Tanggal
22 Desember pun datang begitu cepat.
Semua persiapan dijalankan dengan sepenuh hati dan
semaksimal yang kami dapat lakukan.
Kami tidak menggunakan jasa wedding organizer, karena pihak
keluarga dan sahabat-sahabat Papah Mamah siap membantu. Alhamdulillah… Banyak
sekali pihak yang membantu keberlangsungan acara pernikahan kami. Atas jasa
mereka yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih.
Semoga Allah yang senantiasa membalas
kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Aamiin…
Para Vendor
Vendor yang kami gunakan kebanyakan yang pernah menjadi
vendor pernikahan Teh Okty tanggal 4 Juli 2011 yang lalu. Saya akan berikan
list para vendor pernikahan saya sebagai bahan referensi temen-temen. Siapa tau
diperlukan. Alhamdulillah saya merasa
puas dengan hasil kerja para vendor. They
did their job amazingly professional.
Pertama, tempat.
Kami gunakan tempat di IPB International Convention Center, karena letaknya yang startegis sehingga mudah dijangkau
oleh tamu-tamu dari Bogor, Jakarta, Sukabumi, Bandung, dan kota-kota lainya.
Acara akad dan resepsi pun dilakukan di tempat ini.
Kedua, catering.
Nah… Catering merupakan salah satu “nyawa” utama di dalam resepsi pernikahan,
karena inilah salah satu bentuk penghargaan kami kepada tamu yang telah rela
menyempatkan hadir ke acara pernikahan kami. Pilihan jatuh kepada Dwi Tunggal Citra catering.
Ketiga, dekorasi.
Vendor yang dipilih adalah Gutama. Alhamdulillah, Om Ino sebagai CP dari Gutama
berhasil membuat dekorasi yang sesuai dengan harapan kami.
Keempat, dokumentasi.
Berdasarkan rekomendasi Teh Okty, saya menggunakan jasa apa yaa…. Oh ya... GLpicture dari Bogor. They did well too.
Kelima, rias
pengantin dan keluarga. Kami menggunakan jasa tante Daisy dan tim dari Rumah Pengantin, Bogor untuk mempercantik kami. Alhamdulillah kami selalu puas dengan
jasa tante Daisy and the gank.
Keenam, baju
pengantin dan keluarga inti. Kami menggunakan jasa Mba Ayu Dyah Andari. Saya
“menemukan” Mba Ayu ini pada acara festival Jakarta
Islamic Fashion Week di JCC. Saya langsung merasa klik saat melihat
koleksi-koleksinya. Akhirnya kami janjian di showroom-nya yang berlokasi di
Cibubur. Baju pernikahan saya sewa, sedangkan untuk keluarga inti didesign dan
dijait baru. You may also see her through twitter.
Ketujuh, jilbab
pengantin. Saya gunakan jasa Cahya Meytasari atas rekomendasi Mba Ayu. I was satisfied with her work. She’s still
young yet shining. Hihihi… You may also see her twitter as well ;)
Para Pengisi Acara
Keberlangsungan acara pun tentunya karena didukung oleh para
pengisi acara. Alhamdulillah Pak Waladan selaku MC selalu memberikan
performanya yang terbaik. Beliau telah menjadi MC pernikahan keluarga kami
sejak pernikahan A Irfan. Jadi lima kali sudah kami menggunakan jasa beliau.
Kekhidmatan acara akad nikah diawali dengan pembacaan Al-Quran
dari Ustad Drs. H. Mahfudz Quraisy, seorang al-hafidz. Masya Allah, suaranya
begitu merdu, sehingga suasana sakral pun berhasil diciptakan sedari awal
acara. Saritilawah adalah A Imad.
Ijab Kabul pun dilaksanakan dan dipandu oleh Na’ib Bapak
Drs. Jamaluddin dari KUA Kota Bogor. Atas permintaan Papah, pembacaan Ijab
Kabul dilakukan menggunakan bahasa Arab. Alhamdulillah, semuanya berjalan
lancar. Saat sah, dan saya resmi menjadi istri dari Hambari Nursalam, na’ib pun
mendoakan agar keberkahan senantiasa melimpahkan keberkahan atas pernikahan
kami.
Selain emas, suami pun memberikan hafalan QS. Ar-Rahman
sebagai mahar pernikahan. Oleh karena itu, begitu ijab Kabul selesai
dilaksanakan, beliau segera membacakan QS. Ar-Rahman yang diperdengarkan pada
acara tersebut. Alhamdulillah… Ternyata suami lancar membacakan ayat-ayat cinta
tersebut.
Yang tidak kalah penting tentunya adalah nasihat pernikahan yang
disampaikan oleh Prof. Dr.
Nassaruddin Umar (Wakil Menteri Agama RI) setelah proses penyerahan mahar dan
penandatangan dokumen pernikahan. Masya Allah... Begitu indah nasihat-nasihat
yang beliau paparkan.
“Selesaikanlah semua masalah yang Ananda berdua
hadapi di atas sajadah...
Jadikan keturunan Ananda berdua tidak hanya
sebagai keturunan biologis, tetapi juga sebagai keturunan ideologis, yaitu keturunan
yang dapat menjadi pendakwah, penyampai nilai-nilai agama dan kebaikan.”
Bahkan saat
beliau menyampaikan nasihat tersebut, saya mendengar beberapa tamu menyerukan
takbir, karena merasa begitu hanyut dalam nasihat yang beliau sampaikan. Masya
Allah...
Acara akad pun disempurnakan
oleh pembacaan doa khutbah nikah yang disampaikan oleh Ustad Yusuf Mansur.
Masya Allah... Doa yang beliau sampaikan begitu indah, lengkap, dan menyeluruh.
Yang didoakan tidak hanya pengantin, tapi juga yang hadir di acara kami, bahkan
seluruh masyarakat Indonesia dan umat sedunia.
Ada satu moment
lucu ketika Ustad YM membaca doa. Saat Ustad YM berdoa yang isinya, “Ya Allah... Semoga yang belum memiliki jodoh
segera dipertemukan dengan jodohnya...” Seketika para tamu undangan yang banyak
terdiri dari para bujang yang masih single
and available pun merespon, “Aamiin...” dengan volume yang membahana
seluruh ruangan. Hehehehe lucu deh. Alhamdulillah prosesi akad nikah berjalan
lancar dan khidmat sesuai dengan apa yang kami impikan.
Selang kira-kira
dua jam pasca akad nikah, resepsi pernikahan pun diadakan. Saat resepsi
dimulai, pemberi sambutan atas nama keluarga adalah A Irfan dan dilanjutkan
dengan pembacaan doa oleh Ustad Ibdalsyah. Subhanallah, doa dari Ustad
Ibdalsyah pun tidak kalah indah dan menyentuh. Alhamdulillah...
Selama resepsi
berlangsung, mulai dari kami masuk, kami diiringi oleh pemain musik yang terdiri
dari satu vokalis, pianis, violist, and pemain bas betot yang kesemuanya
laki-laki. Alhamdulillah, lagu-lagu religi pun menemani selama tiga jam resepsi
berlangsung.
Para Tamu
Alhamdulillah...
Yang paling membahagiakan tentu saja doa dan kehadiran para tamu undangan.
Sekitar 300 orang hadir saat akad, dan hampir 2000 orang hadir saat resepsi.
Data ini kami terima setelah acara, dari vendor gedung yang memang menghitung
menggunakan checker setiap para tamu
yang hadir. Souvenir 1000 buah buku al-matsurat pun habis, bahkan sebagian tamu
ada yang tidak kebagian...
Tamu yang hadir
mulai dari keluarga besar dari Papah, Mamah, dan keluarga Kak Hambari. Keluarga dari Amerika dan Qatar pun bahkan
menyempatkan hadir. Sengaja mereka pulang beberapa minggu hanya untuk
menghadiri acara pernikahan kami. Terharu. Keluarga dari Sukabumi, Bandung, dan
luar kota lainnya pun hadir. Belum lagi keluarga dan kerabat dari Bogor.
Rasa haru pun lagi-lagi
muncul saat tau para sahabat dan kerabat banyak sekali yang hadir. Keluarga
Bunda Ning dari KL yang sengaja datang ke Bogor selama 3 hari khusus menghadiri
acara pernikahan kami. Begitu pula Kak Sumayyah Abdul Azis dan kedua orang
tuanya dari Melaka, Malaysia hadir khusus untuk kami. Ada juga Tita dari KL, Mba
Sist dari Yogjakarta, Secha dari Jakarta dan sahabat-sahabat IIUM lainnya.
Sahabat lainnya
pun hadir, seperti the Mafia, Ka Renny, C6, sahabat dari SD, SMP, SMA, dan IPB.
Bahkan sebagian ada yang hadir bersama dengan orang tua dan keluarga mereka. Berasa
reuni. Para guru dan dosen yang kami undang pun sebagian besar pun hadir. Lalu beberapa
teman dari group ODOJ 119 pun hadir. Teman-teman dari Jakarta dan Bandung pun
turut hadir. Terharu. Terharu sekali.
Tamu undangan
Papah pun hadir, seperti para pengurus dan amilin BAZNAS, BRI Syariah, IPB,
UIKA, MUI, Bapak Ary Ginanjar Agustian dan keluarga, Bapak Sandiaga S. Uno, dan
masiiihhh banyak lagi pun hadir. Alhamdulillah... All paraise is to Allah..
Moment yang
membuat saya bahagia saat resepsi salah satunya adalah saat adzan dzuhur,
alhamdulillah kami bisa break sekitar 10 menit. Kami yang berada di pelaminan
pun berkesempatan untuk shalat dzuhur sehingga kami tidak mengundur-ngundurkan
waktu shalat. Alhamdulillah...
Epilog
Begitulah
ceritanya mulai dari proses kami taaruf hingga menuju pelaminan.
Alhamdulillah,
dua minggu setelah kami menikah, saya turut suami ke Kuala Lumpur. Saya
melanjutkan kuliah S3 di IIUM, dan suami sedang mengerjakan thesisnya sambil
mengajar.
Sengaja saya
ceritakan kepada teman-teman semua untuk memberikan gambaran bahwa melalui
proses yang seperti kami lakukan pun insya Allah bisa sampai ke pelaminan,
asalkan kita selalu berniat baik dan melibatkan Allah di dalam setiap hal.
Tiga bulan. Masih
seumur jagung pernikahan kami. Kami masih sama-sama belajar dalam mebangun
rumah tangga kami. Saling adaptasi, saling menerima, dan saling mengingatkan
satu sama lain.
Mudah-mudahan
saya dan suami menjadi keluarga sakinah mawadah wa rahmah, dan berjodoh tidak
hanya di dunia ini, tapi kelak hingga di syurga-Nya nanti. Aamiin...
*the end