Wednesday 25 January 2017

Tafsir Al-Hijri : QS. Luqman ayat 6-7


Pengajian Tafsir Quran Masjid Al-Hijri 1, Air Mancur Bogor.
Pengisi: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.
Notulensi: Qurroh Ayuniyyah
Ahad, 18 Desember 2016
QS. Luqman ayat 6-7


Quran Surat luqman sering disebut sebagai surat pendidikan, tarbiyyah, dan petunjuk (mursyid). Berdasarkan surat ini, tugas seorang guru bukan semata-mata memberikan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga harus dapat  memberikan petunjuk kepada anak didiknya.

Dalam hal ini, sikap guru terhadap anak didik terkait dengan ucapan serta materi pendidikan (ayat 11-19). Pengetahuan tidak akan bermakna jika tidak diikuti dgn pembiasaan. Sama halnya dengan Al-Quran dan ajaran Islam. Kedua hal ini akan terjaga jika terdapat pembiasaan pengamalan di dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya, jika anak sudah dapat membedakan tangan kanan dan kiri, maka anak tersebut harus dididik untuk membiasakan diri melakukan solat secara rutin. Hal lainnya misalnya membangun kesadaran bahwa penderitaan muslim lain adalah bgian dari penderitaan pribadi. Artinya, anak didik harus dibiasakan untuk memiliki empati dan simpati terhadap sesama. Pun dengan pembiasaan membaca Al-Quran yang harus senantiasa dilakukan, karena sesungguhnya Al-Quran adalah salah satu sarana kita untuk berdialog dengan Allah SWT.

Ayat-ayat pertama di dalam QS. Luqman ini terkait dengan tingkah laku manusia. Karena tujuan utama pendidikan adalah untuk memperbaiki perilaku manusia. Maka paham-paham yang bertentangan dengan fitrah yang dapat meng-guide tingkah laku manusia haruslah dihindarkan.
Misalnya paham komunis yang merusak dan membahayakan serta tidak ada hak hidup di Indonesia, karena sesungguhnya paham ini bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri.
Chev gorbachev sendiri pernah berkata, "Cukuplah Uni Soviet saja yg menderita krn atheis karena bertentangan dengan fitrah manusia."

Selanjutnya dibahas pula di dalam surat ini tentang manusia terbaik yg disebut dgn "muhsisin" yaitu orang-orang yang berbuat baik secara maksimal serta responsif terhadap perintah dan larangan Allah. Orang ini selalu berusaha untuk menjaga ucapan dan perilakunya di dalam kebenaran dan kebaikan yang tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk lingkungannya. Ia tidak hanya sekedar shaleh secara pribadi, tapi juga shaleh secara sosial.

Golongan muhsisin ini senantiasa menegakkan shalat dan menunaikan zakat sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas kehidupan dan keislaman mereka. Semoga kita dapat menjadikan diri kita sebagai golongan muhsinin ini. Aamiin..

Secara sunatullah, Iman manusia terkadang bertambah dan berkurang. Hal ini sangat tergantung amaliyyah yang kita lakukan. Termasuk di antaranya bagaimana cara kita bergaul, mencari teman dekat, dan lain sebagainya. Jadi keimanan serta keyakinan terhadap akhirat hanyalah akibat dari proses amaliyyah yang kita biasakan serta kita lakukan.

Toleransi jangan sampai dijadikan alat sebagai mengaburkan kebenaran.
Karena Umat Islam sesungguhnya adalah umat yang baik yang memang sangat bertoleransi akan keberagaman. Toleransi adalah menghormati adanya perbedaan, bukannya mencampuradukkan atau malah mempersamakan perbedaan itu sendiri. Disebut sebagai golongan "fasik" adalah muslim ataupun nonmuslim yang menjadikan ayat-ayat Al-Quran sebagai alat jual beli untuk keuntungan pribadi.

No comments:

Post a Comment