Thursday 1 June 2017

Tantangan Komunikasi Produktif Kelas Bunda Sayang IIP : Day 1 "Mudik ke Riau"

Alhamdulillah pada tanggal 27 Mei hingga 2 juni 2017 ini saya, a Hambari dan Afifa diberikan kesempatan oleh Allah swt untuk bersilaturahim ke rumah kedua orang tua suami di Desa Batang Malas, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Terakhir saya berkunjung ke tempat mertua adalah tiga hari setelah kami menikah yaitu tanggal 25 desember 2013. Jadi sudah 3.5 tahun lamanya saya belum bersilaturahim lagi ke kediaman mertua. Huhu maafkan ya keluargaku. Baru ada rezeki dan kesempatannya sekarang. InsyaAllah kami niatkan untuk bersilaturahim minimal setahun sekali :") 

Untuk catatan, desa asal suami adalah sebuah desa yang berada di pesisir selat Melaka, sehingga untuk mencapainya kami harus naik kapal ferry setelah sebelumnya naik pesawat dari Kuala Lumpur ke Batam. Sebenarnya banyak alternatif pilihan jalan untuk menuju tempat suami, tapi melihat kondisi Afifa yang baru pertama kali melakukan perjalanan laut, jadi kami putuskan untuk memilih jalur Batam. Dari KL (Bandara Subang Jaya) kami berangkat tanggal 27 mei ke Bandara Hang Nadim Batam. Kami lalu menginap semalam di Batam (di Hotel Harmoni One), kemudian melanjutkan perjalanan ke tempat suami di hari berikutnya. Selama empat jam perjalanan ferry dari Pelabuhan Sekupang Batam ke Selat panjang, kemudian dilanjutkan naik mobil ke tempat mertua sekitar 45 menit lamanya. Perjalanan yang cukup lama.. 

Kekhawatiran saya yang paling utama adalah kenyamanan Afifa. Tahankah ia melalui perjalanan sepanjang itu dengan moda transportasi yang belum pernah ia gunakan sebelumnya? 

Lalu selama di tempat mertua akan nyamankah ia? Akan nyamankah saya? Karena kondisi kampung halaman suami 180 derajat berbeda dengan apa yang saya dan Afifa biasa temui. 

Namun, saya kembalikan niat saya. Bahwa perjalanan ini dilakukan dalam rangka bersilaturahim, mendekatkan diri dengan keluarga suami, dan tentunya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. 

Maka yang saya lakukan pertama kali adalah membrainstroming diri saya sendiri. Melakukan komunikasi produktif bagi diri saya sendiri dulu. Karena sugesti dan pandangan dari dalam diri saya sendiri akan berpengaruh terhadap bagaimana saya berkomunikasi dengan suami dan Afifa dalam melalui perjalanan ini.

Yang pertama saya lakukan adalah tentunya berdoa kepada Allah swt agar semua pihak diberikan kesehatan, kebahagiaan, keselamatan dan kenyamanan selama kami melakukan perjalanan ini. Saya berkeyakinan bahwa Allah-lah yang mengendalikan segalanya, maka hal wajib pertama dan utama yang harus dilakukan adalah dengan meminta tolong padaNya agar semua berjalan dengan penuh keberkahan. Intinya adalah berkah dariNya yang membuat kami semua nyaman dan bahagia. Iya kan? :")

Alhamdulillah ternyata selama perjalanan kami tidak mengalami hambatan yang berarti. Afifa yang saya pikir akan merasa tidak nyaman, justru super excited selama perjalanan. Tidak muntah alias mabuk laut. Makannya pinter. Bermain-main dan begitu bahagia melihat laut.

Yang kedua adalah saya kemudian mengingat kembali bahwa pasti ada perasaan rindu dari Bapak dan Ibu mertua atas kehadiran fisik kami. Maka inilah salah satu cara bakti kami kepada mereka, yaitu menjalin silaturahim. 

Dan benar.. saat kami datang, suasana haru begitu terasa. Apalagi ibu mertua sampai menangis saat memeluk suami. Ya Allah.. ada desir kebahagiaan saat melihat pemandangan tersebut. Bahagiaaa sekali rasanya.. alhamdulillah. Emak (begitu kami memanggil ibu suami) bilang bahwa seorang ibu akan terus merindukan kehadiran anaknya, setiap detik seorang ibu akan senantiasa ingat anaknya. 

Yang ketiga adalah saya mensugesti diri saya sendiri bahwa selama bukan hal-hal yang sifatnya prinsipil seperti akidah, kita harus memiliki sikap fleksibilitas dan sikap adaptif terhadap berbagai kondisi yang kita hadapi. Bukan kondisinya yang menjadi masalah tapi bagaimana reaksi kita terhadap kondisi tersebut.

Kenyamanan-ketidaknyamanan, kemudahan-kesukaran, kepraktisan-kerumitan, dan sebagainya merupakan sunatullah yang bergiliran terjadi. Ibaratnya mereka adalah dua sisi dari sebuah koin, yang ada dan beriringan. Yang harus dipersiapkan adalah bagaimana kita merespon itu semua. 

Alhamdulillah.. karena tempat orang tua suami masih sangat alami, dengan kebun yang amat luas, sederhana namun bersahaja, justru saya merasa nyaman dan langsung bisa beradaptasi dengan baik. 

Emak sebelumnya khawatir apakah saya akan betah di sana karena suasananya mungkin berbeda dengan apa yang biasa saya hadapi. Tapi nyatanya alhamdulillah karena saya mensugesti diri saya untuk menikmati dan mensyukuri apa yang ada, maka diri ini rasanya cepat beradaptasi. Justru saya banyak sekali bersyukur dengan segalanya. Bahagiaaa sekali. Alhamdulillah..

Jadi memang benar, komunikasi produktif dengan diri sendiri amat penting. Karena ia akan berpengaruh terhadap alam bawah sadar kita sendiri. Alam bawah sadar nantinya akan berpengaruh terhadap pikiran kita. Pikiran akan berpengaruh terhadap reaksi dan respon diri kita di dalam menjalani apa yang ada di hadapan. 

Selanjutnya komunikasi produktif yang harus diterapkan adalah komunikasi dengan suami. Poin yang pertama saat berdiskusi dan merencanakan perjalanan ini adalah menerapkan kaidah 2C: Clear and Clarify (Jelas dan Klarifikasi). Jangan pake kode-kodean, karena biasanya laki-laki suka lama nangkep kode dari perempuan. Makanya kita to the point aja biar ga merasa di-PHP-in. Eeaaa 😆😆

Jadi saya dan suami berdiskusi apa yang kami persiapkan. Saat di perjalanan dan saat di tempat suami.
Kami membagi tugas. Misalnya jika suami pegang tas dan barang bawaan kami, maka saya fokus menjaga Afifa. Jika saya yang kebagian tugas menyuapi Afifa atau menemaninya bermain, maka tugas suami adalah memandikan Afifa. Jadi semua membagi tugas dan menjalankannya dengan baik.

Misalnya diskusi dengan metode 2C yang diterapkan saya, "Yang, aku yang suapin Afifa sarapan, habis itu Afifa mandi sama Ayang ya." Singkat, padat, jelas. Tapi tentunya dengan penuh senyum manis dan kedipan mata.. hahahahaha.. engga sambil cemberut dan jutek :D

Pun saat di tempat suami, saya minta suami  dekat dengan keluarganya, memanfaatkan kebersamaan dengan waktu yang ada tapi  tetap mengikutsertakan saya ke dalam kebersamaan tersebut. Hal ini bertujuan agar saya pun semakin mengenal dekat keluarga suami.

Saya bilang, "Yang, ayo ngobrol sama Emak, Bapak dan kakang-kakang. Tapi aku ikut ya. Kalau ada yang ga ngerti tolong diterjemahin.." (Karena keluarga suami pake bahasa Jawa jadi saya roaming).

Suami pun meminta saya fokus menjaga Afifa saat dirinya pergi ke masjid. "Sekarang aku tarawih di masjid dulu. Ayang temenin Afifa dulu ya. Shalatnya gantian aja." Oke deh saya manut wae mas😆

Begitulah.. ternyata memang komunikasi produktif pada poin 2C sangat penting untuk diterapkan agar pesan yang tersampaikan sesuai dengan maksud sang pemberi pesan :")

Alhamdulillah secara umum perjalanan kami sangat berjalan baik. Semua bahagia dan merasa nyaman.

Bersama keluarga A Hambari di malam terakhir kami disana


#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip



No comments:

Post a Comment