Tuesday 21 February 2017

Banjir dan Ucapan Kita

Terinspirasi dari status Facebook kakak saya yang nomor 1, A Irfan Syauqi Beik terkait dengan musibah banjir yang terjadi di Jakarta, Bekasi dan sekitarnya akhir-akhir ini, saya jadi pingin nulis notes.

Sekitar satu hingga dua minggu belakangan, muncul meme di timeline Path, IG dan socmed lainnya yang dishare oleh beberapa temen socmed saya yang intinya "Sudah berhari-hari Jakarta hujan tapi belum banjir." Jujur pertama kali baca postingan tsb, saya langsung deg-degan.. langsung ada *deg* dalam hati saya. Saya berpikir kok meme tsb kaya "nantangin" Allah SWT ya? Udah gitu ditambah kalimat-kalimat yang semakin menantang seperti "Iya sih banjir atau enggaknya itu kehendak Ilahi, tapi kan tetap saja ada kerja keras manusia.."

Belum lagi para seleb dan selebtwit pun bercuit hal serupa pada tanggal 11-12 Februari 2017 mengenai hal serupa yang intinya "Kemana Banjir padahal hujan terus??"

Hati Saya langsung berbisik "Ya Allah, jangan sampai karena kesombongan dan kedzaliman kami terhadapMu, Engkau murka dan turunkan tentaraMu.."

Jangan karena kesombongan segelintir orang, banyak yang menderita. Karena jujur kami pun duluuu pernah mengalami banjir di rumah dinas Papah di UIKA. Meskipun banjir yang "hanya" semata-kaki tapi efeknya dahsyat. Kotor, bau, dan jadi penyakit. Belum lagi rasa takut yang kami rasakan bahwa air banjir akan semakin meninggi (meskipun alhamdulillah ternyata engga), mati lampu, dan hujan deras yang tidak kunjung berhenti.. Dan rasanya benar-benar menyiksa😢😢 Apalagi mereka yang kebanjiran jauh lebih tinggi dari kami. Pasti konsekuensinya lebih berat lagi..

Dan benar, kemarin tanggal 21 Februari saat hujan mengguyur di banyak tempat di negara kita, ternyata banyak banget titik lokasi Jakarta dan sekitarnya yang kebanjiran. Inilah tamu yang oleh segelintir manusia dipertanyakan keberadaannya selama ini. Inilah tentara Allah yang dipertanyakan kenapa tidak datang jua meski hujan terus datang?

Maka, buat teman-teman saya yang sudah posting atau hanya sekedar repath, reshare, repost dll meme2 atau ucapan2 yang seolah-olah menantang kuasa Allah, hapuslah postingan tersebut. Minta ampun atas kesombongan yang pernah dirasakan. Istighfar atas kedzaliman kata-kata yang telah menjelma menjadi doa dan kenyataan. Sungguh yang menjadi korban adalah banyak sekali orang di luar sana 😢😢😢

Doakan saudara-saudara kita yang kebanjiran, bantu serta donasikan harta kita untuk membantu mereka melalui lembaga-lembaga yang amanah dan profesional untuk membantu korban seperti Baznas, LAZ dan lembaga lainnya.

Memang benar untuk mengatasi masalah banjir ini perlu usaha dan kerja keras manusia. Benar. Karena sejatinya hidup adalah rangkaian dari ikhtiar kita untuk mencapai apa yang menjadi tujuan kita, bukan?

 Tapi.. mengesampingkan bahkan terkesan memarjinalkan kuasa Allah SWT atas apa yang terjadi itulah yang salah. Jauhkan sikap dan sifat sombong baik secara pikiran, lisan dan perbuatan kita di hadapan Allah..

Apalah kita. Apalah kita tanpa-Nya. Bahkan kita bisa tegak berdiri, menghirup bebas udara, mendapatkan berbagai fasilitas hidup secara cuma-cuma adalah sejatinya karena Allah.. meski jalannya dari manusia, tapi intinya adalah dari Allah. 

Maka, sebelum posting sesuatu, coba renungkan lagi. Apakah postingan kita bermanfaat? Apakah postingan kita malah akan berakibat dan berdampak buruk? Apakah postingan kita penuh dengan kesombongan? 

Yuk hati-hati lagi dalam berkata. Karena ucapan adalah doa.. 

semoga musibah banjir segera berakhir. Aamiin..

#muhasabahdiri

Friday 17 February 2017

Nice Homework (NHW) #4 (Matrikulasi Institut Ibu Profesional)

NICE HOME WORK #NHW Matrikulasi Batch 3 minggu ke-4
Oleh: 
Qurroh Ayuniyyah (Malaysia)

🍀MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FIITRAH 🍀

Minggu ke-4 pada matrikulasi IIP batch 3 ini cukup berat bagi saya karena saya berada di antara setumpuk amanah lain, terutama kewajiban saya di dalam menyelesaikan penelitian untuk disertasi saya. Tapi alhamdulillah karena memang berniat untuk mendapatkan ilmu bermanfaat, kelas Matrikulasi IIP ini menjadi salah satu top priority saya sebagai bentuk usaha saya untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Sebenarnya bukan semata-mata peran istri dan ibu, tapi lebih dari itu, peran sebagai hamba Allah SWT dan khalifah-Nya di muka bumi ini. Karena pada NHW minggu sebelumnya, kami diminta untuk berpikir dan merenung di dalam "menyibak" rahasia Allah, mengapa kami dilahirkan? Mengapa kami dijodohkan dengan suami kami sekarang? Mengapa Allah menitipkan amanah berupa anak kami saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kami di lingkungan kami berada sekarang? Manfaat apa yang dapat kami berikan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut Begitu bermakna dan memerlukan perenungan yang mendalam. Karena memang tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua terjadi karena kehendak-Nya dan memiliki tujuan dan arti tersendiri. Bahkan daun yang jatuh pun atas kehendak Allah dan memiliki hikmah yang dalam.. masyaAllah :")

Anyway, saya mulai ya menjawab pertanyaan-pertanyaan NHW#4 ini.

a. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?

Tentu saja iya saya akan tetap memilih ilmu tersebut (Ilmu Ekonomi Syariah) di dalam universitas kehidupan ini. Namun, itu merupakan ilmu "fardhu kifayah" yang sejatinya merupakan kewajiban yang diamanahkan pada sebuah masyarakat. Artinya, harus ada orang-orang di dalam masyarakat yang mempelajarinya untuk kemaslahatan umat, jika tidak maka akan terjadi kemadharatan. Jadi ketika kita berbicara "fardhu kifayah" bukan semata-mata terkait dengan "menyolatkan jenazah" saja ya.. ;) karena sejatinya menuntut ilmu "dunia" dan menguasainya merupakan bagian dari fardhu kifayah ;)

Namun, ketika berbicara ilmu "fardhu 'ain", tentu saja harus saya tambahkan, yaitu sebuah ilmu yang wajib dipelajari dan diaplikasikan oleh setiap manusia, tidak boleh tidak. Adapun ilmu yang termasuk kategori ini yang wajib saya pelajari adalah sebagai berikut :

1. Ilmu Agama. Ini amat penting karena agama adalah pegangan di dalam hidup kita. Tujuan kita hidup, bagaimana kita menjalani hidup, mengapa kita hidup, untuk apa dan siapa kita hidup, serta pertanyaan-pertanyaan krusial lainnya akan terjawab jika kita mempelajari ilmu ini dengan sungguh-sungguh. Hal ini dilakukan agar kita menjadi orang-orang yang Allah ridhai, cintai dan sayangi. Cara mempelajarinya dapat dengan mendatangi majelis-majelis ilmu agama baik secara offline maupun online atau membaca buku dan media lain yang menyuguhkan ilmu ini. Namun, sejujurnya mendatangi majelis ilmu agama secara offline, dimana kita datang ke tempat pengajian dan bertemu sang ustadz serta saudara-saudara kita yang lain akan memberikan dampak positif yang luar biasa. Maka saya selalu mengajak sahabat-sahabat saya, "Ayo kita datang ke pengajian minimal seminggu sekali. Setelah kita berlelah-lelah untuk urusan dunia, mari kita luangkan waktu untuk mengisi kebutuhan fitrah ruhani kita." *meskipun engga selalu disambut dengan baik sih😂 But at least I have tried, I have reminded them.. semoga Allah kelak melihat usaha saya ini. Aamiin..

2. Ilmu parenting dan ilmu-ilmu "self development" lainnya. Ini sangat krusial di dalam memberikan masukan dan insight positif bagi kita untuk menjalankan peran kita sebagai  seorang Istri, seorang ibu, seorang anak, seorang saudara, seorang sahabat, seorang tetangga... menjadi seorang manusia sesungguhnya yang memiliki banyak peran. Sama halnya dengan ilmu agama, ilmu ini pun dapat dipelajari melalui kajian offline maupun online. 

b.  Mari kita lihat Nice Homework #2,  sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.

Jujur saya belum mengisi checklist tersebut secara fisik, tetapi sebagian besar sudah saya laksanakan. InsyaAllah checklist ini akan saya lebih istiqamahkan untuk mengisinya secara "fisik" tidak hanya secara "hati" saja sehingga memudahkan saya di dalam melakukan evaluasi harian. Dan memang untuk sebagian indikator harus saya latih dengan keras diri saya. Hiks.. bismillah 😢😢👌🏻👌🏻

b.Baca dan renungkan kembali  Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang  akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.

Saya merasa berkewajiban dan sangat membutuhkan untuk mempelajari ilmu fardhu 'ain yang telah saya sebutkan di atas yaitu ilmu agama dan ilmu parenting. Karena menurut saya kedua ilmu tersebutlah yang akan memberikan petunjuk apa, mengapa, dan bagaimana sebenarnya saya harus menjalankan berbagai peran sekaligus di muka bumi ini. Hidup akan saya rasakan kering dan tidak bermakna manakala saya tidak mendapatkan asupan-asupan ilmu agama. Bahkan jika dalam seminggu saja saya tidak menerima asupan spiritual, hati menjadi kering😢

Pun dengan ilmu parenting yang sesungguhnya adalah pembelajaran seumur hidup. Saya masih mencari serta menemukan "how to be a great mom?". Di antara bertumpuk kesalahan dan kekurangan saya sebagai ibu, saya ingin terus berusaha memperbaiki diri saya. Menjadi ibu terbaik bagi Afifa Zakiyya Amanina dan adik-adiknya kelak. Bahkan bisa menjadi ibu ideologis bagi anak-anak lain hingga menjadi inspirasi bagi ibu-ibu lain.. ya Allah sungguh berat. Tapi saya mau berusaha😢

Jujur.. selain dua ilmu di atas.. yang membuat saya berbinar-binar adalah ketika mempelajari ilmu ekonomi syariah. Hihi.. makanya kenapa akhirnya ilmu "fardhu kifayah" inilah yang saya pilih, terutama sejak S1 hingga S3 ini. Buat saya sebagai ibu kita harus melek ekonomi. Dan ilmu ekonomi syariah ini begitu indah.. :")

Saya pun memiliki passion untuk mengajar. Saya bahaagiaaa kalau saya melihat wajah orang-orang yang tadinya ga paham kemudian menjadi "oooo begini toh.." 😢🤗
Dan ketika saya mengajar, ada nilai-nilai yang ingin saya terapkan kepada murid-murid saya seperti menjernihkan niat hanya untuk Allah, senantiasa jujur, senantiasa bertanggung jawab, senantiasa saling menolong kepada orang lain yang memerlukan... karena mengajar bukan semata-mata "mempresentasikan ilmu pengetahuan" tapi harus "memberikan cahaya petunjuk" (al-irsyad) bagi orang yang kita ajar. Jadi artinya, ada nilai baik yang harus kita sisipi di dalam mentransfer ilmu ini. Karena saya yakin bahwa lewat pendidikanlah, manusia dapat bertransformasi apakah itu menjadi manusia yang lebih buruk ataukah lebih baik. Dan peran "guru" inilah salah satu yang memiliki posisi penting di dalam proses pendidikan yang sesungguhnya ini.

Maka jika dibreakdown, saya merumuskan beberapa hal yaitu

Pertama, Misi Hidup :
1. Mempelajari ilmu yang bermanfaat terutama terkait dengan 3 ilmu di atas
2. Memberikan inspirasi dan manfaat nyata kepada orang lain
2. Memiliki ilmu bermanfaat sebagai amal jariyyah saya (ilmu yang tidak terputus jika saya meninggal)

Kedua, Bidang :
Bidang ilmu yang ingin saya kuasai saat ini ada tiga, yaitu :
1. Ilmu agama
2. Ilmu parenting 
3. Ilmu ekonomi syariah

Peran :
1. Dalam ilmu agama, peran saya adalah murid, sekaligus penyampai (baik sebagai orang tua, anak, saudara, atau teman), dan murabbiyah jika saya diberikan kepercayaan untuk membina adik-adik, dimanapun. Semoga ini dapat menjadi amal jariyyah yang tidak terputus jika saya meninggal. Aamiin..
2. Dalam ilmu parenting, peran saya adalah murid, ibu, mentor, dan fasilitator untuk anak saya. Jika bagi anak saya, saya sudah cukup baik, saya akan berusaha menularkan ini kepada yang lain. InsyaAllah..
3. Dalam bidang ekonomi syariah, peran saya adalah murid, dosen (kelak aamiin insyaAllah), dan peneliti (membuat tulisan ilmiah terkait dengan area ilmu ini). Aamiin...

c. Setelah menemukan 3 hal tersebut,  susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut. 

Pertama, Untuk dapat memahami dan menyampaikan ilmu agama, ada beberapa ilmu yang harus saya pelajari :
1. Tafsir Al-Quran, Bisa mengikuti kajian online ataupun offline
2. Ilmu-ilmu agama yang aplikatif sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi saat ini.

Kedua, untuk dapat memahami dan berperan di dalam ilmu parenting, maka ilmu yang sedang dan akan saya pelajari adalah sebagai berikut :
1. Ilmu Pendidikan Ibu, Istri dan Wanita by Institut Ibu Profesinal yang mencakup Bunda Sayang (Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak), Bunda Cekatan (Ilmu-ilmu) seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga), Bunda Produktif (Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll), serta Bunda Shaleha (Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang).
2. Ilmu montessori by Dr. Maria Montessori lewat seminar, buku dan media lainnya.
3. Ilmu parenting lainnya seperti "enlightening Parenting" by Ibu Okina Fitriani dan tim, Bunda Elly Risman dan Keluarga, Bapak Cahyadi Takariawan, Bapak KH. Didin Hafidhuddin, dan lain sebagainya.

Ketiga, untuk menjadi seorang expert dalam ilmu ekonomi syariah, saya harus mempelajari beberapa ilmu sebagai berikut :
1. Karya-karya para pelopor ekonomi syariah tahun 1980-an seperti Umar Chapra, Yusuf Qardhawi, Shiddiqi, dan lain sebagainya.
2. Karya-karya ekonom syariah kontemporer baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri mulai dari tahun 1990-an hingga saat ini.
3. Al-Quran dan hadist terkait dengan ekonomi dan seputarnya.

d. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup

Karena baru saat ini saya mendapatkan guidance dari IIP, maka saya memutuskan untuk mulai dari 0 kembali. Di usia penghujung 28 tahun ini, maka saya 0-kan kembali dan mulai menyusun segala milestone untuk berbagai ilmu.

Komitment saya adalah setiap hari selama tiga hingga empat jam saya akan mendedikasikan waktu untuk mempelajari serta mempraktekan ilmu tersebut, sehingga 10.000 jam terbang akan dicapai di dalam 8 hingga 10 tahun.
 
Adapun Milestone  yang ditetapkan   adalah sbb  :
KM 0 – KM 3 (3 tahun pertama) : Menguasai 3 Ilmu level beginner
KM 3 – KM 6 (3 tahun kedua) : Menguasai 3 ilmu level intermediate
KM 6 - KM 9 (3 tahun ketiga) : Menguasai 3 ilmu level advance

Untuk level beginner, intermediate dan advance secara detail dan indikator ditentukan kemudian.

e. Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.

Sudah secara umum, tapi belum detail seperti penjabaran saya di atas. Maka akan saya ubah.

f. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan!!
Bismillahi Allahu Akbar💪💪💪💪

Sekian NHW#4 ini saya selesaikan. Semoga bermanfaat dan dapat saya aplikasikan di kehidupan nyata. Aamiin..

Tuesday 14 February 2017

Perbedaan Pendapat

Buat saya, adanya perbedaan pendapat, opini, pemikiran dan segala hal itu wajar aja. Namanya hidup pasti ada perbedaan. Kalau istilah kerennya sih "sunatullah fill hayyah" alias ketetapan yang udah pasti dari Allah..

Cuma kita dibekali akal pikiran serta hati oleh Allah untuk memilah dan memilih berada di posisi manakah kita. Biar kita bisa menentukan posisi yang benar, maka rumusnya adalah cari ilmu, rendahkan hati, kosongkan wadah ilmu, hilangkan prasangka, dan niatkan karena Allah agar kita bisa menjadi objektif di dalam menentukan pilihan itu. Juga tentunya kita berharap bahwa apa yang kita pilih merupakan apa yang Allah ridhai.

Yang saya sesalkan (juga kadang kepikiran) adalah pihak-pihak yang menjunjung "toleransi", justru menjadi yang paling provokatif di dalam menerima perbedaan itu. Okelah nyinyir-nyinyir standar mah masih biasa.. Tapi, nyinyir kasar terhadap orang-orang yang bersebrangan dengan pilihannya itulah yang saya merasa sedih. Kalimat "otaknya ga nyampe apa.." atau "lo kaya orang ga disekolahin aja.." atau kalimat-kalimat yang ya Allah saya aja sampe bergidik bacanya. Literally bergidik. Sampai ga tega untuk baca lagi apalagi nulisnya. Andaikan kalimat itu sampai kepada penyampai sendiri, apa yang dia akan rasakan? Doesn't she/he think that what goes around comes back around? Bahwa apa yang kita tanam akan kita tuai di kemudian hari? Hiks sediih saya mah :"( Semoga kita semua terjaga dan bisa menahan diri untuk tidak berkata-kata yang menyakitkan ya :") Ya Rab.. kuatkan kami..

Ada beberapa hal yang saya set sebagai rules saya di dalam berpendapat, terutama di ruang publik termasuk Social Media (FB, Path, IG, blog, WA group, dan lain sebagainya)..

Pertama, saya berusaha "berpendapat" bukan untuk "berdebat". Jika saya merasa yakin akan pilihan saya, saya gak akan mau beradu argumen dengan orang yang beda pendapat dengan saya. Karena apa? Karena saya tau saya akan "keukeuh" dengan pendapat saya, dan saya tau orang yang berbeda pendapat dengan saya pun sudah yakin akan pilihannya. Akhirnya yang terjadi adalah balas-balasan komentar yang pasti tiada hujungnya, dan mengundang pihak lain untuk nimbrung yang akan memperunyam masalah. Trust me, this is going to be exhausting. Energi akan terkuras. Pikiran malah akan didominasi dengan emosi. I choose to avoid such things. I once did a debate in twitter with a person I don't want to mention, and it felt not good after the "battle". Seriously. Too much energy I spent, emotionally.

Kedua, jika saya ingin bertanya atau mengklarifikasi, saya lebih prefer untuk melakukan hal tersebut secara japri baik itu via Whatsapp atau aplikasi chatting lainnya *gratisan 😂 atau telpon atau bahkan ketemu langsung..
Jadi, misalnya saat ada kasus uang Rupiah yang heboh dibicarakan, saya langsung nanya ke temen saya yang kerja di BI, apa sih sebenarnya yang terjadi? Tabayyun langsung via Wa dan alhamdulillah saya mendapat penjelasannya. Makanya kemarin saat ada yang menanyakan tentang sebuah "isu sensitif" yang memancing pro dan kontra di socmed, tidak saya jawab, bukannya tidak mau, tapi saya hanya ingin menghindari debat. Karena kalau saya jawab, kemungkinannya adalah:
Saya komen, kemudian dibalas, kemudian ada orang nimbrung yang memperumit diskusi -> saya pening -> saya malah jadi ga produktif dengan hal-hal real di dunia nyata.. *apakabar olah data disertasi??? Hheehe.. because I know.. no one will accept each argument because we already know at what side we stand.
Kalau memang ingin bertanya, benar-benar bertanya (bukan beretorika ya), pasti sang penanya akan japri saya baik via WA, email, atau media lain. Jadi mohon maaf lahir batin ya kalau ada komentar yang tidak saya jawab di social media :") Let us respect each other's choice :")

Ketiga, saya akan berusaha menghindari sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dan tidak sesuai dengan norma sopan santun apalagi norma agama. Karena apa? Once you post it on the internet, it will be there forever. Someday kalau saya nyesel, ya gimana udah terlanjur tersebar. It is there already. It really is. Kalau ada yang mengikuti kata-kata buruk saya, itu akan menjadi dosa jariyyah saya, sebanyak dosa orang-orang yang mengamalkannya karena inspirasi dari saya :"( Naudzubillah.. Malu sama Allah.. kalau ditanya tentang pertanggungjawaban saya atas posting saya di internet di akhirat kelak, saya harus jawab apa? 
*Qorr.. masih muda keleus. Ngomongin akhirat aja lo ah ga asik. Eitss.. ga mesti tua dulu buat mati, karena banyak yang muda juga mati. Ga mesti sakit dulu buat mati, karena banyak yang sehat tiba-tiba mati. Death is coming whether we realize it or not. And it is the most certain thing to happend among those uncertainties in our life.

Pun suatu hari jika Afifa dan adik-adiknya plus anaknya Afifa, cucunya Afifa dan segala keturunannya akan baca apa yang saya posting dan itu adalah hal buruk, lalu dimana posisi keteladanan baik dari saya yang menjadi unsur krusial di dalam pendidikan? Hiks.. kasian Afifa jika suatu saat ia harus membaca kalimat buruk yang saya ucapkan. Ucapan adalah doa. Ucapan adalah representasi apa yang kita pikirkan. Ucapan adalah alat penghubung kita sebagai makhluk sosial. Bahkan ucapanlah yang membuat seseorang masuk Islam kan? Words might not tell us everything but it shows us something. Something deep. 

Keempat, I will tolerate with the different opinions I face. But once they disrespect my religion and my family (especially my parents), I will definitely sign out our friendship at socmed. Serius ini. Bukaan... bukan untuk memutus silaturahim ya :") tapi saya ingin memfilter apa yang saya baca aja biar pikiran dan hati saya lebih terjaga. Simpel aja. Kalau udah jelekin agama saya dan keluarga saya, ya udah kita ga cocok temenan di socmed. Tapi bukan berarti kita berhenti temenan di dunia nyata ya.. InsyaAllah saya akan tetep doain temen-temen yang seperti itu dengan ikhlas. Serius :")

Sekian notes ini saya buat. Semoga bermanfaat. Kalau engga bermanfaat, semoga Allah mengampuni dosa atas kesia-siaan yang saya lakukan. Aamiin :")



Saturday 11 February 2017

Tafsir Al Hijri : QS. Luqman ayat 22-23

Pengajian Masjid Al-Hijri 1 Air Mancur, Bogor
Penceramah: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc
Notulen: Qurroh Ayuniyyah
Waktu: Pukul 5.30-6.00 am
Ahad, 12 Februari 2017

QS. Luqman ayat 22-23

Ada beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari QS. Luqman ayat 22-23 ini yaitu sebagai berikut :

Pertama, sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam kehidupan ini Allah menetapkan aturan yang pasti terjadi tidak dibatasi ruang dan waktu, saat ini, zaman dahulu, dan di masa yang akan datang atau yang disebut sebagai "Sunatullah fil hayyah". 
Dan bagian dari "Sunatullah fil hayyah" ada juga yang disebut sebagai "sunatullah fid da'wah" atau sunatullah di dalam dakwah. Apa itu?
Yaitu pertentangan antara dua kelompok yaitu kelompok pertama yang disebut golongan beriman (mu'min) dengan segala risikonya beserta kelompok kedua yaitu kelompok orang yang kufur (kafir) dengan segala risikonya. 
Antara kedua kelompok ini sangat bertentangan satu dengan yang lainnya. Adapun orang-orang munafiq, orang-orang fasik serta orang-orang dzalim masuk ke dalam golongan kufur ini. Di dalam hati mereka tidak beriman, meski secara dzahir (yang ditampilkan mereka) seolah-olah beriman.

Salah satu ciri munafiq yang jelas adalah menjadikan orang kafir sbg pemimpinnya. Selama ini kita hanya tahu bahwa golongan munafiq memiliki 3 ciri yaitu apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ia tidak menepati, dan apabila ia diberi amanah ia khianat (al-hadist).

Padahal, memilih pemimpin serta sekutu bukan dari golongan orang beriman pun termasuk ke dalam ciri orang-orang munafiq. Hal ini sesuai dengan QS. An-Nisa ayat 138-139, "Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih. Yaitu mereka orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai  teman penolong dan meninggalkan orang-orang mukmin. Apa mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya kekuatan hanyalah kepunyaan Allah."

Jadi dari kedua ayat tersebut jelas sekali menerangkan bahwa orang yang memilih orang Kafir sebagai pemimpinnya termasuk ke dalam golongan Kufur. Jadi memilih pemimpin ini termasuk urusan aqidah. "Apakah mereka itu mencari izzah (kekuatan, kemuliaan)? Padahal jelas izzah hanya bersumber dari Allah." Golongan kufur ini tidak pernah memiliki komitmen dan perhatian kepada golongan beriman serta tidak pernah pula berpihak kepada golongan mukmin.

Dalam dakwah, orang mukmin ini selalu berdakwah dgn jabatan, posisi, ucapan, tulisan serta perbuatan mereka dalam rangka menyerukan kepada kebaikan serta mencegah dari kemunkaran.

Terdapat dua ayat lain yang dapat kita jadikan pelajaran mengenai dua golongan ini serta bagaimana mereka bersikap.
Pertama, di dalam QS At taubah ayat 71 dijelaskan bahwa Orang beriman itu senantiasa berwala dan bala kepada orang mumin lagi. Mereka senantiasa berammar maruf nahi munkar. Dan mereka memiliki ikatan hati yang kuat karena sumbernya berasal dari Allah SWT.
Kedua, di dalam QS At taubah ayat 67 dijelaskan bahwa orang Munafiq itu saling mendukung di antara mereka namun bukan karena adanya ikatan hati (ba'duhu mim ba'), melainkan hanya kepentingan materi dan keuntungan duniawi semata. Yang mereka lakukan adalah "Ammar munkar nahi maruf" yaitu "mendorong kpd kemunkaran dan mencegah kpd kebaikan". Jadi pekerjaannya selalu berkebalikan dengan golongan beriman, selalu saja bertentangan dengan orang-orang beriman. Karena tujuan mereka adalah semata-mata agar mendapatkan materi dan segala hal keduniawian lainnya. Mereka lupa kepada Allah, dan Allah pun lupa kepada mereka. Naudzubillah..

Maka kita hrs memilih untuk menjadi golongan yg dijelaskan di dalam QS At Taubah ayat 71, bukannya ayat 67. 
Jika kita masuk ke dalam golongan yang dijelaskan di dalam QS At-Taubah ayat 71 serta bergantung hanya kepada Allah SWT semata maka Allah akan memberikan kemenangan, cepat atau lambat.

Dalam hal berinfaq, kedua golongan ini pun sama-sama mengeluarkan materi. Tapi yang membedakan adalah untuk golongan beriman ini, mereka tidak ragu-ragu untuk berinfaq dan jihad di jalan Allah hanya untuk mencapai keridhaan Allah SWT, untuk perjuangan Islam, sesuai dengan QS. Al Hujurat ayat 15 yang berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Dan mereka adalah orang-orang yang benar."

Sebaliknya di dalam QS. Al Anfal ayat 36 Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah. Mereka menafkahkan harta itu dan kemudian akan menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Neraka Jahannamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan."
Dari ayat ini telah jelas bahwa golongan kufur ini pun akan mengeluarkan hartanya untuk mencegah kepada kebaikan dan menyuruh kpd kemaksiatan. Banyak harta yg mereka keluarkan. Tidak sedikit. Namun janji Allah  jika golongan beriman ini konsisten, istiqamah, dan sabar di dalam perjuangan, maka golongan kufur ini akan kalah pada akhirnya.

Di dalam QS. An nisa ayat 104 pun dijelaskan bahwa yang berjuang berlelah-lelah bukan hanya orang beriman, tapi sesungguhnya mereka pun berlelah-lelah dalam perjuangan mereka untuk menghalangi manusia dari kebaikan dan menyuruh kepada kemaksiatan. Ayat ini Dimulai dengan larangan "Kalian tidak boleh merasa "ihana" (rendah diri/minder)  dalam menghadapi mereka. Jika kalian merasa sakit dalam perjuangan dan dakwah, kalian juga harus tau bahwa mereka juga sama merasakan sakit dan lelah." Tapi yang membedakan antara golongan beriman dan kufur adalah golongan beriman memiliki pegangan yang paling abadi dan sejati yaitu Allah SWT serta harapan golongan ini hanyalah ridho Allah SWT.

Kehancuran suatu bangsa bukan karena kemiskinan dan kefakiran, tetapi karena adanya diskriminasi di dalam hukum (al hadist). Misalnya sejarah mencatat Kisah Firaun, kisah Nabi Syua'ib dan sebagainya dimana ketika hukum disiskriminasikan, maka bangsa akan hancur.

Jadi di dalam hidup ini, sunatullahnya adalah mereka yang istiqamah dan ulet serta tahan uji di dalam bekerja keraslah yang akan sukses. Maka orang beriman ini harus sabar, ulet, dan optimis di dalam perjuangan dan dakwah di jalan Allah swt.

Jika diintisarikan, QS Luqman ini menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dalam hidup ini akan ada selalu pertentangan antara golongan beriman dan golongan kufur. Ini merupakan sunatullah fid da'wah.
2. Barangsiapa yang ulet dan sabar merekalah yang akan menang. Itulah sunatullah fil hayyah.
3. Dan dalam menghadapi golongan kufur ini, golongan beriman harus senantiasa tidak boleh rendah diri dan pesimis karena kita memiliki Allah SWT yang Maha Segalanya. Dia-lah sesungguhnya tempat bergantung bagi orang-orang yang beriman.

Wallahu'alam bi ash-shawwab.

Saturday 4 February 2017

Tafsir Al-Hijri : QS. Luqman ayat 19-20

Pengajian Masjid Al-Hijri 1 Air Mancur, Bogor
Penceramah: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc
Notulen: Qurroh Ayuniyyah
Waktu: Pukul 5.30-6.00 am
Ahad, 5 Februari 2017

QS. Luqman ayat 19-20

Pada ayat yang lalu yaitu ayat 12-19, Allah swt telah menjelaskan tentang pendidikan yang disampaikan oleh Luqman kpd anaknya. Ini merupakan "manhajul hayyah" atau kurikulum kehidupan yang sifatnya tidak hanya secara khusus untuk keluarga Luqman tapi juga untuk semua manusia. Adapun manhajul hayyah ini meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1. Aqidah, tidak syirik kepada Allah SWT.
2. Tanggung jawab.
3. Menegakkan shalat.
4. Pemain aktif dalam permainan dakwah yakni menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran (ammar ma'ruf nahi munkar).
5. Sikap kesabaran dan keuletan karena pasti untuk menjadi istiqamah ini akan ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi.
6. Kewajiban manusia untuk menjadi baik dan berbuat baik kepada manusia lain, yaitu salah satunya  kewajiban untuk menjauhi dari sifat arogan dan sombong. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw, "Tidak akan pernah masuk syurga orang yg memiliki kesombongan di dalam hatinya meski sebesar biji dzarrah pun." (Al hadist)

Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa Iblis masuk neraka bukan karena ia tidak percaya kepada Allah SWT, ia sungguh percaya, tapi karena ada kesombongan di dalam dirinya.
Maka kesombongan sungguh akan menghancurkan suatu bangsa.

Ada bermacam-macam faktor pendorong seseorang menjadi sombong. Pertama, jika seseorang yg memiliki harta dan kekuasaan, maka banyak sekali godaan untuk sombong. Contoh seperti Fir'aun. Kedua, ada juga seseorang yang sombong karena ilmu yang dimilikinya sehingga ia tidak mau untuk menerima nasihat kebaikan. Sikap sombong adalah sikap yang merasa lebih tinggi daripada orang lain dab tidak mau menerima nasihat baik. Jika seorang manusia sudah sombonf, maka konsekuensi yang akan dihadapinya  adalah ia akan tersesat di dunia dan akhirat.

Inilah manhajjul hayyah (kurikulum kehidupan) yang sesungguhnya. Manhajjul hayyah ini harus diikuti dan diterapkan agar kita selamat di dunia maupun di akhirat. Aamiin..

Ayat 20 pada QS Luqman ini kemudian menjelaskan "wasilatul hayyah" agar kita menjadi khalifah di muka bumi ini yg sukses. "Wasilatul hayyah" adalah sarana dan prasana yg Allah berikan agar manhajjul hayyah ini dapat diterapkan dengan baik.

Dimulai dari "alam tarao" yang artinya "Allah telah menaklukkan untuk kamu sekalian". Intinya Allah telah memberikan sarana dan prasarana bagi manusia agar manusia dapat menerapkan kurikulum kehidupan yang sesuai dengan apa yang Allah perintahkan.

Hal ini senada dengan QS Al-Ahzab ayat 72-73. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa selain Allah memberikan amanah kepada manusia, Allah pun menyediakan sarana dan prasarananya. Saat Allah menawarkan amanah khalifah di dunia ini semua makhluk menolak, kecuali satu makhluk yaitu manusia.

Pada ayat ini, dijelaskan pula ada tiga jenis golongan manusia yang dibagi berdasarkan cara mereka mengemban amanah khalifah di muka bumi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Munafiq, yaitu orang-orang yang munafiq. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling bahaya. Di dalam buku Fiqquh Dakwah, penyebab orang munafiq ada dua yaitu Pertama, "hubbul mal wal jah" yaitu mencintai harta dan jabatan (menjadikan harta dan jabatan sebagai tujuan akhir) sehingga dia rela mengorbankan aqidahnya demi mendapatkan prestise jabatan dan kekuasaan serta harta.
Kedua, "al khauf" yaitu sikap penakut.
Artinya orang munafiq ini sebenarnya adalah orang-orang yang takut kepada manusia.
Kalau orang munafiq shalat itu asal-asalan karena tujuannya adalah untuk dilihat manusia saja dan sangat sedikit sekali mengingat Allah SWT.
Di neraka kelak orang munafiq ini berada di paling bawah neraka, yaitu di kerak nerakanya.

2. Musyrik. Yaitu orang yang berlaku syirik kepada Allah SWT, menyekutukan Allah.

3. Mu'min. Yaitu Orang beriman yang mempunyai hati dan keimanan kepada Allah SWT. Golongan ini akan tunduk patuh kepada Allah, Sehingga apapun yang ia lakukan adalah untuk pengabdian kepada Allah. Saat mereka melakukan dosa dan kesalahan, mereka akan segera bertaubat dengan sebenarnya taubat (taubatan nasuha) dan Allah menerima taubat mereka. Inilah golongan yang beruntung di dunia ataupun di akhirat, karena pasti golongan ini akan masuk syurga meskipun dengan level yang berbeda. Ada sebagian yang langsung masuk syurga tanpa hisab, ada pula yang harus "dicuci" terlebih dahulu di neraka meskipun pada akhirnya mereka akan masuk syurga.

Jadi wasilatul hayyah itu adalah segala sesuatu sarana dan prasarana yang Allah sediakan di dalam kehidupan ini. Teknologi di dalam bahasa Arab disebut "tasqil" yang berarti pengendalian. Artinya manusia mengendalikan teknologi.
Kehidupan ini pun suka disebut "tasqil" karena memang dikendalikan oleh Allah swt. Contohnya curah hujan, bulan, matahari, hutan dan lain sebagainya agar kita sebagai khalifah dapat memanfaatkannya dengan baik. Tujuannya adalah untuk kepentingan bersama dan untuk kesejahteraan umat. Sehingga dalam Islam harus seimbang antara pertumbuhan dengan pemerataan. Tidak boleh kekayaan hanya dikuasai oleh segelintir orang saja, sehingga akan ada kedzaliman. Seperti yang terjadi saat ini dimana 1 persen orang kaya di dunia ini mendominasi sebagian besar harta dan kekayaan dan pada saat yang bersamaan begitu banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Di Indonesia saja, dengan standard BPS, jumlah populasi miskin hampir mencapai 11 persen dari total populasi. Jika standard ini diubah mengikuti standard dunia lainnya, maka jumlah populasi miskin ini akan jauh semakin banyak.

Kemudian Allah menyempurnakan wasilatul hayyah tersebut yaitu dengan memberikan fungsi pada prasarana tersebut. Misalnya saat Allah memberikan "telinga" maka diberikan pula fungsinya sebagai "pendengaran" (as-samaa). Dan pendengaran ini merupakan fungsi yang paling pertama ada (sejak manusia dalam kandungan) dan terakhir pula yang akan tiada (saat menjelang manusia sakharatul maut pun masih dapat mendengar).

Maka kita harus senantiasa memanfaatkan segala wasilatul hayyah yang telah Allah swt berikan kepada kita. Ingat, memanfaatkan untuk kepentingan ummat bukannya mengeksploitasi untuk kepentingan segelintir orang saja. Pun dengan wasilatul hayyah anggota badan kita yang harus kita manfaatkan dengan baik. Jangan sampai kita malah kufur dengan apa yang telah Allah swt bekali bagi kita. Di dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa terdapat dua nikmat yang manusia sering rugi dengan nikmat tersebut yaitu :
1. Kesehatan (baru sadar nikmat kesehatan setelah kita sakit).
2. Kesempatan dan waktu luang.

Semoga kita semua menjadi golongan manusia yang beriman yang dapat memanfaatkan wasilatul hayyah ini. Dan semoga kita senantiasa Allah berikan hidayah-Nya dan ditetapkan hati kita pada hidayah-Nya. Karena ada kelompok orang yang tidak mendapatkan hidayah disebabkan mereka tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah swt. Aamiin ya Rabbal aalaamiin..

Tafsir Al-Hijri : QS. Luqman ayat 15-16

Pengajian Masjid Al-Hijri 1 Air Mancur, Bogor
Penceramah: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc
Notulen: Qurroh Ayuniyyah
Waktu: Pukul 5.30-6.00 am
Ahad, 22 Januari 2017

QS. Luqman ayat 16-17

Ada beberapa pelajaran penting dari dua ayat ini, yang berkaitan dengan nasihat dan pelajaran Luqman kpd anaknya yg juga penting untuk diikuti oleh orang tua di dalam mendidik anak-anaknya, yaitu sebagai berikut:

1. Pelajaran tauhid. Pelajaran tauhid yang dimaksud bukanlah sekedar dan semata-mata mengenalkan bahwa Allah SWT itu ada. Tapi juga yang lebih penting yaitu konsekuensi kesadaran akan keberadaan Allah itu sendiri. Salah satu konsekuensi tauhid adalah "muroqobatullah" atau selalu merasa diawasi Allah SWT. Artinya ketika manusia menyadari bhw Allah SWT senantiasa mengawasi, maka akan timbul tanggung jawab di dalam hidup kita untuk selalu melakukan apa yg Allah SWT perintahkan, dan menjauhi segala apa yg Allah SWT larang. Meski kita dapat bersembunyi dari manusia, tetapi sesungguhnya Allah swt senantiasa akan mengetahui, dan kita tidak akan dapat bersembunyi dariNya. Hal ini akan berdampak pada timbulnya "kesadaran transedental" yaitu kesadaran keimanan, kesadaran aqidah yang kuat. Hal ini pun akan memberikan keyakinan kepada kita bahwa adanya hari kiamat, hari Akhir, kehidupan setelah kematian serta akhirat itu adalah sebuah kebenaran dan kepastian. Bahkan ayat yang paling banyak diungkapkan di dalam Al-Quran adlh ayat-ayat yang menceritakan iman kpd hari Akhir. Jadi Keyakinan utama dari Islam adalah keimanan kpd yg Ghaib. Misalnya terdapat pada awal QS al Baqarah dan Al Mulk.
Oleh karena itu, Keimanan kepada hari Akhir merupakan sbuah keniscayaan yg semestinya akan melahirkan kesadaran transedental ini.
"Orang yg tidak percaya kpd hari Akhir adlh orang yang akan segera menghadapi kematian." (Ali bin Abi Thalib). Maksudnya adalah orang tsb pasti akan merasakan dahsyatnya kematian, siksa kubur dan siksa di Akhirat kelak.

2. Agar keyakinan ini tertanam di dalam struktur rohani kita, maka perlu dijaga. Bagaimana caranya? Salah satu yang paling penting adalah dengan cara menegakkan shalat. Menegakkan shalat ini artinya kita menjaga niat shalat hanya karena Allah SWT, menjaga adab shalat, senantiasa shalat di awal waktu, dan mempersembahkan kualitas terbaik pada saat shalat kita. Sehingga shalat yang kita lakukan akan berdampak positif terhadap kehidupan kita.
"Yang membedakan org kafir dan beriman adalah shalat." (Al-hadist).
Orang-orang munafiq adalah orang yang sebenarnya tidak percaya dan tidak beriman, riya, berbuat hanya karena manusia (hanya saat manusia melihat).
Ciri generasi yang baik adalah generasi yang menegakkan shalat. Ciri generasi yg hancur adalah generasi yg menyia-nyiakan (shalat seenaknya). Menyia-nyiakan saja tidak boleh apalagi meninggalkan shalat. Menyia-nyiakan shalat maksudnya adalah shalat dengan asal-asalan, tidak menjaga niat shalat, tidak menjaga adab shalat, suka melambat-lambatkan shalat (tidak tepat waktu), serta tidak menjaga kualitas shalat. Hal ini sesuai dengan QS maryam ayat 59. Begitu muslim menyia-nyiakan shalat, maka hawa nafsu dan syahwatlah yang akan mengendalikannya (take over the control within self). Saat shalat disia-siakan, maka tdk ada pertahanan diri sehingga hawa nafsu dan syahwat akan mengendalikan dirinya.
Jika seorang laki-laki muslim meninggalkan shalat Jumat tanpa ada udzur yg syari, maka Allah akan mengunci hatinya. Bahkan jika tiga kali sengaja meninggalkan shalat Jumat, maka dia dikatakan sudah keluar dari Islam.

"Barangsiapa yg menjaga shalat maka hidupnya akan bercahaya, memiliki bukti keimanan dari Allah, dan selamat pada hari kiamat nanti. Barangsiapa yg tidak memelihara shalat, maka dia tidak akan memiliki cahaya, tidak ada tanda-tanda keimanan padanya, dan pada hari Kiamat nanti kelak akan bersama dengan Qarun, Fir'aun, Hamman, dan Ubaid bin Khalaf." (al hadist shahih)
Menurut Ibnu Qayyim di dalam Fiqquh Sunnah juz 1 halaman 165, terkait hadist ini penyebab orang-orang menyia-nyiakan shalat ada 4 hal dan konsekuensi di akhiratnya pun ada 4 hal, yaitu:
Pertama, manusia terlalu sibuk dengan urusan hartanya. Maka dia akan bersama dengan Qarun di akhirat.
Kedua, manusia terlalu sibuk dengan urusan Kekuasaannya. Maka dia akan bersama dgn Firaun di akhirat.
Ketiga,  manusia terlalu sibuk dengan Riyasah (kewibawannya), pekerjaannya serta jabatannya (takut kalau shalat dikatakan Muslim fanatik, ekstrim). Maka dia akan bersama Hamman di Akhirat nanti.
Keempat, manusia terlalu sibuk dengan Perdagangannya. Maka dia akan bersama dengan Ubaid bin Khalaf di akhirat nanti.

Maka kita harus membiasakan shalat dengan sebaik-baiknya. Karena shalat adalah yang paling pertama dihitung di yaumul hisab nanti. Maka pendidikan pertama yg harus diajarkan kepada anak salah satunya adalah shalat. Saat anak dapat membedakan tangan kanan dan kiri, maka harus dibiasakan shalat, meski belum dapat langsung sempurna.

3. Dai-dai (penyampai) yang konsisten lahir dari sebuah keluarga yg baik. Bahwa ammar ma'ruf nahi munkar adalah kewajiban semua mu'min shg apapun pekerjaan dan posisinya, ia harus menjadi dai yaitu penyampai di dalam kebenaran. Artinya peran dai itu bukan hanya para kiyai saha, tp merupakan peran yang diemban oleh semua mu'min.

4. Sabar dan tahan uji di dalam mengerjakan segala kewajiban maupun dlm beramar ma'ruf nahi nunkar. Artinya, agar mu'min mampu untuk istiqamah di dalam memiliki tauhid yang kuat, menjaga kualitas shalat, serta memiliki keberanian yang kuat di dalam beramar ma'ruf nahi munkar, diperlukan sikap tahan uji dan sabar.

Keempat hal di atas inilah yg disebut dengan "azmil umur" (identitas yg penting).