Saturday 26 May 2012

Mendadak Melow


Sahabat…
Hari ini tilawah Al-Quran saya sampai pada surat ke-12, yaitu surat Yusuf.

Entah, ada sebuah ayat yang benar-benar “menohok” hati saya…

“…Wahai Tuhan pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim, dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (12: 101)

Masya Allah, bahkan seorang Nabi yang sudah dijamin keislaman dan keimanannya saja masih berdoa agar memiliki akhir yang baik (khusnul khatimah), yaitu diwafatkan dalam keadaan muslim.

Bagaimana dengan kita, manusia berlumuran dosa yang tiada mengetahui bagaimana akhir hidup kita?

Sudahkah kita berdoa agar Allah mencabut nyawa kita saat kita berada dalam keadaan beriman?

Yakinkah bahwa akhir kalimat yang kita ucapkan adalah kalimat syahadat? Kalimat kesaksian bahwa tiada Tuhan yang dapat kita sembah melainkan Allah ta’ala serta Muhammad adalah utusan Allah?

Masya Allah…
Merinding saya apabila harus memikirkannya…

Bahkan Rasulullah pun, yang sudah dimaksum, dijamin dan dibebaskan dari dosa masih terus beristighfar, berdzikir, memuji dan menyebut nama Allah selama hidupnya. Lalu kita bagaimana??

Nabi Yunus pun di dalam doanya begitu merendahkan dirinya di hadapan Allah… Dengan mengatakan, “Lailaa ha illa anta subhanaka inni kuntum minadz dzalimin.” (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim).

Ya Allah… Ya Rabbi…
Betapa mulianya para Nabi-Mu. Betapa sempurnanya mereka dalam bingkai ketundukan, kecintaan, hingga ketakutan kepada-Mu.

Hingga mereka merendah, memohon agar diwafatkan dalam keadaan Muslim… Hingga mereka merasa bahwa mereka tetap harus beristighfar, memohon ampun pada-Mu, padahal mereka adalah yang pertama-tama akan memasukki jannah-Mu…

Ya Ghaffur… Yang Maha Pengampun…
Ampunilah kami… Sayangi kami…
Jangan Kau hukum kami atas kekhilafan kami…
Jangan Kau murka akan kesalahan kami..,
Berikan kami akhir yang baik…
Sebuah akhir dimana kami sedang berada di dalam puncak keimanan dan keislaman kami…
Sebuah akhir saat kami mencintai-Mu melebihi segalanya…

Ya Rahman… Ya Rahim…
Masukkan kami kelak ke dalam surga-Mu Allah, tanpa hisab.
Meski diri ini tak pantas memasukinya, meski kami sama sekali tidak layak… Namun kami tidak akan pernah sedetik pun sanggup untuk merasakan panasnya neraka-Mu…

Ya Allah, dekatkan kami dengan golongan orang-orang yang shaleh…
Berikan kami naungan kelak pada hari dimana tidak ada naungan selain dari-Mu… Tiada penolong selain pertolongan-Mu… Tiada perlindungan selain perlindungan-Mu…

Allah… Allah… Allah…

Ajari kami terus… Terus ajari kami…
Agar kami dapat mencintai-Mu, layaknya Engkau mencintai kami.



Sebuah pengingat diri, yang masih terus belajar mencintai-Nya di atas segalanya.

Friday 25 May 2012

Sabar itu (katanya) Indah :)


“Sabar ya…”
Nasihat itu yang selalu saya dengar.

Berkali-kali…

Ataupun.. “Rencana Allah pasti yang paling indah dan yang terbaik. Jadi, bersabarlah dengan segala ketetapan Allah.”

Ya… Memang hanya dengan bersabar, semuanya akan menjadi indah.

“…maka hanya dengan bersabar itulah yang terbaik bagiku.” (QS. Yusuf: 18)

“Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang sabar.” (QS. Yusuf: 90)

“Sesungguhnya balasan bagi orang yang bersabar adalah balasan yang tak terhingga.” (QS. Az Zumar: 10)


Sabar…
Ya... 
Saya sedang berusaha menjadi pribadi yang pandai untuk bersabar.
Bismillah..

Tuesday 22 May 2012

The Existence of Her


“Ketika hati itu telah bersatu, maka sikap saling mengerti dan menghargai akan selalu hadir… Meski tanpa diminta…”

Sahabat…
Saya punya seorang Kakak perempuan. Namanya Fithriyyah Shalihati. Saya memanggilnya Teh Okty. Teh Okty ini 3 tahun lebih tua usianya daripada saya.

Karakter kami cukup bertolak belakang.
Teh Okty yang cenderung tomboy, pemberani, dan blak-blak-an, memiliki saya sebagai adiknya yang cenderung manja, penakut, dan cengeng.

Seperti layaknya hubungan adik-kakak kebanyakan, kadang kami berantem, marahan, atau saling sebel-kesel-bete dan segala perasaan negatif lainnya. Manusiawi sekali saat dua sifat yang cukup bertolak belakang bertemu, pasti ada aja gesekan karakter di antara kami berdua.

Tapi…
Taukah sahabat?
Jika saya flashback, satu hal yang selalu saya ingat dari Teh Okty adalah sikap penyayang dan protektif-nya yang luar biasa pada saya.

Saya ingat, dulu saat SD, uang jajan Teh Okty, sebagian besar dihabiskan untuk membelikan oleh-oleh jajanan buat saya. Karena dulu saya selalu menunggu Teh Okty pulang untuk minta oleh-oleh. Saya ingat, dia selalu membelikan saya “Anak Mas”, “Terompet Mas”, “Nutri Sari”, “Pempek”, atau “Pastel”. Pokonya di antara kelima makanan tersebut, pasti Teh Okty membelikan tiga untuk dibawa pulang, khusus untuk adiknya yang super lucu ini.. *siapin ember buat muntah* Hehehe…

Lalu, dengan karakter yang penakut ini, saya seringkali merepotkan Teh Okty. Contoh hal simple, saat di restoran cepat saji. Saya gak berani ke meja kasir dan memesan makanan dan membayarnya. Entah kenapa kadang perasaan takut itu muncul… Lalu Teh Okty-lah yang selalu memesankan dan membelikan makanannya untuk saya.

Beberapa kali saya gak bisa tidur.
Saya langsung cari Teh Okty. Bilang gak bisa tidur. Lalu Teh Okty memegang tangan saya sambil bilang, “Udah jangan takut. Yuk tidur. Bismillah…” Dan akhirnya semalaman saya tidur dalam posisi  berpegangan tangan dengan Teh Okty. Dan tidur pun nyenyak setelahnya. Alhamdulillah yah.. *ala Syahrini*

Beranjak dewasa, Teh Okty selalu meminjamkan barang-barang bagusnya kepada saya. Entah cardigan, sepatu, tas… Pokonya yang masih baru, yang kadang dia pun belum sempat pakai, rela dipinjemin ke saya untuk batas waktu yang tidak ditentukan, bahkan kadang sampai hak milik pun berpindah tangan. Hehehe…

Belum lagi, segala apapun yang saya minta, pasti dia berikan. Pasti.
Kalau misalnya dia gak ada uang, minimal dia bantu merayu ke Papah Mamah untuk membelikan barang tersebut untuk saya… *Sambil menatap Macbook Air kesayangan* :p

Entahlah.. Begitu banyak dia memberikan hadiah kepada saya.
Misalnya handphone (sampai tabungan dia habis), ipod touch (dia yang jadi koordinator patungan sama ketiga kakak lainnya), external drive, dompet, tas, sepatu, dan masih banyak lagi.  Gak terhitung pokonya.

Dan itu biasanya karena saya bilang gini, “Teh, alhamdulillah nilai aku bagus semester ini. Minta hadiah ya…” *sambil senyum manis+kasih tatapan mata berbintang ala Sinchan* Kemudian Teh Okty menjawab, “Eluuuu… ada aja alesannya.” (sambil bersungut tapi tetep membelikan apa yang saya minta tersebut). Yes! Rencana selalu sukses… (Ketauan deh taktiknya sekarang :p)

Belum lagi dia yang sering sekali anter-jemput saya, apalagi kalau pulang kemalaman. Entah pas SMA, pas kuliah di Darmaga, pas les, atau saat ada acara di sekolah dan kampus. Sering sekali dia sengaja nunggu saya di mobil sampai acara selesai. Terus kami pulang bareng deh… *big hug teteh*

Dan masih banyak hal yang menunjukkan betapa dia menyayangi saya, nerima saya dengan sikap childish dan cengeng saya ini. Saya yang seringkali berlindung di balik punggung Teh Okty kalau takut. Saya yang sering merepotkan dia setiap kali. Dan saya yang… Ahhh terlalu banyak…

Pun saat saya punya masalah, yang bisa bikin saya menangis bombay, dialah orang pertama yang tau itu semua. Dialah yang selalu bisa menenangkan saya, Dia yang selalu mengingatkan bahwa saya begitu berarti. Bahwa saya selalu layak untuk mendapatkan yang terbaik di dalam hidup saya. Bahwa saya harus percaya kepada Allah atas semua rencana indah-Nya. Bahwa saya harus selalu berpikiran dan bersikap positif atas apapun yang terjadi di dalam hidup saya.

Yah.. Nasihat itu semua selalu dia berikan.
Dia berikan dengan halus, dia berikan dengan begitu bijak, dia berikan dengan sikap protektifnya sebagai seorang Kakak kepada adiknya.

Ya Allah…
Tiada yang dapat kulakukan tuk membalas semua kebaikan Teh Okty.
Satu pintaku… Tolong jaga dia dan keluarga. Jadikan dia sukses dunia dan akhirat. Jadikan keturunannya sebagai keturunan yang sholeh dan shalihah, pinter, cerdas, sehat jasmani rohaninya, dan menjadi kebaikan di dunia dan akhirat. Semoga hidup Teh Okty selalu dilimpahkan keberkahan dan kebahagiaan. Amin…

It’s the existence of her makes me more realize that God’s love is very near.
It's the existence of her that I can learn how to be calm and be mature every time I face problem.
It’s the existence of her that reminds me that I should always cherish my life.  

Saturday 19 May 2012

Jika Merasa "Jauh"


Assalamualaikum sahabat…

Pernahkan kamu merasa “jauh” sama Allah?
Pernahkah kamu merasa “lupa” sama Allah?

Sesungguhnya itu manusiawi sekali..
Namanya iman seseorang, kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Fluktuatif.

Tapi pahamilah..
Sesungguhnya bukanlah Allah yang menjauhi kita…
Bukanlah Allah yang melupakan kita…
Bukanlah Allah yang meninggalkan kita…
Kitalah… Ya... Kitalah yang sesungguhnya menjauhi, melupakan, dan meninggalkan-Nya.

Tapi, meskipun kita sudah berbuat demikian, Allah dengan Maha Sabar menunggu kita untuk kembali mendekat… Menunggu kita untuk kembali mengingat-Nya dan mengikuti apa kehendak-Nya…

Berapa banyak waktu yang kita sia-siakan tanpa mengingat-Nya?
Berapa banyak perbuatan yang kita lakukan yang tidak menyenangkan-Nya?

Lalu lihatlah… Apa yang ada di sekeliling kita?
Allah tetap memberikan segalanya untuk kita…
Cahaya matahari yang menyinari… Udara yang secara gratis dapat kita hirup…
Fisik yang masih kuat untuk melakukan berbagai aktivitas… Dan masih banyak lagi.

Betapa tak terhingganya nikmat yang telah Dia anugarehi kepada kita semua. Betapa banyak, bahkan terlalu banyak… Subhanallah..

Sahabat…
Di dalam QS. Asy-Syam ayat 9 dan 10, Allah SWT berfirman, “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”

Dari ayat tersebut, Allah dengan jelas menganjurkan kita untuk senantiasa mensucikan diri kita, juga membersihkan hati kita. Bahkan, Dia menyebut “beruntung” bagi manusia yang mampu berbuat demikian dan “merugi” bagi yang berbuat sebaliknya.

Ketahuilah…
Sesungguhnya jika kita merasa sedang jauh dari Allah, dan kita dapat menyadari hal tersebut, maka itu pertanda baik.
Karena seorang ulama sufi mengatakan, “Sesungguhnya kebaikan jiwaku akan terlihat ketika aku mengetahui kerusakannya.”
Artinya, kita memang harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati kita dan mengevaluasi kenapa kita bisa sampai jauh dari Tuhan yang Maha Pencipta.

Ibnu Qayyum mengatakan, “Carilah kebahagiaan di dalam tiga hal: ketika kau sedang mengingat Allah, ketika kau sedang shalat, dan ketika kau sedang membaca Al-Quran. Jika kau tak menemukan kebahagiaan di dalam tiga hal tersebut, maka sesungguhnya hatimu sedang kotor.”

Maka..
Sudah sepantasnya kita mengukur hati kita, memuhasabahi apa yang sudah kita perbuat, dan menilai bagaimana amalan kita selama ini.

Sudahkah shalat kita khusyu? Sudahkah kita berbuat baik pada kedua orang tua kita? Sudahkan kita berinfak dengan harta terbaik yang kita miliki? Sudahkah kita memberikan manfaat dan kemudahan bagi sesama?

Jujurlah pada hatimu.. Jawablah pertanyaan demi pertanyaan dengan hati yang objektif, agar kita dapat menuju ke arah yang lebih baik lagi…

Dan hari ini…
Seorang kawan senior menasihati saya…
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mendidik jiwa kita agar terus mengarah kepada kebaikan. Apa saja?

Pertama, paksakanlah diri kita untuk melakukan kebaikan. Paksa saja diri kita jika kita malas untuk shalat, ngaji, sedekah, belajar, dan berbuat baik lainnya… Karena dengan memaksakan diri kita pada kebaikan, maka lama kelamaan diri kita akan enjoy melakukan kebaikan tersebut hingga kita dapat mempersembahkan yang terbaik dari yang kita lakukan tersebut.

Ketauhilah bahwa Allah senantiasa menilai segala amal perbuatan kita, bukan semata-mata seberapa banyak kita melakukan hal tersebut, melainkan seberapa baik dan seberapa konsisten kita melakukan hal tersebut. Tentu saja yang ideal adalah banyak, baik, dan konsisten. Namun… untuk mencapai kondisi ideal tersebut, kita membutuhkan proses. Dan proses tersebut tergantung seberapa kuat tekad dan aplikasi yang kita lakukan…

Kedua, jangan pernah menyerah untuk melawan kemaksiatan dan kerusakan.
Kita tidak boleh lemah untuk mencegah diri kita dan orang lain dari berbuat yang dilarang. Jujur… Saya masih lemah dalam hal ini.. :’( Tapi harus berusaha dengan sekuat tenaga. Hindari diri kita dari berbuat dosa… Imbangilah dengan perbuatan baik yang dapat kita lakukan.

Jika kau melakukan sebuah kesalahan, maka iringilah dengan beberapa kebaikan.”

Ketiga, ingatlah bahwa jika kita melakukan kemaksiatan, melakukan apa yang Allah larang, maka kita akan keluar dari pertolongan Allah.. Naudzubillah.. :’(
Karena kemaksiatan ini akan membuat diri kita dikendalikan oleh hawa nafsu kita. Maka… Saat kita melakukan kemaksiatan, saat kita melakukan keburukan… Kita lupa.. Lupa bahwa Allah sedang melihat kita… Lupa bahwa malaikat sedang mencatat apa yang sedang kita kerjakan… Lupa bahwa seluruh tubuh ini kan menjadi saksi di yaumul akhir kelak…

Keempat, perbanyaklah melakukan tadabur dan tafakur ayat-ayat Allah. Tadabur adalah meresapi ayat-ayat kauliyyah atau ayat-ayat yang Allah turunkan di dalam Al-Quran. Sedangkan tafakur adalah mempelajari ayat-ayat kauniyyah alias alam semesta ciptaan Allah.

Sesungguhnya dengan memperhatikan isi kandungan Al-Quran dan melihat serta memikirkan alam ciptaan Allah dan segala isinya, maka kita akan menyadari betapa diri kita amat kecil… Tiada apa-apanya… Mungkin kita hanya setitik kecil di antara bumi, langit, dan dunia ini. Lalu… Siapa kita? Pantaskah kita untuk sombong? Pantaskah kita untuk melanggar hak Allah? Pantaskah kita hanya berdiam diri?

Maka, kita harus melakukan sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang membuat diri kita semakin baik dari hari ke harinya, sesuatu yang membuat Allah mencintai kita. Karena.. Jika Allah sudah mencintai seorang hamba, maka Dia kan umumkan kepada jagat raya bahwa Dia mencintai hamba tersebut sehingga alam raya kan ikut mencintainya… Subhanallah…

Sahabat…
Bukanlah saya lebih baik dari sahabat sehingga menuliskan ini semua.
Bukan… Bukan karena itu…
Tapi sesungguhnya karena saya hari ini benar-benar merasa tersentuh atas nasihat dari kawan saya ini. Dan saya ingin membagikannya kepada sahabat semua… Semoga ada kebaikan yang dapat ditebar melalui tulisan ini…

Ayo kita perbaiki diri kita… Sucikan hati kita… Dekatkan diri kita kepada Allah.. Berbuat yang terbaik, benahi akhlak kita, dan perbanyak kebermanfaatan kita bagi sesama…

Berkontribusilah mulai dari apa yang dapat kita lakukan, meskipun itu kecil. Karena sesungguhnya, hal-hal yang besar, pasti akan bermula dari hal yang kecil, bukan?

 Jika merasa jauh, maka dekatilah dengan amal baik yang dapat kita lakukan :)




*Tulisan ini dibuat terutama sebagai nasihat penulis untuk penulis sendiri.