Saturday, 12 August 2017

Tantangan 10 Hari Family Project "Home Quran Hour" Day 4

Ada sebuah penyesalan yang saya miliki pada saat saya kecil hingga remaja yaitu tidak seriusnya saya di dalam menjalankan didikan Ayah saya terkait dengan Al-Quran serta hadist.

Saat saya kecil hingga SMA, ayah saya mendidikan saya dan kakak-kakak saya untuk senantiasa membaca Al-Quran dua kali sehari, yaitu ba'da Subuh dan ba'da Maghrib. Tidak banyak, hanya satu lembar setiap kali mengaji. Jadi sistemnya saya dan kakak-kakak saya bergiliran mengaji, ayah saya mendengarkan dan membenarkan bacaan Quran kami. Setelah itu dilanjutkan dengan menambah hafalan juz Amma, membaca arti ayat Quran kata per kata, kemudian dilanjutkan membaca dua kitab hadist (saya lupa kitab apa, kalau gak salah Kitab sahih Bukhari) kemudian mengartikannya kata per kata. Kemudian ditambah belajar bahasa Arab kata per kata yang amat dasar.

Yang saya sesali adalah karena saya tidak menjalankan itu semua dengan kebahagiaan. Seringkali setiap kali Ayah saya datang dari Masjid selepas subuh dan maghrib, mengetuk pintu sambil berkata "Ayo ngaji ayo ngaji.." Tapi perasaan malas menghantui saya, sehingga menjalankan itu semua tanpa kesungguhan.

Hasilnya adalah saya stagnan bahkan mengalami kemunduran di semua level yang Ayah saya ajarkan :"( Sedih dan menyesal sekali..

Sejak S2 saya mulai menyadari betapa pentingnya ilmu-ilmu yang Ayah saya ajari dahulu.. :"( Apalagi saya mengambil jurusan ekonomi dengan spesialisasi ekonomi syariah sehingga kemampuan bahasa Arab, mengartikan ayat-ayat Al-Quran dan hadist Nabi menjadi sebuah value added bagi saya di dalam memahami ilmu ini. Saya menyesaaall sekali. Baru terasa manfaat mengapa Ayah saya mendidik kami seperti itu. Dan sekarang semua tinggal-lah penyesalan.. menyesal karena tidak memanfaatkan secara optimal ilmu yang Ayah saya ajari. Menyesal kenapa dulu tidak tumbuh perasaan mencintai apa yang Ayah saya terapkan?

Maka saya pun berpikir tentang proyek HQH yang saat ini saya terapkan. Bagaimana ya menumbuhkan kecintaan pertama kali kepada Afifa terkait Al-Quran? Sepertinya metode reward harus direview ulang. Saya dengan suami pun berdiskusi.

M: "Yang menurut Ayang gimana ya praktek Proyek HQH kita?"
S: "Kayanya kita harus mengikuti nyamannya Afifa kaya gimana aja. Jangan sampe dia merasa terpaksa malah jadi ada trauma kan bahaya."
M: "Malah dia ga mau ngaji lagi ya?"
S: "Iya itu justru bahaya."
M: "Ya udah gimana kalau kita tetap memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran aja setiap abis Maghrib tanpa ekspektasi apa-apa ya tentang Afifa?"
S: "Iya setuju."

Begitulah.. akhirnya program HQH hari keempat dijalankan tanpa mewajibkan Afifa untuk mengikuti kami membacakan surat An-Nas. Yang terpenting ia mendengarkan kami mengaji. Yang terpenting ia tau bahwa keluarga kami memiliki waktu spesial untuk Al-Quran. Tanpa ada paksaan. Yang terpenting Afifa bahagia. She is only 2 years and 7 months old! What she needs is she enjoys the moment. She feels happy about it. 

Jadi ba'da Maghrib saya dan suami memulai HQH dengan membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan tiga surat terakhir. Sedangkan Afifa bermain senyamannya dia sambil mendengarkan kami.
Kemudian dilanjutkan saya menambah hafalan satu ayat baru selama 15 menit dan suami memurojaah hafalannya selama 15 menit secara bergantian.
Acara pun diakhiri dengan pelantunan doa tilawah.

Alhamdulillah.. afifa pun tampak senang, tidak ada adegan menangis seperti sebelumnya. Semoga hari selanjutnya lebih baik lagi. Aamiin..

#Day4
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

No comments:

Post a Comment