Tuesday, 24 July 2012

Bulan untuk Kita

Assalamualaikum sahabat...

Semoga di hari ke-4 shaum ini, semangat kita terus dan tetap terjaga ya. Semangat untuk "berburu" segala keutamaan di bulan Ramadhan ini. Semangat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dan tentunya semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Pada hari pertama bulan Ramadhan, saya mendengarkan ceramah menjelang buka shaum oleh teman saya di IIUM ini. Salah satu nasihat yang sangat ingat adalah: "Sesungguhnya, puasa yang kita jalankan ini adalah untuk kebaikan kita sendiri. Puasa bisa menyehatkan, itu keuntungan buat kita. Pahala berpuasa pun ya untuk siapa lagi kalau bukan untuk kita?"

Saat itu saya berpikir... Iya juga ya...
Memang benar, puasa ini adalah kewajiban kita sebagai umat Islam. Ia adalah salah satu pilar yang membangun rukun Islam, yang jika ditinggalkan karena alasannya gak "syar'i" maka tidak akan sempurna keislaman seseorang. Tapi kalau dipikir-pikir, kewajiban ini ternyata dampak positifnya memang lebih besar dirasakan oleh kita sendiri. Bukan untuk orang lain, apalagi untuk sang Maha Pemberi Kewajiban. Bukan... Bukan untuk mereka, tapi untuk diri kita sendiri.

Puasa itu menyehatkan.
Kalau tentang dampak positif puasa bagi kesehatan, pasti banyak banget deh. Bisa digoogling sendiri kali ya.. :) Dan kesehatan itu merupakan investasi kita seumur hidup. Bayangkan kalau kita sakit, berapa banyak aktivitas kita yang tertunda atau bahkan terganggu. Kalau kita sakit, pasti produktivitas kita menurun. Kalau kita sakit, potensi kita menyusahkan orang lain menjadi lebih besar. Jadi... Kesahatan ini memang super penting bagi kehidupan kita. Bahkan ada seseorang yang berkata, "If you take granted for your health, you take granted for your life."

Puasa itu media kita memohon pertolongan kepada Allah.

"Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat.."
 (QS Al-Baqarah ayat 45).

Puasa itu ibarat media komunikasi kita dengan Allah. Karena di dalam sebuah hadist Qudsi dikatakan bahwa sesungguhnya ibadah shaum itu hanya untuk Allah, bukan untuk makhluk-Nya. Karena hanya Allah yang mengetahui apakah kita benar-benar puasa atau engga.
Nah... dalam ayat di atas, dikatakan bahwa sabar dan shalat merupakan cara manusia untuk memohon pertolongan kepada-Nya. Dan salah satu implementasi dari sabar adalah dengan puasa. Mengapa? Karena puasa ini sesungguhnya ajang bagi manusia untuk melatih kesabaran, mengendalikan hawa nafsu kita, juga menahan diri kita dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Jadi, sabar merupakan indikator keberhasilan shaum kita dan merupakan sarana kita untuk memohon pertolongan-Nya.

Puasa itu membangun empati dan simpati sosial.
Sesungguhnya rasa lapar dan haus yang kita rasakan saat puasa sejatinya dapat mengetuk hati kita, membuka perasaan kita bagaimana kaum dhuafa (yang tidak mampu) bingung mau makan apa. Rasa lapar dan haus mungkin sudah menjadi keseharian mereka. Lalu... Bagaimana kita menanggapi itu semua? Kita mungkin jarang-jarang merasakan apa yang mereka rasakan, kita nyaman makan sehari tiga kali dengan makanan yang sesuai dengan selera kita. Maka... orang cerdas pasti akan terketuk hatinya untuk dapat berbagi dengan saudara-saudara mereka yang kelaparan, kekurangan, dan tidak seberuntung mereka.
Oleh karena itu, jika ibadah puasa ini  benar-benar kita pahami dan maknai secara lebih mendalam, maka rasa empati dan simpati sosial kita terhadap sesama pasti akan dapat terbangun yang diiringi dengan langkah nyata kita untuk saling berbagi. Ayo kita sisihkan sebagian harta kita untuk membantu saudara-saudara kita... :)

Nah... Jadi bulan Ramadhan adalah bulan kita. Bulan yang berikan begitu banyak kebaikan buat kita. Kita bisa menjadi seorang pribadi yang seimbang, baik secara fisik (sehat) maupun spiritual kita. Kita juga akan dapat mengundang pertolongan Allah melalui ibadah puasa yang kita jalani ini. Mau kan dapat pertolongan Allah? ;)

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tapi jika Allah membiarkanmu (tidak menolongmu), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu?"
(QS. Ali Imran ayat 160)


*masih terus belajar*


Saturday, 21 July 2012

Apa Target Ramadhan-mu? :D

Assalamualaikum sahabatku… :)

Alhamdulillah wa syukurilah..
Allah masih memberikan kesempatan bagi kita untuk bertemu lagi dengan Ramadhan, bulan yang jauh lebih mulia dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Sebuah bulan, yang setiap detiknya kita diberikan balasan yang berlipat ganda. Ibarat di mall, di bulan suci ini, Allah sedang memberikan “mega sale” pahala… Sekecil apapun perbuatan baik kita di bulan Ramadhan, maka Allah akan membalasanya dengan lebih extraordinary dibandingkan di bulan-bulan lainnya…

Maka pantasalah di dalam sebuah hadist dikatakan bahwa, jika saja manusia mengetahui keutamaan, “keuntungan”, atau balasan di bulan Ramadhan, maka manusia pasti akan menginginkan Ramadhan sepanjang tahunnya… Luar biasa.

Tapi… Karena ini semua “ghaib”, maka hanya orang-orang yang percaya saja yang akan merasakan “gegap gempita” dari bulan Ramadhan ini. Mereka meyakini bahwa apa yang dilakukannya memang untuk Allah, untuk persiapan kehidupan yang abadi, yaitu di akhirat. Cuma karena sebagian dari kita “kadar keimanannya” bervariasi, maka kadang kita gak memaksimalkan semua keutamaan itu…

Coba kalau setiap pahala itu bisa meningkatkan kadar kecantikan kita 10%, pasti orang akan berlomba-lomba deh nyari pahala… Hehehe… Atau coba bayangkan, kalau dosa itu tercermin dari bisul yang keluar di tubuh kita, pasti kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari dosa tersebut. Karena kita melihat fisiknya…

Tapi… Allah menyeleksi kadar keimanan manusia. Bahwa memang benar, beriman kepada sesuatu yang ghaib adalah yang membedakan apakah manusia itu bertakwa atau tidak…  Yuk kita lihat di QS Al-Baqarah ayat 1-5.

“Alif Laam Miim (1) Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (2) Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka (3) Dan mereka yang beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadamu Muhammad dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat (4) Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (5)” (QS. Al-Baqarah ayat 1-5)

Nah… Yuk kita jadi golongan yang percaya pada yang ghaib, percaya pada Allah, percaya pada janji-janji Allah, percaya pada takdir-Nya, percaya pada qada dan qadar, percaya pada balasan Allah, dan percaya pada kehidupan akhirat….

Jadi, ayo kita manfaatkan momentum Ramadhan ini sebagai ajang bagi diri kita untuk meraih keridhaan Allah, untuk meraih “tempat special” di sisi Allah, untuk mendekatkan diri kita pada-Nya, meraih syurga-Nya, dan menjauhi siksa-Nya. Percaya deh, rahmat dan sayang Allah pada manusia beriman itu jauuuuhh lebih luar daripada murka-Nya…


Kalau gitu, biar Ramadhan kita maksimal, kita pasang target Ramadhan kita secara tertulis. Secara tertulis lho ya… Kenapa? Biar kita bisa mengevaluasi lagi apakah kita sudah bisa mencapai target-target kita.

Nah target itu kita bagi-bagi ke dalam target harian, mingguan, dan target 1 bulan. Misalnya, di bulan Ramadhan ini, target harian saya adalah membaca Al-Quran minimal 2 juz,  tahajjud 8 rakaat, dan tidak meninggalkan shalat tarawih. Lalu target mingguan, saya ingin menambah hafalan Al-Quran 1.5 lembar dan memberi makan kepada yang berbuka puasa 3 orang. Lalu target 1 bulan di bulan Ramadhan ini saya ingin berinfak Rp 10 juta. Misalnya lho yaa… Ini cuma contoh… Nah semua target itu ditulis. Kemudian, target tersebut dievaluasi. Kalau target harian, ya evaluasi setiap hari, target mingguan setiap minggu, dan target 1 bulan evaluasi di akhir Ramadhan.

Beneran deh, dengan target-target ini, kita akan lebih “terarah” dalam beribadah. Target tersebut, cukup kita, Allah, dan para malaikat saja yang tau. Atau boleh juga seorang sahabat yang benar-benar dipercaya, agar bisa mengingatkan kita, apakah target kita tercapai atau tidak. “Nah itu jadi riya donk…” Masalah riya, silahkan balikkan ke niat masing-masing. Kalau khawatir riya, ya jagalah kerahasiaan target kita jangan ampe ketauan orang lain… Yang jangan, takut riya, malah ga berbuat… Itu mah rugi atuh yaaa… :p Hehehe…

Jadi… Yok pasang target Ramadhan kita. Mumpung baru hari ke-2 di bulan Ramadhan. Sebelum terlambat. Sebelum kita “menyesal” karena gak bisa memanfaatkan kesempatan emas ini… Tunggu apa lagi??? :D

Wednesday, 18 July 2012

Do more. Action more. Less complain.

Assalamualaikum sahabat...


Entahlah, saya melihat sekarang ini banyak kecenderungan kebanyakan dari kita (termasuk saya), seringkali complain, mengeluh, kritik sana, kritik sini...
Oke... kritik yang membangun bagi saya sangat dibutuhkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Tanpa adanya kritik, masukan, atau saran, maka perubahan ke arah yang lebih baik mungkin akan susah untuk direalisasikan...


Tapi...
Kalau yang saya liat, kok ya tendensinya, orang lebih suka untuk mengkritik sampai ke tahap menjelek-jelekkan. Hmm... Lalu saya berpikir, tipe orang seperti ini apakah sudah memiliki karya nyata bagi orang lain? Atau membagikan ilmu bermanfaat bagi sesama?


Saya pun berpikir, jangan-jangan saya juga tipe orang yang seperti ini. Bisanya hanya mengeluh, mengkritik, tanpa memiliki solusi yang nyata atas kesalahan yang dilakukan orang lain tersebut.


When we want to point on someone's nose, let's take a look a mirror first.
Are we good enough to do such things?
What have we done for our society?
What contribution have we given for others?


Kita seringkali mengkritik kebijakan pemerintah. Tentang pendidikan, misalnya.
Lalu apakah kita siap menjadi bagian dari perbaikan pendidikan tersebut?
Seperti teman-teman dari Pengajar Muda yang bersedia dikirim ke daerah pelosok untuk memberikan tenaga, pikiran, bahkan hatinya untuk mendidik adik-adik kita di daerah terpencil tersebut. Saya salut pada mereka...


Lalu kita mengeluh macet. Sementara kita masih duduk enak di dalam mobil ber-AC. Mengutuk sana, mengutuk sini... Mengutuk pemerintah gak becus urusi masalah kemacetan.


Lalu masalah banjir, lingkungan yang kotor, global warming... Kita pun protes seprotes-protesnya. Lalu apakah kita sudah buang sampah pada tempatnya? Saat melihat sampah di hadapan kita, apakah kita rela mengambilnya lalu kita letakkan sampah tersebut di tong sampah? Lalu banyak sebagian dari kita yang masih juga merokok. Menambah beban kerusakan lingkungan.


Kita pun mengutuk masalah kemiskinan. Sementara kita pun saat diminta untuk berinfak, mengeluarkan sebagian harta kita untuk orang-orang yang tidak mampu, kita masih berpikir lama. Atau saat melihat orang infaknya banyak, malah kita sebut "dia mah riya sih..." sementara kita sendiri ngasih uang Rp 100rb ke keropak masjid aja jarang-jarang... Atau bahkan mungkin belum pernah...


Kita benci korupsi. Ya... Saya juga benci korupsi. Benci banget.
Lalu bagaimana kita dalam menghargai waktu? Sudahkan kita menjadi pribadi disiplin?
Saat ujian, apakah masih menyontek? Kerja sama dengan teman yang lain padahal jelas-jelas itu dilarang? Bukankah kejahatan yang besar berawal dari kejahatan kecil yang kita biasakan dan anggap sepele?


Kita kritik orang-orang. 
Tapi... apakah nama orang yang kita kritik tersebut selalu kita ucapkan dalam doa-doa kita?
Apakah kita sudah menyalurkan kritikan kita secara bijaksana, yang memang tujuannya untuk berkontribusi pada kebaikan?


Jangan-jangan kita termasuk orang-orang yang hanya bermulut besar, beraksi kecil.
Tukang mengeluh, tanpa mau terlibat dalam memberikan solusi.


Therefore, in my humble opinion, let's lessen our complain, and at the same time increase our real action.
When we complain something towards people, do it in a proper manner.
Make sure what we do is intended for the sake of improvement, for the sake of Allah...
It is very easy to complain, but successful person will not do such way. Their act and contribution is louder than their talk.
Start it with ourselves, from the small things, and from now on...


*muhasabah diri sendiri menjelang Ramadhan*



Effort


"Effort is about achieving goals through commitment and hard work.
It is also about giving your best in everything you chose to do.
It is also about trying without giving upon giving in.
And… It is about making the most of every opportunity."


*Taken from library of IIUM*

Nhesis

Di antara fokus pikiran kepada thesis, hati ini tidak pernah lupa tuk berdoa...


Semoga Allah memberikan keberkahan kepada saya dalam menjalani ini semua..
Kekuatan agar saya bisa melewati ini semua dengan baik, dengan penuh perasaan bahagia, sungguh-sungguh, dan jauh dari kata "putus asa" atau "menyerah"...
Keinginan yang kuat agar mau menjalani ini semua dengan ikhlas dan sepenuh hati...
Niat yang tulus, agar yang saya tulis bukan hanya sekedar syarat kelulusan saya, tapi kelak akan memberikan manfaat yang nyata buat umat...
Rasa semangat untuk mengupas ilmu baru ini dengan sepenuh jiwa...
Dan... harapan agar ini menjadi salah satu media saya untuk bisa semakin mencintai-Nya dan dekat kepada-Nya.


"Oh Allah... Permudahlah dan berkahilah segalanya. Karena, memudahkan segala yang sulit bagiku, sungguh sangat mudah bagi-Mu."


Bismillah...




Di balik meja perpustakaan, IIUM, Gombak-KL...

Tuesday, 10 July 2012

Beda Zakat, Infak, dan Sedekah

Perbedaan Zakat, Infak, dan Sedekah berdasarkan penjelasan Prof. Didin Hafidhuddin.. 

Semoga bermanfaat ;) 

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat memiliki beberapa arti yaitu al-barakatu (keberkahan), an-namaa (pertumbuhan atau perkembangan), ath-thaharu (kesucian), dan ash-shalahu (keberesan). Secara istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. 

Di dalam Al-Quran, terdapat beberapa kata, yang walaupun memiliki arti yang berbeda dengan zakat, tetapi kadangkala dipergunakan untuk menunjukkan makna zakat, yaitu infak, sedekah, dan hak, sebagaimana dinyatakan dalam QS At-Taubah ayat 34, 60, dan 103 serta QS Al-An-An’am ayat 141. Dipergunakannya kata-kata tersebut dengan maksud zakat karena memiliki kaitan yang sangat kuat dengan zakat. Zakat disebut infak (QS At-Taubah: 34) karena hakikatnya zakat adalah penyerahan harta untuk kebaikan yang diperintahkan Allah SWT. Disebut sedekah (At Taubah ayat 60 dan 103) karena memang salah satu tujuan utama zakat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Zakat disebut hak, karena zakat merupakan ketetapan yang bersifat pasti dari Allah SWT yang harus diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik). 

Meskipun demikian, terdapat perbedaan pokok dalam pengertian zakat, infak, dan sedekah.
Infak dan sedekah adalah mengeluarkan harta untuk kebaikan yang diperintahkan Allah SWT di luar zakat. Tidak ada batasan minimal (nisab), tidak ada presentase, dan penerimanya luas. Jika zakat hanya boleh diberikan kepada 8 golongan yang berhak menerimanya (QS At-Taubah ayat 60), sedangkan infak dan sedekah penerimanya jauh lebih luas, seperti tergambar dalam QS Al-Baqarah ayat 215. Di samping itu, infak lebih ditekankan kepada sesuatu yang bersifat materi, sedangkan sedekah lebih luas, bisa termasuk sesuatu yang bersifat imateri, misalnya menebarkan senyum, memberikan nasihat yang baik, atau menolong orang yang kesusahan.

Wallahu’alam bi ash-Shawwab

Monday, 9 July 2012

Hanya Engkau


Allah… Allah…
Mohon berikan petunjuk-Mu.

Yang kuinginkan adalah ridha-Mu. Sayang-Mu. Dan tentunya cinta-Mu.
Maka, apapun pilihan yang Kau suguhi, pilihkan aku pada yang mendekatkan aku pada-Mu.

Setidakjelas aku terhadap apa yang kan kuhadapi,
Sejelas itu pula Kau telah tetapkan yang terbaik untuk-Ku.

Sederhananya harapanku, semoga tidak dicemari oleh hawa nafsuku, Rabbi.
Biarkan tujuan utamaku lah yang membimbing jalanku.

Engkau… Hanya Engkau, Rabbi…. Bukan yang lain…

Sunday, 8 July 2012

Europe Trip Part 5: When in Rome (End)


Assalamualaikum sahabat…

Oke sekarang cerita part terakhir dari kisah perjalan saya ke Eropa tahun lalu. Moga-moga ga bosen ya… hehehe… :p

Itali
Nah… Sebenarnya negara Itali bukanlah menjadi negara on-the-list yang akan dikunjungi. Pada mulanya, kami berniat mengunjungi Paris, Perancis. Tapi sayangnya, orang Indonesia yang tinggal di Paris tidak memberikan respon saat kami hubungi. Bukannya apa-apa… Papah ingin sekali setiap mengunjungi negara, ada ilmu yang beliau sampaikan, jadi bukan hanya sekedar jalan-jalan mengelilingi tempat baru. Jalan-jalan kata beliau adalah bonus.

Dan ternyata, saat kami di Brussels, pihak KBRI Roma yang mengetahui kedatangan Papah ke Eropa langsung mengundang kami untuk mengunjungi Roma. Kebetulan, atase pertanian RI di Roma, Bapak Hanief (saya memanggilnya Om Hanief), adalah murid papah dulu. Subhanallah… Ini kesempatan yang baik sekali. Paris gak jadi, tapi Allah menggantinya dengan Roma… Whuaaa so wonderful.

Perjalanan ke Italia ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang sekitar 1 jam perjalanan. Kami diantar Bu Emma ke bandara. Dalam perjalanan ke bandara dari Rotterdam, Bu Emma menyempatkan diri dulu membeli tempe untuk oleh-oleh ke Roma. Kata beliau, tempe menjadi makanan mahal di sana, karena tidak ada menjual tempe. Dan biasanya orang-orang Indonesia senang jika dibelikan tempe dari Belanda. Whuaaa udah jauh-jauh ke Eropa, eh yang dicarinya tempe juga. Itulah lidah kita. Hehehehe…

Tiba di Roma kami disambut oleh Om Hanief. Kami pun diajak makan siang di sebuah restoran seafood di pinggir pantai. Ternyata, jadwal buka restoran di Roma adalah jam makan siang sekitar 2 jam, kemudian mereka tutup, dan buka kembali menjelang malam. Jadi, mereka hanya menyediakan makan siang dan makan malam. Saya pun memesan pasta seafood. Kan Itali terkenal dengan pastanya. Makanya saya pun memesan pastadi sana. Nom nom.. Enak lho :D Saat makan siang, Om Hanief bercerita sedikit tentang Roma. Beliau takjub karena ada surat dalam Al-Quran yang menceritakan khusus tentang bangsa Romawi, yaitu QS Ar-Rum.

Pemandangan di Roma

Pasta Seafood Makan Siangku :D

Tidak seperti di tiga negara lainnya yang cenderung dingin, cuaca di Roma kala itu cukup panas, samalah seperti di Bogor. Jadi, memang waktu yang tepat untuk berkeliling kota Roma. Yeayy :D Oia.. ada satu hal menarik saat saya pertama kali ke Roma. Ruas jalan di pusat Roma itu relatif kecil, pun dengan tempat parkirnya. Jadi, mobil di sana mayoritas mobil yang super kecil, dengan kapasitas dua orang aja (two seaters).

The most common car I saw in Rome

Namun pada hari pertama, kami ‘hanya’ bersilaturahim dengan pihak KBRI dan di sana pun Papah mengisi ceramah. Sambutan pihak KBRI sana pun luar biasa. Pertanyaan demi pertanyaan pun digulirkan. Diskusi pun berjalan dengan hidup. Di KBRI pun saya bertemu dengan teman tante saya yang tinggal di Qatar. What a small world. Hehehe… Malam harinya, kami pun mengunjungi restoran yang cukup terkenal di Roma. Enak lho… Alhamdulillah. Kami bermalam di wisma KBRI. Ternyata beberapa hari sebelumnya, KBRI Roma kedatangan Mbak Asma Nadia (penulis) dan ibunya, dan mereka pun menginap di kamar yang kami tempati. Suasananya benar-benar klasik di sana. Bahkan, lift yang ada di KBRI adalah lift kuno, yang seperti ada di film-film zaman penjajahan. Hehehehe…

Mengisi tausyiah di KBRI (Om Hanief yang sedang duduk)

Sesi Tanya Jawab

Bersama para pejabat di KBRI Roma


The adventure begun the next day.
Kami berkeliling kota Roma diantar oleh istri Om Hanief, yaitu Bu Retno. Satu hal yang saya kagumi dari kota Roma adalah mereka benar-benar menjaga keaslian peninggalan para pendahulunya. Betapa museum benar-benar dijaga sekali keindahan dan keasliannya. Di sana kami mengunjungi beberapa museum, gereja yang dijadikan museum juga, dan beberapa monument bersejarah lainnya. Meskipun saya gak terlalu ahli dalam persejarahan, baik nasional dan internasional, jadi ya saya hanya menikmati saja apa yang saya kunjungi. Oiya… saya juga ke kolam koin yang dipercaya jika kita melempar koin, maka kita akan kembali ke tempat tersebut bersama dengan yang kita cintai. Hehehehehe saya sih gak ikutan lempar koin.

Salah satu patung di Roma

Belakang kami adalah "Kolam Koin"

Nah… Kami pun menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu keajaiban dunia, yaitu Colloseum. Hanya saja,, kami gak sempat memasuki Colloseum tersebut karena khawatir gak bisa mengejar penerbangan kami kembali ke Belanda. Maklum, karena terbatasnya waktu, hanya 2 hari satu malam kami berada di Roma. Tapi saya takjub melihat bangunan luar biasa itu, raksasa. Kebayang film-film berlatarkan colloseum gitu deh jadinya..

Para turis yang antri memasuki Colloseum

Kaya di Kartu Pos :p

Selain ke Colloseum, kami pun mengunjungi negara lain, sebuah negara terkecil di dunia, yaitu Vatikan. Vatikan itu letaknya di dalam kota Roma. Luasnya bisa dilihat dengan jarak mata memandang. Tapi saya pun hanya melihat di luarannya saja, tidak sampai masuk ke dalam. Hanya di pelatarannya saja. Yang penting tau Vatikan itu seperti apa.


Para turis yang memasuki Gereja Vatikan


Pernak-pernik yang dijual di sekitar Vatikan

Setelah puas berkeliling, akhirnya sebelum ke Bandara, kami pun kembali ke KBRI Roma untuk berpamitan kepada para pejabat di sana. Alhamdulillah sambutan dan tanggapan mereka luar biasa baik. Kami berharap semoga ada kesempatan untuk bersilaturahmi lagi di lain waktu. Ucapan terima kasih pun kami sampaikan kepada pihak KBRI Roma yang telah mengundang kami, terutama pada Om Hanief dan juga Ibu Retno yang setia menemani kami keliling kota Roma :D Semoga Allah yang membalas kebaikan mereka :')

Om Hanief, Papah, Mamah, dan Ibu Retno


Epilog
Nah… Begitulah kisah perjalanan saya selama 10 hari 9 malam di Eropa. Alhamdulillah, saya benar-benar bersyukur atas kesempatan yang Allah berikan. Selama perjalanan, yang saya ingat adalah bahwa bumi belahan manapun adalah ciptaan Allah. Di setiap tempat yang saya masuki, saya melihat kebesaran Allah. Semakin merasa dan menyadari bahwa saya itu kecil. Tiada apa-apanya tanpa-Nya. Maka wajarlah jika Allah amat membenci manusia yang sombong. Siapa kita? Apa yang bisa kita angkuhkan? Apa yang bisa kita bangga-banggakan di hadapan-Nya? Dialah Sang Pemilik segala. Dialah Sang Pencipta. Everything belongs to Him. Saya pun terus mengevaluasi hati saya. Masihkah ada benih kesombongan yang bersemayam? Meski hanya sebesar biji zarrah pun, tidak layak hati ini tuk merasa hebat apalagi sombong.

Wallahu’alam bi ash shawwab.

Terima kasih sahabat sudah menyempatkan membaca :D