Thursday 11 May 2017

Pengalaman Pulang ke Bogor Berdua dengan Afifa

Doa adalah yang pertama dan utama.
Ikhtiar adalah usaha kita sbg manusia dalam rangka "mengundang" rahmat Allah untuk mengabulkan doa kita.


Saya mau share sedikit ya tentang pengalaman saya šŸ˜€ Kemarin adalah pengalaman pertama saya perjalanan KL-Jakarta berdua aja dengan Afifa. Biasanya setiap kami safar selalu ada temennya, entah itu Papa Afifa, Eninnya Afifa, atau kakak-kakak saya.

Tapi karena kemarin saya harus pulang mendadak, dan ternyata Papa Afifa ga bisa anter saya ke Bogor, bismillah biidznillah saya beranikan diri untuk pulang meski hanya berdua dengan Afifa. Saya yakin banyak juga pengalaman sukses teman-teman saya yang safar cuma berdua dengan anaknya yang berusia balita dengan rute yang lebih jauh seperti pengalaman sabahat saya Keke dan anaknya Aliya yang berusia di bawah satu tahun pada saat itu dari Jakarta ke Seoul, dan bahkan ada transitnya juga selama beberapa jam.

Karena pulang mendadak, jadinya saya tidak membawa bagasi, secara apa juga yang mau dibawa. Baju-baju Afifa ya pinjem aja punya AmirašŸ¤£ Pun baju saya masih ada yang ditinggalkan di rumah Bogor. InsyaAllah aman kalau masalah baju.

Tapi masalahnya adalah saya harus bawa laptop. Sebagai mahasiswa PhD yang lagi nulis disertasi, ibaratnya laptop itu adalah belahan jiwa saya yang harus saya bawa kemana-mana. Masalah ngerjain disertasi atau engga selama di Bogor ini, adalah soal kedua. Yang penting saya merasa tenang. Hehehe..

Plus saya harus bawa obat-obatan Afifa kaya obat asma dia, obat demam, dll untuk jaga-jaga yang ternyata setelah diakumulasikan bersama dengan ganti baju Afifa, susu, cemilan, dan laptop saya ga cukup untuk dimasukan ke dalam handbag atau backpack saya. Mau ga mau saya harus bawa tas koper dorong buat cabin donk. 

Yang jadi masalah juga adalah Afifa ini "anak stroller banget", which is dia akan lebih nyaman kalau bobo di stroller. Saya juga sih yang merasa nyaman dengan stroller karena kalau Afifa bobo saya ga mesti gendong-gendong. Hehe.. Nah kebayang kan dorong stroller plus dorong tas cabin. Pasti ga sesimple itu.

Tapi bismillah, saya yakinkan diri saya dan Afifa bisa. Saya harus PD biar suami tenang melepas kami berdua. Saya kemudian berdoa aja semoga Allah nolong dan jaga kami agar selamat sampai tujuan, tanpa kurang sesuatu apapun juga. Saya meyakinkan diri ada Allah SWT yang menjaga hambaNya. InsyaAllah..

Dan ternyata bantuan-bantuan Allah SWT sangat nyata adanya, lewat orang-orang yang berbaik hati menolong kami.

Titik kritis pertama adalah saat naik train di KLIA setelah imigrasi menuju gate pesawat. Saat naik kereta tersebut, saya harus "mengangkat" stroller Afifa. Alhamdulillah tiba-tiba ada seorang Bapak baik yang juga orang Indonesia bantuin saya. "Sini bu, biar saya bantu.."  dan Alhamdulillah selama di train tersebut pun Sang Bapak bantu nahan stroller Afifa yang mesti rodanya udah dikunci, masih suka ngegeser ke sana sini karena goncangan keretašŸ¤£ Si Bapak ini juga bantuin saya menggotong stroller Afifa saat turun. Bahkan mau anterin saya sampai gate pesawat. Cuma saya tolak karena selain kami beda gate, saya juga bisa sendiri. Terima kasih Pak atas bantuannya. Semoga Allah yang balas kebaikan Bapak dan keluarga.

Titik kritis yang kedua adalah saat masuk pesawat. Saya gendong Afifa sambil dorong tas di aisle pesawat nan sempit itušŸ¤£ Dan alhamdulillah pramugari dengan sigap membantu saya membawakan tas cabin. Pun saat akan dinaikan ke atas, seorang Bapak baik hati pun membantu saya. Alhamdulillah.. terima kasih ya Pak :")

Titik kritis yang ketiga adalah selama di pesawat. I cannot expect Afifa would stay still at her seat for the two hours unless she sleeps. Namanya anak-anak, kalau sehat pasti akan aktif atau melakukan sesuatu yang membuat dia bisa fokus. Saya persiapkan buku, alat tulis (Afifa emang lagi suka nulis), dan cemilan-cemilan kesukaan dia. Tapi tentunya saya lebih berharap Afifa tidur aja. Saya berdoa, "Ya Allah sehatkan Afifa lahir batin, mohon juga berikan rasa kantuk baginya saat take off hingga landing."

Makanya saat sebelum di boarding room dan saat di boarding room saya biarkan Afifa berlarian ke sana sini, main apapun yang aman, dengan harapan energinya terkuras sebelum masuk pesawat. Dan ternyata benar.. sebelum take off, afifa masih aktif di pesawat, nulis-nulis di kertas, berdiri-berdiri di kursi, dll. Tapiii sekitar 5 menit sebelum take off, tiba-tiba dia minta dipeluk dan ternyata Afifa tertidur.. and guess what? She slept until the plane landed. Bahkan sebenarnya dia akan terus tidur kalau engga saya bangunkan untuk turun pesawat. Jadi selama di pesawat semua begitu aman terkendali.. Alhamdulillah :") 

Titik kritis yang keempat saat menuju imigrasi. Ada eskalator untuk turunnya. Dan alhamdulillah ada petugas Malindo Air yang sigap membantu saya membawakan tas saya. "Biar saya bawakan bu tasnya dan saya antar ke bawah." Hiks alhamdulillah terima kasih Mba.. :")

Dan saat saya landing, Mang Predi sudah siap menjemput saya. Alhamdulillah. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?

Begitu banyaaak sekali bantuan-bantuan dari manusia baik hati yang bersedia untuk membantu saya. Kalau bukan Allah yang meniupkan kebaikan dalam hati mereka, mungkin mereka ga akan tergerak untuk menolong saya. Terima kasih ya Allah.. :") semoga Allah membalas kebaikan orang-orang baik tersebut dengan balasan kebaikan yang tidak terhingga. Aamiin..

Ada beberapa hikmah yang mungkin bisa diambil dari pengalaman saya ini:

Pertama, berdoa adalah hal yang utama dan pertama. Ga ada penolong yang hakiki selain Allah SWT. Manusia adalah perantara bantuan Allah kepada kita. Tapi sejatinya itu berasal dari Allah. Siapa yang menggerakan hati-hati manusia agar menolong orang lain? :")

Kedua, persiapan itu amat penting. Jadi sebelum perjalan, saya dan suami mengkomunikasikan tentang perjalanan ini kepada Afifa. Intinya agar Afifa juga "siap mental" bahwa ia akan melakukan perjalanan berdua dengan Mamanya. "Afifa yang pinter ya sama Mama. Denger apa kata Mama. Kalau ngantuk bobo aja ya.." begitu nasihat pamungkas Papa Afifa sebelum saya masuk ke imigrasi. Dan briefing ini sesungguhnya sangat berefek positif bagi anak. Yang ideal sebenarnya sih dilakukan juga dengan role playing. Tapi karena waktunya tidak memungkinkan (tiket dibeli jam 10 malem, dan saya take off jam 7.30 pagi), jadi kami hanya briefing secara verbal saja.

Selain briefing, persiapan lain juga adalah membawa peralatan aktivitas yang akan membuat anak kita nyaman. Dalam kasus saya, saya membawakan alat tulis, buku cerita, dan cemilan yang bisa bikin Afifa anteng.

Ketiga, PD dan positive thinking. Yakinkan diri sendiri bahwa kita bisa. Dzikir terus, baca shalawat terus. InsyaAllah, Allah akan menolong kita.

Keempat, tentu saja kita harus bersyukur pula kepada manusia. Kepada orang-orang yang telah menolong kita, kita ucapkan terima kasih atas ketulusan mereka. Doakan kebaikan bagi mereka.. Saya yakin balasan yang dapat kita berikan kepada mereka yang paling simple tapi sangat kuat adalah dengan doa kebaikan bagi mereka.

Sip sekian share saya kali ini. Tulisan ini dibuat di perjalanan Bogor ke Jakarta untuk menemani Ibu saya check up mata di Jakarta Eye Center, Menteng. Doakan agar Ibu saya segera pulih pasca operasi katarak mata ya :")