Sunday 18 March 2012

Organisasi Oke, Akademik Yes!


Hari ini, 18 Maret 2012, saya diberikan amanah oleh kawan-kawan Divisi Keakhwatan Forum Tarbiyyah IIUM untuk mengisi di acara "Kajian Kekinian Wanita" (KIT). Tema yang diusung kali ini adalah tentang "Self Management: Organisasi Oke, Akademik Yes!". Saya kebetulan dipanel dengan Kak Maya salah satu teman dekat di IIUM, yang subhanallah memiliki double degree S1 dalam usianya yang masih muda (2 tahun di atas saya). Sekarang Kak Maya sedang mengambil Master di jurusan Education.

Cukup berat memang untuk mengisi di kajian dengan tema seperti ini. Karena pada intinya, saya diminta untuk sharing tentang cara alias tips-tips bagaimana saya bisa sukses di bidang akademik dan organisasi dalam waktu yang bersamaan. Hiks hiks.. Mereka terlalu berprasangka baik sama saya.. Padahal saya merasa belum pantas untuk berbicara banyak.

Hmm.. Jujur.. Awalnya bingung saya ingin sharing apa. Meskipun beberapa kali saya pernah mengisi di acara serupa sebelumnya, tapi tetap saja saya bingung ingin sharing apa. 

Akhirnya, setelah shalat tahajjud paginya, saya coba merangkum apa yang mungkin dapat memberikan masukan atau bahkan inspirasi kepada teman-teman bagaimana selama ini saya "terlihat" bisa seimbang di akademik dan organisasi. Tapi fokus saya terutama di bagian akademis, karena bagian organisasi Kak Maya yang lebih paham J

1. Define Our Goal 

Tujuan menjadi indikator pertama yang menentukan langkah kita ke depan. Tujuan inilah yang akan "mengarahkan" langkah-langkah apa yang harus kita ambil. Jadi tujuan ini menjadi amat penting untuk ditentukan karena dengan tujuanlah kita akan tau kemana kaki ini melangkah. 

Dan tujuan yang paling abadi dan yang paling utama adalah Allah. Yak.. Sang Maha Pencipta, sang Maha Sumber Ilmu, dan Sang Maha Segalanya. Dialah yang membuat kita bertahan dan Dialah yang menjadi alasan.

Misalnya, ilmu di dalam agama Islam menempati posisi yang amat penting. Sebut saja wahyu yang pertama kali Allah turunkan kepada Rasulullah adalah perintah untuk membaca berbagai fenomena alam (QS Al-Alaq: 1-5). Belum lagi Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (QS Al-Mujadalah: 11). Dan juga banyak sabda Rasulullah yang menggambarkan betapa krusialnya manusia menuntut ilmu.

Jadi ayo tetapkan tujuanmu, kawan. Tunggu apalagi?

2. Work Hard, Pray even Harder!

Work Hard di sini maksudnya adalah dengan melakukan ikhtiar sebaik mungkin dapat kita lakukan. Lalu bagaimana sih tips-tips yang selama ini saya terapkan dalam belajar? Ini ada beberapa langkah teknisnya..

a.    Find your most effective way of study
Setiap orang pasti memiliki cara belajar yang efektif yang berbeda dengan yang lainnya. Kalau ini sih memang caranya ya kenali diri kita sendiri.

Kalau saya, belajar yang efektif adalah dengan membuat rangkuman dari materi yang saya baca. Karena, bagi saya review terhadap materi itu salah satu bagian terpenting dari belajar. Dan akan sangat berat jika kita mereview dari buku atau jurnal yang tebel-tebel itu. Maka solusinya adalah dengan membuat catatan ringkasan. Lama memang, tapi ini sangat efektif untuk saya.

Ada juga teman saya yang membuat mind maping dari subject yang dipelajari, menggunakan warna-warna yang eye catching. Ini pun sedang saya coba lakukan. Karena menurut penelitian, metode ini amat bagus untuk membangun kreatifitas otak kita.  Atau ada yang metode belajarnya adalah dengan bertapa sendirian di Gunung Puyuh.. eehh maksudnya tempat sepi.. Tapi ada juga yang malah akan lebih senang belajar di tempat yang ramai untuk menghindari rasa ngantuk yang kerap mendera jika sudah bersentuhan dengan buku. Hehehe..

Pokonya, cari metode belajar terbaik yang sesuai dengan karakter temen-temen. Nobody knows you better, but you, right?

b.    Lakukan group discussion secara berkala
Nah selanjutnya adalah dengan rutin mengadakan diskusi kelompok. Ini amat penting karena dari forum diskusi seperti inilah ilmu kita akan bertambah. Karena masing-masing orang pasti memiliki pemahaman yang berbeda, sehingga jika disatukan justru akan menghasilkan informasi yang amat berguna.

Tapi syarat dari diskusi kelompok yang efektif adalah, harus ada sukarelawan yang mau untuk mempelajari apa yang akan dibahas. Minimal satu orang saja. Bagus-bagus kalau semuanya sudah belajar sebelum diskusi dimulai. Mengapa? Karena, jika diskusi itu hanya terdiri dari orang-orang yang tidak mengerti semua, maka dikhawatirkan akan membuat kita semakin stress. Udah mah susah, eh ditambah stress pula. Kan ga bagus tuh..

c.    Berpikir positif terhadap ilmu

Pernah denger quote bijak dari Henry Ford yang berbunyi, “Whether you think you can, or whether you think you can’t, you’re absolutely right.”??
Nah kata-kata ini menggambarkan betapa pikiran kita itu menentukan kenyataan yang akan kita hadapi. Bukankah Allah sesuai dengan apa yang kita prasangkakan terhadap-Nya?

Mengapa saya menuliskan ini sebagai salah satu bagian usaha dalam belajar?

Jawabannya adalah karena, seringkali kita menemukan kesulitan dalam belajar. Maka jangan langsung putus asa, ribet, dan menyerah. Nikmati saja segala rasa susah tersebut. Itu bukti otak kita sedang bekerja. Yakin saja pasti kita akan memahami ilmu yang sedang kita pelajari. Kesusahan itu wajar dan manusiawi kok. Jadi, positive thinking aja.. ;)

Lalu apa maksudnya Pray even Harder? Kenapa harus ada akhiran “er” nya sih? Kan itu berarti “lebih”.. Kenapa gak disamain aja dengan usaha kita?

Gini lho.. Sering denger kan bahwa senjata orang yang beriman adalah doa? Apa sih inti shalat itu? Inti shalat itu berdoa. Nah jika shalat adalah tiang agama, dan inti shalat adalah berdoa, maka sudah dapat dipastikan betapa pentingnya elemen doa ini dalam ikhtiar kita.

 Doa menunjukkan ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah, juga sebagai bukti bahwa kita hanya mengharapkan Allah semata, tidak kepada yang lain.

Saya banyak flashback apa yang sudah terjadi dalam hidup saya. Saya melihat nilai-nilai (rapot atau IPK).. Sepertinya, lebih banyak karena Allah membantu saya. Allah yang memberikannya. Bukan semata-mata karena saya sudah belajar. Engga… Jika dibandingkan dengan usaha yang sudah saya lakukan, maka saya yakin, kepemurahan dan kemahabaikan-Nya-lah yang membuat ini semua terjadi.

Maka ketika kita sudah belajar keras dan cerdas, maka.. Sempurnakanlah dengan doa yang lebih keras lagi (tapi bukan maksudnya pake speaker lho :p). Gimana caranya? Ini saya sharing apa yang sepengatahuan saya aja ya..

a.    Shalat
Kita lakukan shalat wajib di awal waktu dan perbanyak shalat sunnah, terutama pada waktu-waktu yang diijabahnya doa, yaitu di sepertiga malam. Shalat tahajjud ini memberikan efek besar lho buat diri kita. Banyak sekali keutamaan shalat ini yang mungkin bisa dibahas di lain kesempatan. Juga tidak lupa shalat sunnah yang lain seperti shalat sunnah taubat, hajat, istikharah, dan shalat sunnah rawatib.

b.    Meminta doa kepada sekitar.

Mintalah doa kepada kedua orang tua, keluarga, sahabat, teman, dan orang-orang sekitar, misalnya petugas kebersihan yang suka kita temui di kampus, atau bibi yang kerja di rumah. Mengapa? Karena kita gak akan pernah tau doa siapa yang akan diijabah oleh Allah. Semakin banyak yang mendoakan, maka kemungkinan doa akan diterima akan semakin besar. Setuju apa setuju?


c.    Mendoakan selain diri kita sendiri.
Janganlah kita menjadi orang kikir dan tamak dalam berdoa. Hey.. we’re not the only center attention of the world. Doakan juga untuk keberhasilan dan keberkahan untuk teman-teman kita, para dosen, dan lainnya, dalam keadaan orang yang didoakan tersebut tidak mengetahui.

Jangan takut untuk mendoakan kebaikan buat teman-teman kita, karena pada saat yang bersamaan akan ada malaikat yang meng-amin-kan dan mendoakan agar doa tersebut kembali kepada yang mendoakan. Wuihh asik kan? Udah dapat pahala mendoakan orang lain yang baik-baik, kita pun turut didoakan oleh para malaikat. Kurang apalagi? J

Jangan merasa belajar itu sebagai sebuah saingan dengan teman-teman kita. Jadikan belajar ini sebagai sarana ibadah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jadii.. akan lebih nikmat jika kita pintar dan berhasil bersama-sama, daripada hanya menjadi pemenenang tunggal saja.

d.    Sempurnakan dengan ibadah lainnya.
Nah ini dia yang juga penting. Agar kita sukses, maka sempurnakan doa dan ikhtiar kita dengan ibadah lainnya. Misalnya dengan perbanyak shaum sunnah seperti shaum Senin-Kamis dan ayyamul bidh (shaum 3 hari di setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan hijriyyah), bersedekah, dan yang paling utama membaca Al-Quran. Al-Quran sebagai sumber ilmu, maka sudah dipastikan keutamaan bagi kita untuk membaca, menghayati, dan mengamalkannya. Dengan membacanya, maka akan mencerdaskan kita. Yakin aja! J

Hmmm.. Udah panjang banget nih saya nulis..

Mohon doanya ya, karena jujur, di semester ini saya pun harus terus berjuang banyak untuk menyelesaikan 3 subjects yang tersisa dan menulis research paper. Mudah-mudahan saya pun bisa istqimah menjalani apa yang sudah saya tuliskan di sini. Amin..

Saya cukupkan saja sharing-nya ya. Yuk kita saling mengingatkan dan memotivasi agar menjadi pribadi sukses dunia akhirat. Amin..

Semoga bermanfaat..


Salam hangat,
Qorry

Saturday 17 March 2012

Mencapai Kebahagiaan Hidup



Setiap manusia secara naluriah menginginkan kebahagiaan di dalam hidupnya. Jika ditanyakan kepada satu per satu jiwa yang kita temui, sepertinya kita akan mendapatkan kesimpulan, “Siapa sih manusia yang tidak ingin bahagia?”
Kebahagiaan bagi sebagian manusia mungkin akan berbeda dengan sebagian manusia yang lainnya. Ada manusia yang bahagia jika dia memiliki pekerjaan yang sesuai dengan passion-nya. Atau juga ada manusia yang bahagia jika dia selalu mendapatkan nilai GPA yang baik. Bahkan juga ada manusia yang bahagia hanya dengan mendapatkan senyuman hangat dari para sahabatnya. Relatif. Mulai dari hal yang simpel hingga hal yang rumit juga mulai dari hal kecil hingga hal yang besar dapat menjadi alasan seseorang untuk merasa bahagia.
Namun tentu saja, yang kita inginkan, sebagai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, adalah kebahagiaan yang sifatnya hakiki. Artinya, kebahagiaan ini tidak hanya dapat kita nikmati dan rasakan saat kita hidup di dunia saja. Tapi lebih dari itu. Yang kita inginkan juga adalah merasa bahagia di akhirat. Ayo ngacung yang setuju.. J
Oleh karena itu, kita harus mengetahui apa saja yang menjadi resep agar kita bisa mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat. Ibnu Abbas ra menjelaskan, ternyata ada setidaknya tujuh buah indikator agar manusia bisa bahagia di dunia dan akhirat.
Pertama, Qolbun Syakirun atau hati yang selalu bersyukur. Artinya, kita selalu berusaha menerima apa yang telah menjadi hak kita secara ikhlas. Jika hati ini selalu bersyukur kepada Allah, merasa cukup atas segala apa yang kita miliki alias bersikap Qana’ah, maka tentu saja kebahagiaan itu akan kita dapatkan.
Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikman, yaitu: ‘Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur kepada dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.’..” (QS Luqman ayat 12).
Kedua, Al-Azwaju Shalihah atau pasangan hidup yang shalih/shalihah. Tentu saja, pasangan hidup kita akan menentukan kebahagiaan yang kita miliki. Jika pasangan hidup kita baik secara agama dan akhlaknya, kita akan meraih kebahagiaan yang abadi. Tidak hanya satu atau dua tahun, tapi juga hingga kita berada di akhirat. Karena pasangan yang shalih/shalihah akan mampu menciptakan suasana rumah dan keluarga yang shalih/shalihah pula.
Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum ayat 21)
Ketiga, Al-Auladul Abrar atau anak yang shalih/shalihah. Anak yang shalih/shalihah ini merupakan dambaan bagi setiap orang tua. Karena, anak yang shalih/shalihah adalah mereka yang mampu memiliki adab dan akhlak yang baik kepada kedua orang tuanya dan kepada sesamanya. Bahkan Rasul pun mengatakan bahwa salah satu dari tiga hal yang tidak akan terputus jika seseorang telah meninggal adalah doa anak yang shalih/shalihah (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad). Manusia mana yang tidak akan bahagia jika memiliki anak yang seperti itu?
“…Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Allah limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS Al-Ahqaf ayat 15).
“…Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Furqan ayat 74).
Keempat, Al-Biatu Sholihah atau lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Ternyata, dengan siapa kita bergaul, pada lingkungan mana kita berkeseharian, akan menentukan bahagia atau tidaknya diri kita. Nah.. Agar kita tidak hanya bahagia di dunia, tapi juga bahagia di akhirat, maka sudah semestinya kita memilih sahabat dan lingkungan yang dapat mendukung keimanan kita kepada Allah. Dan hal ini pun yang Rasulullah SAW sangat anjurkan bagi umat manusia.
Seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, “Siapakah sahabat paling baik bagi kami?” Nabi SAW menjawab, “Seseorang yang apabila kamu memandangnya akan teringat kepada Allah SWT, apabila kamu mendengar ucapannya akan bertambah pengetahuanmu tentang Islam, dan apabila kamu melihat kelakuannya, kamu teringat kepada hari akhirat.”
Kelima, Al-Malul Halal atau harta yang halal. Kita bisa lihat saat ini banyak kasus korupsi di tanah air, misalnya rekening gendut hingga Rp 60M yang dimiliki oleh seorang PNS di usianya yang relatif muda. Sekilas kita bisa bayangkan uang sebanyak itu pasti akan dapat membeli apa saja yang kita mau, seperti mobil dan rumah mewah. Namun apakah hal itu akan membawa kebahagiaan yang abadi untuk kita jika akhirnya kita ditetapkan sebagai tersangka kasus pidana? Apakah kita bahagia saat kita berlaku dzalim dengan mengambil harta yang bukan menjadi hak kita? Na’udzubillah.
Harta yang halal, termasuk cara mendapatkan harta tersebut, akan memberikan ketenangan di dalam hidup kita. Karena dengan harta yang halal, maka hati kita akan menjadi bersih sehingga kebahagiaan yang sebenarnya pun akan kita raih.
“Wahai orang-orang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu…” (QS Al-Baqarah ayat 267).
Keenam, Tafakuh Fid-Dien atau semangat untuk memahami agama. Semakin kita mempelajari agama kita, maka kita akan semakin cinta kepada agama kita. Dengan mencintai agama kita, maka semakin mencintai pula diri kita ini kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan pada akhirnya, saat kita dapat mencintai Rab kita secara sempurna, kebahagiaan yang hakiki ini pasti akan kita dapatkan.
Cara yang ampuh untuk kita mempelajari agama adalah dengan terus mempelajari Al-Quran, karena Al-Quran-lah pedoman nyata bagi kita untuk meraih kebahagiaan. “(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS Al-Jasiyah ayat 20).
Ketujuh, umur yang berkah. Usia yang berkah dicirikan dengan semakin bertambahnya umur maka semakin baiklah amalan seorang manusia, semakin shalihlah ia, dan semakin cintalah ia kepada Sang Pencipta. Semakin Allah memberikannya kesempatan untuk hidup, semakin ia manfaatkan usianya untuk beramal shaleh dan ber-amar ma’ruf nahi munkar. Usia yang berkah ini sudah pasti akan memberikan kebahagiaan selama kita hidup dan saat kita bertemu Rab kita, Insya Allah. Sebaik-baik diantara kalian ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya.” (HR. At-Tirmidzi).

Wallahu’alam bi Ash-Shawwab.


Tulisan ini diinspirasi oleh forward pesan singkat dari seorang sahabat Arashidya Nawamalika Yulian melalui pesan blackberry messanger. Terima kasih Aras :)

Pertama kali dimuat di Blog Forum Tarbiyyah, IIUM, Malaysia.