Monday 5 June 2017

Tantangan Komunikasi Produktif Kelas Bunda Sayang IIP : Day 6 "Meminta Maaf"

Sedari kecil saya diajarkan oleh Papa saya untuk senantiasa membiasakan meminta maaf kepada orang-orang di lingkungan tempat kita berada, terutama jika terjadi kesalahpahaman atau adu argumen yang menciptakan ketidaknyamanan. Namanya hidup pasti penuh dengan warna. Misalnya saat dulu saya kecil melakukan kesalahan sehingga membuat Mama saya marah, Papa pun segera mendekati saya untuk mengatakan, "Ayo cium tangan ke Mama minta maaf." Kemudian beliau akan memantau saya dari kejauhan untuk memastikan apakah saya telah meminta maaf atau tidak.

Atau yang lucu, jika saya kecil membuat Papa saya marah, pada akhirnya Papa saya sendiri yang datang ke saya untuk sekedar bilang, "Ayo sekarang cium tangan Papa dan minta maaf sama Papa." 

Alhamdulillah dengan didikan seperti itu, budaya meminta maaf itu benar-benar tertanam dalam diri saya. Bahwa saya harus mau berbesar hati mengakui kesalahan, dan meminta maaf kepada pihak-pihak yang telah dibuat tidak nyaman.. :")

Pun ketika telah berumah tangga, dengan berbagai macam perbedaan watak, karakter, sifat, latar belakang, pola asuh, pemahaman, kebiasaan, dan lain sebagainya, tidak dapat dipungkiri terkadang ada moment-moment dimana saya dan suami pun beradu argumen atau tidak sependapat akan suatu hal yang sama. Kalau kata suami, "Ga apa-apa namanya juga hidup, anggap aja ini sebagai bumbu penyedapnya.." :")

Dengan fakta seperti itu, maka sikap mau berbesar hati untuk meminta maaf, terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, harus ditanamkan dalam diri masing-masing individu. Meski sang istri merasa suamilah yang salah, tetap saja istri harus berusaha memaafkan dan meminta maaf kepada suami. Sebaliknya, suami pun harus demikian. Karena meminta maaf sesungguhnya bukan menunjukkan siapa yang salah, tapi justru ia sejatinya menunjukkan kebesaran hati seseorang untuk membuat suatu hal dan sebuah kondisi menjadi lebih baik.

It takes two different people in a marriage life. So to make it works, marriage needs adjustments. Selama bukan masalah prinsipil seperti akidah, pernikahan menurut saya memerlukan penyesuaian-penyesuaian antara ekspektasi dengan realita. Maka dari itu, sikap-sikap mau mengakui kesalahan serta berbesar hati dalam meminta maaf dan memaafkan pasangan amatlah diperlukan.

Sebenarnya kita pun tidak perlu menunggu diri kita membuat kesalahan dulu baru meminta maaf kepada pasangan. Terkadang meminta maaf pun merupakan salah satu cara kita di dalam mengungkapkan perasaan cinta kita kepada pasangan kita. Kita meminta maaf atas kekurangan diri kita dan atas ketidaksempurnaan diri kita. Justru itu akan memperkuat rasa cinta dan rasa saling memiliki di antara pasangan. Iya ga sih? Apa saya sotoy ya :D

Dan agar maaf kita dapat tersampaikan dengan baik, kita pun harus cerdas di dalam memilih waktu yang tepat di dalam menyampaikannya. "Choose the right time" untuk ungkapkan permintaan maaf kita kepada pasangan. Yang terbaik adalah saat kondisi dimana kedua individu dalam keadaan tenang dan jauh dari emosi marah.

Salah satu moment yang biasanya saya manfaatkan untuk meminta maaf kepada suami adalah pada saat shalat berjamaah di rumah. Jika suami tidak pergi ke masjid karena sesuatu alasan, maka biasanya kami memanfaatkan waktu untuk shalat berjamaah bersama.

Seperti tarawih tadi malam. Entah kenapa Afifa menangis "kejer" saat suami akan berangkat ke masjid. Afifa merengek ingin ikut, sedangkan saya belum mempersiapkan mental Afifa untuk dibawa ke masjid untuk melaksanakan tarawih, karena tarawih di masjid dekat rumah agak lama. Selain itu kondisi Afifa yang sedang batuk pilek tidak memungkinkan untuk diajak karena udara malam. Sebagai informasi, Afifa sangat sensitif terhadap udara malam hari.

Salahnya suami adalah karena ia pergi tanpa pamitan. Saat Afifa sadar Papanya pergi tanpa pamit, menangislah ia. Suara tangisannya terdengar hingga beberapa meter dari luar rumah 😅 Akhirnya suami kembali lagi ke rumah dan kami melaksanakan Shalat Tarawih berjamaah di rumah.

Setelah selesai berjamaah, moment tersebut saya manfaatkan untuk meminta maaf kepada suami atas berbagai kesalahan saya hari itu. Saya cium tangannya, saya minta maaf kepadanya. Kemudian suami pun memaafkan dan meminta maaf kepada saya juga atas kekurangannya. Kemudian ia pun mengecup kening saya. Tidak ketinggalan Afifa pun kami cium di pipi kanan-kirinya secara bersamaan agar energi cinta kami tersalurkan kepadanya. Kami pun tersenyum bahagia alhamdulillah :")

Selepas Tarawih


#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

No comments:

Post a Comment