Friday 17 March 2017

Seminar Parenting “Komunikasi Efektif untuk Generasi Gemilang” Bagian 4 (Tamat)


Alhamdulillah kita sudah sampai kepada bagian terakhir dari seri seminar parenting yang diadakan pada hari Sabtu tanggal 11 Maret 2017 yang lalu. Sesi terakhir dari seminar ini adalah sharing pengalaman pribadi oleh Mba Iranty Purnamasari alias Mba Ranty. Saat pertama kali beliau datang, saya langsung berbisik dalam hati, “Ih itu si Emak yang suka bilang, ‘Oh… seperti itu.’ di sinetron Ojeg Pengkolan…” Hehehhee… Saya sungguh bersyukur pada hari itu kami berkesempatan tidak hanya mendapatkan materi dari para certified trainer yaitu Mba Chita dan Mba Iwed, tapi juga mendapatkan ilmu dari pengalaman pribadi seorang public figure yang tentunya dapat kita ambil ibroh alias hikmahnya. Baik kita mulai ya :’)

Sekilas tentang Mba Ranty
Di awal sharingnya, Mba Ranty memperkenalkan diri sebagai Ibu dari seorang remaja putri berusia 16 tahun yang bernama Selika. Alhamdulillah tidak perlu menunggu lama Mba Ranty diberikan amanah oleh Allah SWT. Tiga bulan setelah pernikahan, Mba Ranty pun hamil Selika. Saat mengetahui kehamilannya, Mba Ranty langsung menghentikan segala kegiatannya dan hanya ingin berfokus pada kehamilannya. Bahkan maternity leave (cuti melahirkan) yang ia jalani pun di-extend hingga dua tahun lamanya demi menyusui sang buah hati. MasyaAllah ya, betapa saya sangat salut saat Mba Ranty bercerita bahwa dia vakum dari segala kegiatan hanya untuk fokus pada kondisi kehamilannya dan menyusui Selika. Barakallah Mba Ranty… :’) Mba Ranty pun melanjutkan kegiatannya saat Selika sudah disapih.
Mba Ranty


Tapi…
Karena Mba Ranty merasa bahwa bonding yang terbangun antara dirinya dengan Selika amat kuat karena selama tiga tahun fokusnya hanya untuk Selika, Mba Ranty merasa bahwa dia-lah yang mengetahui yang terbaik untuk anaknya. Di sebagian hal memang benar, namun  di sebagian yang lain Mba Ranty menyadari bahwa itulah kesalahannya di dalam mendidik Selika. Misalnya, saat Selika kecil Mba Ranty sudah menyiapkan makan sesuai dengan porsi yang Mba Ranty pikir adalah yang terbaik untuk Selika. Saat Selika bilang kenyang tapi makanan belum habis, maka Mba Ranty akan tetap memaksa Selika untuk menghabiskannya. Padahal mungkin respon tubuh Selika sudah berkata kenyang, tapi tetap dipaksa untuk menghabiskan makanannya. Suami Mba Ranty sudah mengingatkan, daripada Selika memuntahkan apa yang sudah dimakannya, lebih baik sudahi saja makannya. Tapi Mba Ranty berpikir bahwa apa yang sudah disiapkan, maka itulah yang mesti dihabiskan. Dan… ternyata benar, di suapan terakhir, Selika memuntahkan semua makanannya. Belum cukup sampai di situ, bukannya Mba Ranty menyudahi makan Selika, tapi Mba Ranty malah menyiapkan makanan lagi untuk Selika karena ia berpikir makanan di perut Selika sudah dimuntahkan sehingga perutnya kosong… Begitu sering terjadi dahulu… Mba Ranty amat menyesal jika harus mengingat kejadian itu…

Kesalahan Komunikasi
Mba Ranty menyadari bahwa salah satu kesalahan komunikasi yang terjadi antara dirinya dengan Selika adalah adanya komunikasi yang sifatnya satu arah. Bahwa di dalam benak Mba Ranty saat itu, anak harus menurut apapun yang diperintahkan oleh Ibunya karena Ibu-lah yang mengetahui yang terbaik bagi anaknya.  Mba Ranty selalu mencukupi apa pun yang Selika butuhkan (menurut perspektif Mba Ranty), sehingga ia menjadi merasa superior atas Selika. Jika Selika menunjukkan sikap tidak suka, maka Mba Ranty akan langsung menegur Selika. Bahkan Mba Ranty pernah bilang, “Jika kamu tolak pinggang, maka saya bisa tolak kepala…” dengan suara naik beberapa oktaf.

Children see. Children do.
Mba Ranty pun bercerita bahwa apa yang anak lihat, maka itulah yang akan dia lakukan. Beberapa sikap yang kurang baik yang pernah Mba Ranty lakukan di depan Selika, ternyata dicontoh pula oleh Selika. Misalnya sikap memarahi asisten rumah tangga. Awalnya Mba Ranty amazed dan berpikir, “Ih lucu ya Selika kaya mini-me…” Tapi lama kelamaan dia berpikir bahwa Selika mencontoh hal-hal yang kurang baik dari dirinya, pasti ada sesuatu yang salah.

Titik Balik
Sampai suatu saat Mba Ranty menyadari bahwa ada perubahan di dalam diri Selika, dari pribadi Selika yang ceria menjadi pribadi yang tertutup. Setiap ditanya, jawaban Selika selalu oke, she is fine, nothing is wrong. Tapi feeling Mba Ranty sebagai seorang Ibu mengatakan bahwa sepertinya ada yang salah.

Kesedihan Mba Ranty memuncak saat ia mendapati Selika telpon-telponan dengan orang lain, mencurahkan segala isi hatinya terutama kegundahan di dalam hatinya. Ternyata yang Selika telpon adalah gurunya. Saat itu Mba Ranty sedih, mengapa saat Selika perlu cerita, Selika malah mencurahkan segalanya pada orang lain, bukan pada dirinya sebagai ibunya. Mba Ranty sedih, bukan karena apa-apa, tapi dia menyadari bahwa belum terbangun kenyamanan dan kepercayaan Selika terhadap dirinya.

Mengikuti Pelatihan Enlightening Parenting
Suatu saat di tahun 2015, Mba Ranty diminta oleh sahabatnya yang bernama Mba Arie untuk membacakan narasi di acara launching buku “The Secret of Enlightening Parenting”. Saat itu pertama kalinya ia terpapar akan informasi dan ilmu tentang ilmu parenting yang dibawakan oleh Mba Okina. Sejak saat itu ia sering berdiskusi dengan Mba Arie mengenai parenting dan segala yang berkaitan dengannya. Mba Arie pun menyarankan Mba Ranty untuk mengikuti pelatihan selama dua hari bersama Mba Okina Fitriani. Dengan niat untuk terus memperbaiki diri sebagai seorang Ibu, maka diikutinyalah seminar tersebut. Pada saat itu, Mba Ranty benar-benar tersadarkan akan kesalahan-kesalahan komunikasinya dengan Selika selama ini. Ia segera tau mengapa Selika menjadi pribadi yang amat tertutup terhadap dirinya. Kata Mba Ranty, “Saat saya mengikuti pelatihan, saya ibarat ditampar bolak-balik..” sambil menirukan gaya orang menampar. Hehehe… You are not alone Mba Ranty… Saya juga di seminar kemarin merasa ditampar ko… Hehehehhe :D

Mba Ranty mendapatkan banyak pencerahan setelah mengikuti seminar tersebut. Ia langsung berbenah diri, apa yang bisa diperbaiki akan ia perbaiki seoptimal yang ia bisa. Maka Mba Ranty mulai sharing dari hati ke hati dengan Selika, terutama mengenai apa yang Selika rasakan… Kemudian Selika berkata, “Jika Mama marah, itu akan merusak satu hari saya…” Ternyata apa yang Mba Ranty lakukan akan memengaruhi kondisi anaknya secara langsung. Ia tersadar bahwa selama ini Selika menurut kepadanya hanya karena Selika takut dimarahi Mama bukan karena Selika sadar bahwa itu adalah untuk kebaikan dirinya. Kalau dimarahi Mama, Selika akan kehilangan mood baik dalam satu hari. Saat itu Mba Ranty tersadar dan bertekad untuk terus memperbaiki komunikasi yang ia bangun dengan Selika.

Saat Ini
Memperbaiki diri sesungguhnya merupakan proses seumur hidup. Selama kita hidup, maka proses perbaikan diri akan terus dan harus kita jalani. Mba Ranty terus memperbaiki diri, meski tidak gampang tapi ia terus berusaha sekuat tenaga untuk mengejar ketertinggalan karena kesalahan komunikasinya dengan anak semata wayangnya ini.

Dan ternyata, usaha tidak akan pernah mengkhianati orang yang berusaha. Setelah terus menerus memperbaiki diri, Mba Ranty merasakan adanya perubahan yang lebih baik terutama pada hubungannya dengan Selika. Selika menjadi anak yang selalu terbuka pada Mba Ranty, menceritakan apa yang selalu dirasakannya. Ada moment-moment kedekatan yang biasa ia lakukan bersama Selika. Misalnya saat mereka di mobil, mereka berpegangan tangan tanpa berbicara apapun sambil Selika menyandar pada bahu Mba Ranty atau Mba Ranty tiduran di atas paha Selika. Pun Mba Ranty selalu menyediakan quality time bersama Selika. Ia menyadari kesibukannya, maka kualitas kebersamaan dengan Selika adalah yang utama. Mba Ranty menyingkirkan segala hal yang dapat mendistract fokusnya pada Selika… Ia singkirkan handphone, karena tidak ada yang lebih penting daripada kedekatannya dengan Selika.  Hingga suatu saat Selika sendiri yang berkata, “My Mom is my best friend.” Di situ Mba Ranty menitikkan air matanya, atas pengalamannya bersama Selika, bagaimana kondisi mereka dulu dan saat ini.

Mba Ranty bertekad bahwa ia akan terus memperbaiki kualitas komunikasi di antaranya dengan Selika. Karena bagaimanapun, anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus senantiasa dijaga dan dididik dengan penjagaan serta pendidikan yang terbaik karena suatu saat ia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Aamiin ya Rabbal aalaamiin…

MasyaAllah… saat mendengar cerita dari Mba Ranty kami merasa diingatkan oleh suatu pengalaman yang begitu luar biasa dan berharga… Mba Ranty tidaklah sendirian, kami semua para orang tua pasti mengalami kesalahan terhadap anak kami. Tapi… kita harus terus memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik lagi, Aaamiin..

Sekian notulensi dari saya atas seminar minggu lalu. Semoga bermanfaat. Sesungguhnya kebenaran sumbernya dari Allah SWT dan kesalahan murni berasal dari saya sebagai manusia yang penuh khilaf. Mohon maaf yaa :)
(Atas kiri ke kanan: Pupu, Qorry, Aci, dan Keke)
(Bawah kiri dan kanan: Mba Chita, Mba Iwed, dan Mba Ranty)

Cheers...

Tamat.

3 comments:

  1. terimakasih banyak untuk rangkaian notulen yang super keren-nya Mbak Qurroh Ayuniyyah.. semoga tulisan2 kerennya menjadi amal ilmu yg bermanfaat yg kelak dituai pahalanya di kehidupan abadi,Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Allahumma aamiin.. terima kasih Mba Iwed. Moga kita masih bisa berjumpa di lain kesempatan dlm keadaan sehat dan bahagia yaa :") aamiin..

      Delete
  2. makasih share nya .. inspiratif sekali

    ReplyDelete