru saat di tempat acara, Kemandirian Afifa justru nampak saat dia makan malam. Karena Afifa sangat excited bertemu dengan teman barunya bernama Yusro (4 tahun), dia pun semangat makan sendiri saat melihat Yusro pun makan sendiri tanpa disuapin.

A: "Afifa makan sendiri ya mah. Mama sana ajaa.." 
M: "Iya tapi mama duduk dekat Afifa boleh?"
A: "boleh.."

Akhirnya Afifa makan lahap sendiri (meski masih acak-acakan) dengan menggunakan tangannya. Alhamdulillah..

PR tentang kaos kaki masih berlanjut. Saya deg2an sekali karena sudah hari ke-7 tapi progress belum terlalu signifikan.. 

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Friday 21 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 6

Masih tentang kaos kaki dan sepatu πŸ˜…πŸ˜… Hari Jumat tanggal 21 Juli 2017 saya memiliki agenda yang sangat full di luar kampus. 

Saya ada rapat jam 8.30 di daerah Kampung Baru sekitar 20 km dari kampus kemudian mengisi halaqah adik-adik pekerja kilang di daerah Sg Wei jam 12.00 siang. Awalnya saya mau mengajak Afifa, tapi saya berpikir khawatir Afifa malah makannya keteteran dan dia malah sakit jadi akhirnya saya memutuskan untuk mengantarnya ke Educare dulu.

Pukul 7.10 pagi Afifa bangun. 
A: "Mah, Afifa mau ke sekolah mah.."
M: "alhamdulillah terima kasih sayang. Iya Afifa ke sekolah hari ini ketemu teacher dan temen-temen Afifa."
A: "Afifa mandi dulu. Bau ketek." 
M: "hahahahahahaha.. yuk mandi.."

Setelah mandi, pakai baju dan pakai kerudung, tibalah saatnya dia memakai kaos kaki. 

M: "Ayo sayang pakai kaos kakinya.."
A: "Afifa gabisa mah.." (udah hari ke-6 dan masih aja menolak.. 😭)
M: "Afifa pasti bisa, ayo berusaha dulu.. kemarin bisa.."
A: "Susah mah.."
M: "Yuk kita baca cerita si Sali yang judulnya 'Aku Bisa Pakai Baju Sendiri' yuk.."
A: (looks so excited)
M: (Bacakan cerita, kemudian ada bagian dimana Sali pakai sepatu tapi sebelumnya saya tambahkan scence Sali pakai kaos kaki sendiri hehehe). "Nah Sali kalau berusaha bisa pakai kaos kaki sendiri.. Afifa juga bisa.."
A: (she tried but still found it hard to do it. She tried again like for two times and still unabled to do it) "Gak bisa mah.. mamah aja.."
M: (akhirnya membantu sambil mengajarkan caranya)

Begitulah.. bahkan sudah hari ke-6 tapi Afifa masih belum mau dan belum melakukan effort lebih supaya bisa. Sepertinya saya harus cari cara bagaimana yang efektif mengajarkan hal ini. Paling tidak semangat juang Afifa yang tidak mudah menyerah itu yang harus saya bangun.. 

PR Mama masih banyak 😭

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Thursday 20 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 5

Hari Kamis tanggal 20 Juli 2017 bertepatan dengan 26 Syawal 1438H daycare Afifa mengadakan acara Eid Celebration. Kami para orang tua diminta untuk memakaikan baju hari raya untuk anak kami dan membawa kue raya yang akan dimakan bersama-sama dengan para teachers dan juga teman-teman yang lain.

Malamnya saya menyiapkan baju princess warna pink kesukaan Afifa. Saya setrika agar tampak rapi plus jilbab mecingnya sebagai pelengkap pakaiannya esok hari. Tak lupa saya siapkan pula kaos kaki warna pink agar benar-benar mensupport penampilannya hari esok.

Alhamdulillah pagi itu Afifa bangun tepat waktu. Langsung dimandikan dan makan sarapan yang telah saya sediakan dengan baik. Segelas susu pun dia habiskan dengan baik.

Tiba saatnya memakai kaos kaki. Lagi-lagi Afifa menolak untuk memakainya sendiri.

M: "Ayo sayang, Afifa kan udah bisa kemarin. Masih inget kan cerita Sali yang bisa pakai baju, kaos kaki dan sepatunya sendiri?"
A: "Afifa gak mau mah.."
M: "Ayo berusaha dulu sayang. Pasti bisa.."
A: (berusaha memakai kaos kakinya sendiri.. setelah 5 menit, belum juga kaos kakinya berhasil dia masukkan ke dalam kakinya). "Gak bisa mah.."
M: "Ini Mama bantu pakaikan sampai ujungnya aja ya, Afifa lanjutkan kemudian." 
A: (akhirnya sukses memakai kaos kaki sebelah kanannya). 
M: "Ayo satu lagi yang kiri sayang.."
A: "Gak mau mah.." (menyerah)
M: "Ayo semangat sayang." (Sambil mengarahkan ujung kakinya ke dalam lubang).
A: (melanjutkan tapi tetap 'keukeuh' minta dibantu, akhirnya sukses juga)
M: "Terima kasih sayang sudah berusaha. Besok berusaha lebih keras lagi ya? I love you.."
A: "ilefyu.." (maksudnya I love you juga)

Hihi begitulah.. this is indeed something for her. She needs to learn to be determined and not easily to give up.
Semangat sayang.. ❤️❤️

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Wednesday 19 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 4

Fokus utama pada tantangan level 2 minggu ini masih tentang memakai kaos kaki sendiri. Seperti biasa pagi ini saya harus berangkat ke kampus dan Afifa pun ikut untuk saya titipkan di Educare. 

M: "Afifa ayo pakai kaos kakinya.."
A: (sedikit ragu untuk mencoba)
M: "Ayo nak Afifa bisa.." saya pun menyemangati..
A: (Berusaha beberapa kali dan akhirnya sukses memakai kaos kaki sebelah kanan)
M: "Alhamdulillah.. ayo satu lagi nak... Semangat!!"
A: "Afifa cape mah.." (mukanya memelas)
M: "Baik, karena Afifa sudah berusaha di kaki kanan, Mama bantu yang kaki kiri ya. Terima kasih sudah berusaha sayaang.." (akhirnya saya bantu memasangkan kaos kakinya yang sebelah kiri)

Paling tidak sudah ada kemajuan satu kaki sukses dia pakaikan kaos kakinya sendiri. Yang lucu adalah karena saya agak terburu-buru karena mobil pesanan sudah hampir sampai, saya tidak sadar ternyata Afifa memakai sepatunya terbalik. Hihi... Maafin Mama ya nak yang sedikit luput :D


 

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Monday 17 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 3

Hari ini Afifa alhamdulillah sukses menghabiskan sarapannya sendiri. Tapi saat dia akan memakai kaos kaki, dia menolak untuk memakai kaos kakinya sendiri.

Afifa : "Afifa gak bisa mah.." (maksudnya Afifa gak bisa pakai kaos kaki sendiri)
Me : "Afifa bisa nak, ayo berusaha dulu. Pasti bisa.." (sambil menyemangatinya)
Afifa: "Gak bisa..." (sedikit merajuk dan kemudian melempar kaos kakinya)
Me: "Oke sini Mama bantu ya masukkan ujung kaki Afifa ke dalam lubang kaos kakinya.."
Afifa: "Gak bisaaa...." (tetap keukeuh gak mau berusaha pakai kaos kakinya sendiri)
Me: "Oke sini Mama bantu, tapi liat ya caranya. Nih seperti ini... Mudah kan?" (akhirnya saya pakaikan sambil mengajarinya bagaimana cara memakai kaos kakinya).

Hiks padahal kemarin sudah cukup sukses lho Afifa pakai kaos kaki sendiri. Sepertinya saya harus lebih konsisten dan komitmen lagi untuk menyemangatinya pakai kaos kakinya sendiri. 
 
#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Sunday 16 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 2

Setelah selang dua hari dari postingan pertama tentang skill apa yang ingin saya fokuskan untuk dikembangkan pada Afifa, sepertinya skill makan sendiri dan pakai kaos kaki serta sepatu adalah dua skills yang lebih difokuskan pada minggu ini.

Weekend ini kami sekeluarga punya agenda yang cukup full. Hari Sabtu kami ada agenda silaturahim di dua tempat pagi dan sore, dan Hari Ahad kami ada agenda kajian Ust Adi Hidayat di KBRI Kuala Lumpur.

Seperti biasa setelah memakai baju, saya meminta Afifa untuk memakai kaos kaki sendiri. Afifa nampak kesusahan untuk memasukkan pertama kali ujung kakinya ke dalam lubang kaos kaki. Setelah tiga kali berusaha, dia nampak putus asa dengan berkata, "Afifa ga bisa mah.." kemudian saya semangati dia, namun dia tetap kesusahan. Akhirnya saya bantu untuk mengarahkan ujung kakinya untuk masuk ke dalam lubang kaos kakinya. Baru setelahnya dia lancar untuk memakai kaos kakinya secara sempurna. Alhamdulillah:")


Afifa pakai kaos kaki


Setelah itu kami pun keluar. Saya biarkan Afifa memakai sepatunya sendiri. Alhamdulillah dia sudah lancar memakai sepatunya tanpa terbalik antara kaki kanan dan kaki kiri. Pun saat pulang ke rumah, dia sudah bagus sekali dalam hal membuka sepatu dan menaruhnya di rak :)

Terkait dengan makan sendiri, ini yg terkadang masih saya bantu. Misalnya setengahnya dia makan sendiri, kemudian selanjutnya saya bantu untuk saya suapi. Huhuhu masih belum sukses 100 persen. Harus lebih berusaha lagi ;)


Afifa Makan Sendiri

Makan Nasi dan Ayam Goreng



#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Thursday 13 July 2017

Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak Part 1

Game level 2 kelas Bunda Sayang IIP ini cukup bikin galau πŸ˜… Pasalnya kami diminta untuk melatih kemandirian anak, yaitu kami melatih satu kemampuan di dalam satu minggu dan maksimal empat kemampuan di dalam sebulan.

Ada beberapa prioritas kemandirian yang ingin saya terapkan kepada Afifa (2 tahun 7 bulan) sebelum game level 2 ini dipublish.

Pertama, toilet training. Iya saya tau ini sudah sangat telat. Entah kenapa saya yang belum siap untuk memulai praktek TT secara total. Dalam artian alhamdulillah Afifa sudah BAB di toilet, tapi untuk BAK belum. Saya belum siap untuk itu. Padahal saya sudah sounding kepada Afifa tentang Masalah TT ini sejak ia berusia dua taun (setelah penyapihan sukses). Sounding yang saya lakukan adalah dengan membacakan buku TT setiap hari. Masalahnya saya harus ngampus setiap senin sampai jumat untuk mengerjakan disertasi saya. Itulah yang bikin saya maju mundur.. akhir bulan ini ada deadline pula :"(

Buku TT untuk Afifa


Kedua, makan sendiri. Afifa tetap harus saya bantu suapi, meski sebenarnya ia sudah bisa sendiri. Tapi jumlahnya jadi lebih sedikit. Alhasil saya melakukan mix mode dimana setengah jalan Afifa makan sendiri, kemudian sisanya saya yang suapi. Video ini diambil pada saat sarapan kemarin. Sengaja saya siapkan nasi goreng karena relatif mudah untuk dimakan sendiri. Alhamdulillah sukses makan sendiri, tapi tiga suapan terakhir saya suapi. Huhuhu..


Afifa Makan Nasi Goreng

Nasi Goreng simpel


Ketiga, memakai dan membuka kaos kaki sendiri. Afifa masih belum bisa melakukan langkah pertama untuk pakai kaos kaki sendiri yaitu saat lubang atas kaos kaki masuk ke dalam ujung kaki. Hal ini masih saya bantu.

Keempat, memakai dan membuka sepatu sendiri. Setelah itu menyimpan sepatu di rak sepatu. Skill ini sudah cukup Afifa kuasai dengan baik.

Bismillah.. semoga saya bisa istiqamah yaa :")

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari



Monday 10 July 2017

Pernikahan (Sebuah Aliran Rasa Komunikasi Produktif)

It takes two people in a marriage to make it works.

Seorang bijak mengatakannya. Artinya ketika kita berbicara tentang pernikahan, maka fokus utama kita bukanlah lagi tentang diri kita sendiri saja, melainkan diri kita bersama dengan pasangan kita.

Dulu sekali jauh sebelum menikah, saya pikir modal utama pernikahan hanyalah sebatas cinta dalam konteks sempit alias romantisme belaka tanpa ada dasar kuat yang menjadi pondasi dari cinta itu sendiri. Bahwa pernikahan adalah kita bisa "berpacaran" secara halal dengan pasangan kita tanpa merasa takut akan berbuat dosa, karena yang ada malah berpahala :") Memang benar, tapi bukan semata-mata tentang itu.

Ternyata pernikahan jauh lebih besar dan lebih agung. Ianya disebut oleh Sang Maha Cinta sebagai "mitsaqon gholidzo" alias tali ikatan yang kuat di dalam beberapa ayat Al-Quran.

Setelah membangun rumah tangga bersama suami hampir empat tahun lamanya, ternyata ada beberapa pondasi dan nilai utama yang harus menjiwai sebuah pernikahan agar pernikahan kita berkah dan menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah sebagaimana yang ada di dalam QS. Ar Rum ayat 21.

Pertama, pernikahan harus dilandasi oleh agama. Artinya kita harus meniatkan bahwa pernikahan merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika pernikahan telah kita niatkan sebagai ibadah, insyaAllah kita tidak akan mudah berputus asa saat menghadapi berbagai tantangan di dalam rumah tangga kita.

Mustahil sebuah rumah tangga tanpa menghadapi masalah. Karena memang masalah ada sebagai bentuk ujian bagi kita. Bagaimana kita merespon masalah tersebut. Kata "sakinah" sendiri berasal dari kata "sikin" yang artinya tajam. Kata seorang Kiayi, tajam disini maknanya adalah ia tajam di dalam menyelesaikan berbagai problematika yang ada.

Prof. Nassarudin Umar saat memberikan nasihat pernikahan saya berpesan agar masalah apapun yang dihadapi, maka selesaikanlah di atas sajadah, terutama di sepertiga malam. Artinya, berdoa, mohon pada Allah, serta libatkan Allah dalam segala hal.

Selain itu, Ayah saya berpesan agar rumah tangga senantiasa dihiasi dengan bacaan Al-Quran. Jadikan Al-Quran sebagai bacaan harian kita yang paling utama. Karena di rumah yang sering dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran oleh pengisinya akan diturunkan keberkahan dari Allah SWT (al-hadist).

Kedua, pernikahan adalah saling menyadari akan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing. 

Agama Islam adalah agama yang mengutamakan tanggung jawab, bukan hak semata-mata. Karena hamba yang telah menjalankan kewajiban, akan mendapatkan haknya cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung.

Maka Ayah saya berpesan bahwa lakukan kewajiban sebagai suami dan istri dengan sebaik-baiknya tanpa banyak menuntut ini itu.

Kewajiban suami intinya ada dua. Demikian pula kewajiban istri pun intinya ada dua.

Kewajiban suami yang pertama adalah sebagai "qawwam" atau pemimpin bagi keluarga.  Ibarat sebuah kapal laut, suami berperan sebagai nahkoda yang mengemudikan kapal, mau dibawa kemana kapal tersebut. Peran pemimpin pun terkait juga dengan peran pendidikan terhadap istri dan anak. Bagaimana suami dan ayah berperan di dalam mendidik keluarganya. Bagaimana suami dan ayah menjadi seorang uswatun hasanah atau contoh yang baik bagi keluarganya.

Kewajiban suami yang kedua adalah mencari nafkah bagi keluarga. Suami harus dapat memberikan nafkah lahir batin yang terbaik bagi istri dan anak-anaknya. Dan hal utama yang terkait dengan masalah nafkah ini adalah suami harus memastikan bahwa apa yang diberikan kepada keluarga adalah rizki yang halal. Karena rizki akan memengaruhi langsung kepada keberkahan keluarga. Rizki akan memengaruhi akhlak dari pemakan rizki tersebut. Jadi pastikan apa yang dimakan oleh istri dan anak adalah rizki yang halal. Halal zatnya dan halal cara mendapatkannya.

Kewajiban istri yang pertama adalah tunduk dan patuh kepada suami. Sesungguhnya pintu syurga bagi seorang istri amat mudah: lakukan empat hal di dalam hidup, maka syurga menanti di yaumil akhir kelak. Lakukan shalat wajib, lakukan puasa wajib, jaga kemaluan (jaga sikap dan akhlak), serta tunduk dan patuh pada suami di dalam kerangka kepatuhan kepada Allah SWT. InsyaAllah syurga balasannya :")

Kewajiban istri yang kedua adalah merawat serta mendidik anak. Seorang ibu harus berusaha yang terbaik di dalam mendidik anak-anaknya, mengkader mereka agar menjadi manusia yang bertakwa dan bermanfaat. Seorang istri boleh saja berkarir di luar rumah dan sekolah formal setinggi-tingginya. Tapi jangan lupakan peran utama di dalam mendidik anak-anak. Pendidikan anak, terutama pendidikan aqidah dan akhlak, tidak bisa kita wakilkan kepada siapapun, bahkan kepada sekolah terbaik sekalipun. Ia tetap merupakan kewajiban seorang ibu terhadap anak-anaknya. Minimal dasar serta pondasi utama serta teladan nyata dari seorang ibu harus ditanamkan di dalam diri anak-anak kita.

Ketiga, pernikahan ternyata harus didasarkan oleh sikap saling menyayangi dan mengasihi

Suami harus bersikap penuh kasih kepada istri dan anak-anaknya. Karena ternyata laki-laki yang paling hebat di mata Rasulullah SAW bukanlah orang yang punya status sosial tinggi di dalam masyarakat. Tapi laki-laki terhebat adalah laki-laki yang paling baik akhlaknya kepada istri dan keluarganya.. demikian pula seorang wanita terbaik adalah seseorang yang memiliki akhlak terbaik terhadap suami dan keluarganya.

Jadi sikap kasar, perkataan kasar dan kotor, sikap keji dan jahat adalah di antara sikap-sikap yang harus dijauhi di dalam kehidupan rumah tangga :")

Keempat, pernikahan haruslah dihiasi oleh sikap bersyukur dan bersabar atas segala fase hidup yang dihadapi. 

Ayah saya mengatakan bahwa sabar dan syukur adalah dua pakaian identitas seorang Muslim. Karena jika sabar dan syukur, maka apapun situasi yang dihadapi, ujungnya adalah keberkahan dan kebaikan.

Allah SWT uji dengan nikmat, kemudian kita bersyukur maka ujungnya adalah kebaikan. Pun saat Allah uji dengan sedikit kesusahan, jika kita bersabar maka ujungnya adalah kebaikan pula. Jadi bukan semata-mata ujiannya, tetapi bagaimana respon kita di dalam menghadapi ujian tersebut :") #notetoself

Oh ya.. terkait dengan rasa syukur, sebagai istri saat suami memberikan uang pendapatannya, berapapun maka syukurilah. Katakan padanya "Terima kasih cinta karena telah berusaha mencarikan rezeki yang halal bagi kami. Aku doakan semoga engkau istiqamah dan Allah luaskan rezekimu dan menjadikanmu sebagai manusia yang kaya dan bertakwa.." insyaAllah akan berkah :")

Kelima, pernikahan akan berhasil jika dihiasi dengan sikap bertanggung jawab dan saling setia. 

Tanggung jawab dan kesetiaan adalah sangat krusial di dalam sebuah pernikahan. Ingat secantik atau seganteng apapun manusia di luar sana, mereka adalah haram bagi kita. Sedangkan meski biasa saja, tapi istri atau suamimu adalah yang halal bagi kita. 

Maka memang penting untuk berdandan di hadapan pasangan kita. Tapi bukan berarti jika tidak dandan maka bebas untuk tidak setia. Hey.. bersyukurlah. Jika badan istri melar setelah pernikahan, maka itu karena ia mengandung dan melahirkan anakmu wahai para suami. Jika muka suami lusuh saat pulang kerja, maka itu karena ia berusaha mencari rizki yang halal bagimu wahai para istri.

Setialah.. tetaplah cinta kepada mereka. Karena sesungguhnya ketidaksetiaan kita terhadap pasangan adalah awal kehancuran hidup kita. Zina adalah perbuatan yang sangat Allah SWT larang. Jangankan berbuat zina, mendekatinya saja dilarang.

Jauhilah segala yang dapat mengantarkan kita pada perbuatan keji itu. Jika hati kita lemah, maka jangan pernah mencoba untuk mendekatinya. Yakinlah, syetan akan membuat indah pada hal-hal yang haram. 

Itulah cinta di dalam sebuah pernikahan.. cinta yang tidak bisa didefinisikan secara sempit. Romantisme hanyalah bumbu penyedap di dalam sebuah pernikahan. Itu penting tapi tidak cukup. Necessary but not sufficient :")

Maka  lima  poin penting yang telah saya jabarkan itulah sebenarnya cinta  yang menjadikan sebuah pernikahan berhasil berdasarkan nasihat yang saya dapatkan serta pengalaman yang saya alami sendiri. 

Dan untuk menjaga pondasi utama tersebut, peran komunikasi di antara suami dan istri sangat penting. Materi dari kuliah Bunsay IIP telah membantu saya untuk memperbaiki sikap dan komunikasi saya terhadap suami. Meski masih jauh dari sempurna, meski masih sering tidak dipraktekan, tapi saya akan berusaha untuk menjaga pernikahan kami agar berkah dan menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Aamiin :")

Dan izinkan saya untuk berkata kepada suami saya lewat tulisan ini, "Suamiku.. aku mencintaimu karena Allah.. terima kasih dan maaf untuk segalanya.. Yuk kita terus erat berpegangan agar Allah SWT ridho sama kita..." :")

Me and my little family :')