Monday 10 July 2017

Pernikahan (Sebuah Aliran Rasa Komunikasi Produktif)

It takes two people in a marriage to make it works.

Seorang bijak mengatakannya. Artinya ketika kita berbicara tentang pernikahan, maka fokus utama kita bukanlah lagi tentang diri kita sendiri saja, melainkan diri kita bersama dengan pasangan kita.

Dulu sekali jauh sebelum menikah, saya pikir modal utama pernikahan hanyalah sebatas cinta dalam konteks sempit alias romantisme belaka tanpa ada dasar kuat yang menjadi pondasi dari cinta itu sendiri. Bahwa pernikahan adalah kita bisa "berpacaran" secara halal dengan pasangan kita tanpa merasa takut akan berbuat dosa, karena yang ada malah berpahala :") Memang benar, tapi bukan semata-mata tentang itu.

Ternyata pernikahan jauh lebih besar dan lebih agung. Ianya disebut oleh Sang Maha Cinta sebagai "mitsaqon gholidzo" alias tali ikatan yang kuat di dalam beberapa ayat Al-Quran.

Setelah membangun rumah tangga bersama suami hampir empat tahun lamanya, ternyata ada beberapa pondasi dan nilai utama yang harus menjiwai sebuah pernikahan agar pernikahan kita berkah dan menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah sebagaimana yang ada di dalam QS. Ar Rum ayat 21.

Pertama, pernikahan harus dilandasi oleh agama. Artinya kita harus meniatkan bahwa pernikahan merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah SWT yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika pernikahan telah kita niatkan sebagai ibadah, insyaAllah kita tidak akan mudah berputus asa saat menghadapi berbagai tantangan di dalam rumah tangga kita.

Mustahil sebuah rumah tangga tanpa menghadapi masalah. Karena memang masalah ada sebagai bentuk ujian bagi kita. Bagaimana kita merespon masalah tersebut. Kata "sakinah" sendiri berasal dari kata "sikin" yang artinya tajam. Kata seorang Kiayi, tajam disini maknanya adalah ia tajam di dalam menyelesaikan berbagai problematika yang ada.

Prof. Nassarudin Umar saat memberikan nasihat pernikahan saya berpesan agar masalah apapun yang dihadapi, maka selesaikanlah di atas sajadah, terutama di sepertiga malam. Artinya, berdoa, mohon pada Allah, serta libatkan Allah dalam segala hal.

Selain itu, Ayah saya berpesan agar rumah tangga senantiasa dihiasi dengan bacaan Al-Quran. Jadikan Al-Quran sebagai bacaan harian kita yang paling utama. Karena di rumah yang sering dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran oleh pengisinya akan diturunkan keberkahan dari Allah SWT (al-hadist).

Kedua, pernikahan adalah saling menyadari akan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing. 

Agama Islam adalah agama yang mengutamakan tanggung jawab, bukan hak semata-mata. Karena hamba yang telah menjalankan kewajiban, akan mendapatkan haknya cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung.

Maka Ayah saya berpesan bahwa lakukan kewajiban sebagai suami dan istri dengan sebaik-baiknya tanpa banyak menuntut ini itu.

Kewajiban suami intinya ada dua. Demikian pula kewajiban istri pun intinya ada dua.

Kewajiban suami yang pertama adalah sebagai "qawwam" atau pemimpin bagi keluarga.  Ibarat sebuah kapal laut, suami berperan sebagai nahkoda yang mengemudikan kapal, mau dibawa kemana kapal tersebut. Peran pemimpin pun terkait juga dengan peran pendidikan terhadap istri dan anak. Bagaimana suami dan ayah berperan di dalam mendidik keluarganya. Bagaimana suami dan ayah menjadi seorang uswatun hasanah atau contoh yang baik bagi keluarganya.

Kewajiban suami yang kedua adalah mencari nafkah bagi keluarga. Suami harus dapat memberikan nafkah lahir batin yang terbaik bagi istri dan anak-anaknya. Dan hal utama yang terkait dengan masalah nafkah ini adalah suami harus memastikan bahwa apa yang diberikan kepada keluarga adalah rizki yang halal. Karena rizki akan memengaruhi langsung kepada keberkahan keluarga. Rizki akan memengaruhi akhlak dari pemakan rizki tersebut. Jadi pastikan apa yang dimakan oleh istri dan anak adalah rizki yang halal. Halal zatnya dan halal cara mendapatkannya.

Kewajiban istri yang pertama adalah tunduk dan patuh kepada suami. Sesungguhnya pintu syurga bagi seorang istri amat mudah: lakukan empat hal di dalam hidup, maka syurga menanti di yaumil akhir kelak. Lakukan shalat wajib, lakukan puasa wajib, jaga kemaluan (jaga sikap dan akhlak), serta tunduk dan patuh pada suami di dalam kerangka kepatuhan kepada Allah SWT. InsyaAllah syurga balasannya :")

Kewajiban istri yang kedua adalah merawat serta mendidik anak. Seorang ibu harus berusaha yang terbaik di dalam mendidik anak-anaknya, mengkader mereka agar menjadi manusia yang bertakwa dan bermanfaat. Seorang istri boleh saja berkarir di luar rumah dan sekolah formal setinggi-tingginya. Tapi jangan lupakan peran utama di dalam mendidik anak-anak. Pendidikan anak, terutama pendidikan aqidah dan akhlak, tidak bisa kita wakilkan kepada siapapun, bahkan kepada sekolah terbaik sekalipun. Ia tetap merupakan kewajiban seorang ibu terhadap anak-anaknya. Minimal dasar serta pondasi utama serta teladan nyata dari seorang ibu harus ditanamkan di dalam diri anak-anak kita.

Ketiga, pernikahan ternyata harus didasarkan oleh sikap saling menyayangi dan mengasihi

Suami harus bersikap penuh kasih kepada istri dan anak-anaknya. Karena ternyata laki-laki yang paling hebat di mata Rasulullah SAW bukanlah orang yang punya status sosial tinggi di dalam masyarakat. Tapi laki-laki terhebat adalah laki-laki yang paling baik akhlaknya kepada istri dan keluarganya.. demikian pula seorang wanita terbaik adalah seseorang yang memiliki akhlak terbaik terhadap suami dan keluarganya.

Jadi sikap kasar, perkataan kasar dan kotor, sikap keji dan jahat adalah di antara sikap-sikap yang harus dijauhi di dalam kehidupan rumah tangga :")

Keempat, pernikahan haruslah dihiasi oleh sikap bersyukur dan bersabar atas segala fase hidup yang dihadapi. 

Ayah saya mengatakan bahwa sabar dan syukur adalah dua pakaian identitas seorang Muslim. Karena jika sabar dan syukur, maka apapun situasi yang dihadapi, ujungnya adalah keberkahan dan kebaikan.

Allah SWT uji dengan nikmat, kemudian kita bersyukur maka ujungnya adalah kebaikan. Pun saat Allah uji dengan sedikit kesusahan, jika kita bersabar maka ujungnya adalah kebaikan pula. Jadi bukan semata-mata ujiannya, tetapi bagaimana respon kita di dalam menghadapi ujian tersebut :") #notetoself

Oh ya.. terkait dengan rasa syukur, sebagai istri saat suami memberikan uang pendapatannya, berapapun maka syukurilah. Katakan padanya "Terima kasih cinta karena telah berusaha mencarikan rezeki yang halal bagi kami. Aku doakan semoga engkau istiqamah dan Allah luaskan rezekimu dan menjadikanmu sebagai manusia yang kaya dan bertakwa.." insyaAllah akan berkah :")

Kelima, pernikahan akan berhasil jika dihiasi dengan sikap bertanggung jawab dan saling setia. 

Tanggung jawab dan kesetiaan adalah sangat krusial di dalam sebuah pernikahan. Ingat secantik atau seganteng apapun manusia di luar sana, mereka adalah haram bagi kita. Sedangkan meski biasa saja, tapi istri atau suamimu adalah yang halal bagi kita. 

Maka memang penting untuk berdandan di hadapan pasangan kita. Tapi bukan berarti jika tidak dandan maka bebas untuk tidak setia. Hey.. bersyukurlah. Jika badan istri melar setelah pernikahan, maka itu karena ia mengandung dan melahirkan anakmu wahai para suami. Jika muka suami lusuh saat pulang kerja, maka itu karena ia berusaha mencari rizki yang halal bagimu wahai para istri.

Setialah.. tetaplah cinta kepada mereka. Karena sesungguhnya ketidaksetiaan kita terhadap pasangan adalah awal kehancuran hidup kita. Zina adalah perbuatan yang sangat Allah SWT larang. Jangankan berbuat zina, mendekatinya saja dilarang.

Jauhilah segala yang dapat mengantarkan kita pada perbuatan keji itu. Jika hati kita lemah, maka jangan pernah mencoba untuk mendekatinya. Yakinlah, syetan akan membuat indah pada hal-hal yang haram. 

Itulah cinta di dalam sebuah pernikahan.. cinta yang tidak bisa didefinisikan secara sempit. Romantisme hanyalah bumbu penyedap di dalam sebuah pernikahan. Itu penting tapi tidak cukup. Necessary but not sufficient :")

Maka  lima  poin penting yang telah saya jabarkan itulah sebenarnya cinta  yang menjadikan sebuah pernikahan berhasil berdasarkan nasihat yang saya dapatkan serta pengalaman yang saya alami sendiri. 

Dan untuk menjaga pondasi utama tersebut, peran komunikasi di antara suami dan istri sangat penting. Materi dari kuliah Bunsay IIP telah membantu saya untuk memperbaiki sikap dan komunikasi saya terhadap suami. Meski masih jauh dari sempurna, meski masih sering tidak dipraktekan, tapi saya akan berusaha untuk menjaga pernikahan kami agar berkah dan menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Aamiin :")

Dan izinkan saya untuk berkata kepada suami saya lewat tulisan ini, "Suamiku.. aku mencintaimu karena Allah.. terima kasih dan maaf untuk segalanya.. Yuk kita terus erat berpegangan agar Allah SWT ridho sama kita..." :")

Me and my little family :')




No comments:

Post a Comment