Monday 10 February 2020

Islamic World View and Islamic Economics (Pandangan Hidup Islam dan Ekonomi Islam)


Bismillahirrahmaanirrahiim..

Di pekan ke 4 ini, belum ada diskusi WAG Keluarga Agama Qurrotul A’yun atau sajian Go Live yang benar-benar terkait dengan makanan utama saya dalam mind map yang sudah saya persiapkan.

Sebenarnya, buku referensi “Tafsir Ekonomi Kontemporer” yang saya jelaskan di pekan pertama belum selesai dibaca. Buku tersebut masih saya lanjutkan untuk dibaca agar pengetahuan saya lebih bertambah.

Ada 1 buku referensi lain yang mulai saya baca sebagai makanan cemilan pekan ini yaitu “Islamic Economics Principles & Analysis” dengan tiga orang editor yaitu Moytaz Abojeib, Mohammed Aslam Haneef dan Mustafa Omar Mohammed terbitan ISRA (International Shariah Research Academy for Islamic Finance) yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2018.  Buku ini ditulis oleh lebih dari dua puluh orang penulis yang berasal dari berbagai negara seperti Malaysia, Indonesia, Turki, Pakistan, Inggris, Bahrain, KSA dan Qatar.



Buku ini sebenarnya sangat cocok menjadi buku referensi bagi mahasiswa S1 maupun S2 karena sifatnya yang sangat komprehensif. Ada lima area spesifik yang dibahas dalam buku ini yang dibagi ke dalam dua puluh satu bab. Kelima area tersebut adalah Foundation of Islamic Economics (Dasar Ekonomi Islam), Islamic Microeconomics (Mikroekonomi Islam), Islamic Macroeconomics (Makroekonomi Islam), Islamic Financial System (Sistem Keuangan Islam) dan beberapa isu terkait Ekonomi Islam. Buku dengan pengantara Bahasa Inggris ini sangat tebal yaitu terdiri dari 800 halaman lebih, sehingga diperlukan waktu yang panjang untuk dapat menyelesaikan apalagi memahami buku ini.

Pekan ini saya membaca terkait “Islamic World View and Islamic Economics” (Pandangan Hidup Islam dan Ekonomi Islam). Tujuan dari adanya penjelasan tentang tema ini adalah untuk memahami hubungan antara agama dengan ekonomi, mengkomparasi dasar berpikir antara Ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, memahami tentang arti dan konsep dari pandangan hidup, serta menjelaskan apa itu pandangan hidup Islam.


Di dalam buku ini dijelaskan bahwa antara aspek material dan spiritual saling berkaitan satu sama lain yang akan membentuk behaviour (sikap dan perilaku) juga interaksi dan aktivitas harian dari manusia termasuk ekonomi. Misalnya agama akan menuntun para pemeluknya untuk memilih barang dan jasa yang tidak bertentangan dengan ajaran agama tersebut. Atau dalam level yang lebih tinggi, misalnya agama melarang pemerintah untuk mempromosikan industri gambling (perjudian) meskipun aktivitas ekonomi tersebut akan mendorong perekonomian suatu negara.

Pada bab ini dijelaskan bagaimana Dunia Barat dan Islam memandang kaitan antara agama dan ekonomi. Terdapat pandangan yang sangat bertentangan antara bagaimana Dunia Barat dan Islam memandang kaitan di antara keduanya. Misalnya di dalam sejarah Barat, pandangan ekonomi oleh Karl Marx (1818-1883) menyatakan bahwa agama justru merupakan hambatan (impediment) bagi kesejahteraan ekonomi dan bahkan menganggap agama sebagai hasil dari fenomena ekonomi itu sendiri, bukan berasal sejati dari Tuhan (God devine) seperti yang dijelaskan oleh Raines (2002). Maka  paham matrelistik seperti ini hanya mendukung ide bahwa sesuatu yang benar-benar ada (truly exists) hanya berlaku jika dapat dibuktikan oleh pengalaman dan observasi yang saintifik saja. Secara umum, teori ekonomi konvensional menyatakan bahwa segala aktivitas ekonomi yang rasional hanya berdasarkan nilai atau manfaat apa saja yang dapat dirasakan dari sebuah transaksi. Dan kegiatan ekonomi yang dipilih adalah yang dapat memaksimalkan utilitas (kebahagiaan/kepuasan).

Sebaliknya, Haneef (1997) menjelaskan bahwa Islam merupakan kurikulum kehidupan yang lengkap, yang di dalamnya telah mencakup semua aspek kehidupan termasuk ekonomi. Segala teori maupun praktik dari ekonomi harus sesuai dengan apa yang telah Allah SWT perintahkan dan menjauhkan dari segala apa yang telah dilarang-Nya. Maka tujuan dari ekonomi Islam ini bukan hanya semata-mata mencapai kepuasan material, tapi juga keridhaan dari Allah SWT serta kesuksesan dunia dan akhirat (falah). Pun yang menjadi sumber pengetahuan selain akal dan observasi saintifik, tapi juga Al-Quran dan hadist yang merupakan sumber utama referensi. Misalnya di dalam Islam dijelaskan bahwa jika kita bersyukur atas keberadaan kita sebagai individu melalui ibadah kepada Allah SWT, maka Dia akan memberikan kita balasan yang berlipat tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika membangun Ekonomi Islam ini berdasarkan Siddiqi (2013) yaitu:
  1. Adanya kebutuhan untuk menjadikan instusi keluarga sebagai unit analisis ekonomi, bukannya institusi pasar.
  2. Adanya kebutuhan untuk mempromosikan “kerjasama dan sinergi” (cooperation) selain aspek kompetisi.
  3. Pasar keuangan harus fokus pada transaksi riil atau fokus kepada sektor riil ekonomi.
  4. Perlunya menghapuskan riba dan segala turunannya dalam aktivitas ekonomi.
  5. Maqashid shariah (tujuan shariah Islam) dijadikan sebagai panduan berpikir analisis yang mencakup perlindungan terhadap ad-din (agama), an-nafs (kehidupan), al-‘aql (intelektualitas), an-nasl (keturunan), serta al-mal (harta) sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali.


Tekait dengan pandangan hidup, ada empat aspek dari pandangan hidup Islam yaitu sebagai berikut:

Pertama, Tuhan. Allah SWT merupakan sentral atau pusat dari kehidupan. Maka keberadaan Tuhan menjadi paling fundamental di dalam padangan hidup Islam ini. Konsep monoteisme (tauhid) dan kesembilan puluh sembilan nama indah Tuhan (asmaul husna) menjadi sentral di dalam pandangan hidup orang Islam. Misalnya dalam QS. Ali Imran ayat 26, Allah SWT merupakan al-Malik (Maha Pemilik). Ini berimplikasi bahwa konsep kepemilikan dalam Islam adalah Allah sebagai pemilik absolut atas segala sesuatu di dunia ini, sedangkan kepemilikan manusia sifatnya adalah relatif.

Kedua, manusia dan rasionalitas. Manusia merupakan makhluk rasional sekaligus spiritual. Dalam Islam, minimal ada dua buah peran yang manusia miliki yait
1.     "Abdillah (Hamba Allah): untuk beribadah (secara khusus dan umum) kepada Allah. Lihat QS. Adz Zariyyat ayat 56. Hal ini berimplikasi bahwa kegiatan ekonomi merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
2.  Khalifatullahu fil alrd (Pemimpin di Muka Bumi): akan dimintai segala pertanggungjawabannya. Lihat QS Al-Baqarah ayat 30. Artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan harus dilakukan secara amanah dan penuh tanggung jawab.

Ketiga, tujuan hidup. Dalam pandangan hidup Islam, tujuan hidup seorang manusia adalah mencapai falah yaitu kesuksesan di dunia dan akhirat sebagaimana termaktub dalam QS. An-Nahl ayat 97. Artinya, dunia merupakan sarana di dalam mencapai kesuksesan di akhirat. Kita tidak boleh melupakan bagian kita dunia, karena dunia adalah tempat beramal soleh sebagai persiapan kita pada kehidupan akhirat.

Keempat, alam. Aspek yang juga penting dalam pandangan hidup Islam adalah alam (nature). Alam merupakan salah satu sumber daya yang amat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi manusia. Allah SWT telah memberikan rezeki yang cukup kepada makhluk-Nya. Namun kecukupan rezeki ini bergantung pada penggunaan yang bertanggung jawab serta usaha dalam mencari rezeki tersebut.

Terakhir, dalam bab 1 ini menjelaskan kaitan antara pandangan hidup Islam dengan ekonomi. Perbedaan yang mendasar antara pandangan hidup Islam dengan konvensional terhadap ekonomi terletak pada aspek dunia-akhirat. Jika Islam mengimani bahwa segala aktivitas ekonomi bertujuan untuk kesuksesan dunia dan akhirat, konvensional hanya berfokus pada kesuksesan dunia saja. Maka apa yang menjadi larangan dalam Islam, seperti larangan riba, tidak boleh dilakukan pada setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan.

Waalahu’alam bi ash shawwab.

#belajarmerdeka
#merdekabelajar
#janganlupabahagia

No comments:

Post a Comment