Thursday 8 June 2017

Tantangan Komunikasi Produktif Kelas Bunda Sayang IIP : Day 9 "(Harus) Konsisten"

Komunikasi produktif bersama pasangan merupakan tantangan aplikasi setiap saat, mulai dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar. Dan antara poin satu dengan poin dengan poin lainnya saling berkesinambungan satu sama lain. Misalnya poin 2C (Clear and Clarify), tentu saja sangat erat kaitannya dengan kaidah 7-38-55. Dan agar pesannya tersampaikan secara sempurna pun kita harus pintar-pintar mencari waktu yang tepat alias "choose the right time".

Terkadang ada kalanya saya sudah merasa "sukses" di dalam mempraktikan poin-poin tersebut. Tapi kemudian ada aja ujian apakah kita konsisten menerapkan apa yang telah saya pelajari. 

Misalnya sore itu suami bilang bahwa besok suami akan berbuka shaum dengan teman-temannya di kampus. Entah kenapa saat itu saya merasa sedih. Udah mah kami tinggal bertiga doank, buka shaum juga bertiga aja, eh ini mau ditinggal juga buka shaum sama suami. FYI, beberapa hari sebelumnya pun suami sudah buka shaum juga dengan teman-temannya yang lain. Rasanya hampaaa saat suami ga ada.. *ciyee *agresif :P

Tapi ada rasa gengsi dalam diri saya untuk sekedar bilang, "Kalau buka shaumnya ajak aku dan Afifa gimana?" Entah kenapa saya berharap suami memahami bahwa bagaimanapun buka shaum bersama saya dan Afifa seharusnya menjadi prioritas utama. Kalau pun dia ada agenda buka shaum dengan teman-temannya kenapa ga berusaha untuk melibatkan saya dan Afifa juga? Toh saya tau agenda buka shaum ini bukan hanya untuk yang laki-laki. Ada teman-teman perempuan juga yang akan hadir. Saya ingin suami paham sendiri. Itu pikiran saya saat itu.

Karena gengsi akhirnya saya bilang, "Oke boleh. Tapi aku juga besok mau ajak Afifa ya makan di Nando's (salah satu nama resto favorit saya di KL). Nanti ayang buka shaum sama temen-temen, aku juga ada agenda sendiri.." ini nih kalimat tidak langsung yang ga logis.

Pertama, kebayang kan pergi berdua aja dengan Afifa dari sore sampai malem? Ya meski di mall, tetep aja kan cuma berdua, saya juga akan merasa kerepotan misalnya Afifa pingin turun dari stroller kemudian dia lari-lari.. Gimana ceritanya coba?

Kedua, ngapain juga out of nowhere mau makan di Nando's padahal saya dan suami sedang melakukan penghematan. Dan suami paham betul akan hal itu 😂😂😂 

Akhirnya suami bilang, "Ya udah aku ga jadi aja besok perginya.."
Yaaaa... Iiihhh kesel banget kenapa sih ga paham kalau saya bukannya melarang, tapi saya ingin dilibatkan.  Kok ga paham sih.. 

Ini akibat dari gengsi. Ini akibat dari kalimat tidak langsung. Ini akibat dari kode-kodean. Ini akibat ga praktekin materi kelas Bunsay. Ini akibat ga praktekin poin komprod metode 2C. *dadah-dadah ke Bunda Fasil Hehehehhehe..

Akhirnya saya terdiam. Ya sudah tenangkan diri dulu. Saya mulai tilawah. Saat itu jam 5.30 sore. Suami sibuk sendiri di dapur. Eh ternyata doi masak untuk makanan buka (maghrib jam 7.30). Ya ampun saya lupa belum masak😂😅 Suami lagi goreng tempe dan bikin telur teri balado plus sebelumnya masak nasi. Untuk takjil dia siapkan bubur kacang ijo. Belum lagi dia pun potong-potong sayur kangkung buat ditumis. Saya jadi malu sendiri.. akhirnya saya take over lah dapur (setelah sebelumnya saya diem-diem foto dia lagi masak). Saya masak tumis kangkungnya. Lalu saya pun memanaskan pepes ikan mas kesukaan Afifa dan suami. 

Pak Suami yang sedang masak

Menu buka shaum

Bubur Kacang Ijo buatan Pak Suami


Akhirnya saat berbuka puasa pun tiba. Saat saya mencicipi masakan suami, saya langsung senyum. "Enaaaak..." kata saya. hehehe.. suami pun tersenyum. langsung deh cair lagi suasananya. 

Akhirnya setelah kontemplasi, saya sadar bahwa sikap saya kekanak-kanakan banget dalam merespon permintaan izin suami tersebut. Toh kalau dihitung-hitung baru sekali saja suami buka shaum di luar, besok baru yang kedua kalinya. Sisanya ya buka shaum bareng saya. Mungkin suami ga menawarkan untuk mengajak saya dan Afifa karena memang buka shaum tersebut khusus mahasiswa dari jurusan tersebut, ga ada yang dari luar jurusannya.

"Maafin aku yaa.. ayang boleh kok buka shaum sama temen-temen, aku sama Afifa di rumah aja ya.." kata saya akhirnya.

Hikmah di balik kejadian ini adalah saya harus lebih konsisten lagi di dalam mempraktikan poin-poin komunikasi produktif. Pokonya praktek, praktek, praktek.. konsisten, konsisten, konsisten :D jangan mengharapkan pasangan langsung paham kalau poin pembicaraan yang disampaikan pun ga langsung pada intinya. Hehehehe.. itu aja.

#level1
#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

No comments:

Post a Comment