Assalamualaikum sahabat…
Pernahkan kamu merasa “jauh” sama
Allah?
Pernahkah kamu merasa “lupa” sama
Allah?
Sesungguhnya itu manusiawi sekali..
Namanya iman seseorang, kadang
berada di atas, kadang berada di bawah. Fluktuatif.
Tapi pahamilah..
Sesungguhnya bukanlah Allah yang
menjauhi kita…
Bukanlah Allah yang melupakan kita…
Bukanlah Allah yang meninggalkan
kita…
Kitalah… Ya... Kitalah yang sesungguhnya menjauhi, melupakan, dan
meninggalkan-Nya.
Tapi, meskipun kita sudah berbuat
demikian, Allah dengan Maha Sabar menunggu kita untuk kembali mendekat…
Menunggu kita untuk kembali mengingat-Nya dan mengikuti apa kehendak-Nya…
Berapa banyak waktu yang kita
sia-siakan tanpa mengingat-Nya?
Berapa banyak perbuatan yang kita
lakukan yang tidak menyenangkan-Nya?
Lalu lihatlah… Apa yang ada di sekeliling
kita?
Allah tetap memberikan segalanya
untuk kita…
Cahaya matahari yang menyinari…
Udara yang secara gratis dapat kita hirup…
Fisik yang masih kuat untuk
melakukan berbagai aktivitas… Dan masih banyak lagi.
Betapa tak terhingganya nikmat yang
telah Dia anugarehi kepada kita semua. Betapa banyak, bahkan terlalu banyak…
Subhanallah..
Sahabat…
Di dalam QS. Asy-Syam ayat 9 dan
10, Allah SWT berfirman, “Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh merugi orang yang
mengotorinya.”
Dari ayat tersebut, Allah dengan
jelas menganjurkan kita untuk senantiasa mensucikan diri kita, juga
membersihkan hati kita. Bahkan, Dia menyebut “beruntung” bagi manusia yang
mampu berbuat demikian dan “merugi” bagi yang berbuat sebaliknya.
Ketahuilah…
Sesungguhnya jika kita merasa
sedang jauh dari Allah, dan kita dapat menyadari hal tersebut, maka itu
pertanda baik.
Karena seorang ulama sufi
mengatakan, “Sesungguhnya kebaikan jiwaku
akan terlihat ketika aku mengetahui kerusakannya.”
Artinya, kita memang harus
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati kita dan mengevaluasi
kenapa kita bisa sampai jauh dari Tuhan yang Maha Pencipta.
Ibnu Qayyum mengatakan, “Carilah kebahagiaan di dalam tiga hal:
ketika kau sedang mengingat Allah, ketika kau sedang shalat, dan ketika kau
sedang membaca Al-Quran. Jika kau tak menemukan kebahagiaan di dalam tiga hal
tersebut, maka sesungguhnya hatimu sedang kotor.”
Maka..
Sudah sepantasnya kita mengukur
hati kita, memuhasabahi apa yang sudah kita perbuat, dan menilai bagaimana
amalan kita selama ini.
Sudahkah
shalat kita khusyu? Sudahkah kita berbuat baik pada kedua orang tua kita?
Sudahkan kita berinfak dengan harta terbaik yang kita miliki? Sudahkah kita
memberikan manfaat dan kemudahan bagi sesama?
Jujurlah pada hatimu.. Jawablah
pertanyaan demi pertanyaan dengan hati yang objektif, agar kita dapat menuju ke
arah yang lebih baik lagi…
Dan hari ini…
Seorang kawan senior menasihati
saya…
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan
untuk mendidik jiwa kita agar terus mengarah kepada kebaikan. Apa saja?
Pertama,
paksakanlah diri kita untuk melakukan kebaikan. Paksa saja diri kita jika kita
malas untuk shalat, ngaji, sedekah, belajar, dan berbuat baik lainnya… Karena
dengan memaksakan diri kita pada kebaikan, maka lama kelamaan diri kita akan
enjoy melakukan kebaikan tersebut hingga kita dapat mempersembahkan yang
terbaik dari yang kita lakukan tersebut.
Ketauhilah bahwa Allah senantiasa
menilai segala amal perbuatan kita, bukan semata-mata seberapa banyak kita
melakukan hal tersebut, melainkan seberapa baik dan seberapa konsisten kita
melakukan hal tersebut. Tentu saja yang ideal adalah banyak, baik, dan
konsisten. Namun… untuk mencapai kondisi ideal tersebut, kita membutuhkan proses.
Dan proses tersebut tergantung seberapa kuat tekad dan aplikasi yang kita
lakukan…
Kedua,
jangan pernah menyerah untuk melawan kemaksiatan dan kerusakan.
Kita tidak boleh lemah untuk
mencegah diri kita dan orang lain dari berbuat yang dilarang. Jujur… Saya masih
lemah dalam hal ini.. :’( Tapi harus berusaha dengan sekuat tenaga. Hindari
diri kita dari berbuat dosa… Imbangilah dengan perbuatan baik yang dapat kita
lakukan.
“Jika kau melakukan sebuah
kesalahan, maka iringilah dengan beberapa
kebaikan.”
Ketiga,
ingatlah bahwa jika kita melakukan kemaksiatan, melakukan apa yang Allah
larang, maka kita akan keluar dari pertolongan Allah.. Naudzubillah.. :’(
Karena kemaksiatan ini akan membuat
diri kita dikendalikan oleh hawa nafsu kita. Maka… Saat kita melakukan
kemaksiatan, saat kita melakukan keburukan… Kita lupa.. Lupa bahwa Allah sedang
melihat kita… Lupa bahwa malaikat sedang mencatat apa yang sedang kita kerjakan…
Lupa bahwa seluruh tubuh ini kan menjadi saksi di yaumul akhir kelak…
Keempat,
perbanyaklah melakukan tadabur dan tafakur ayat-ayat Allah. Tadabur adalah meresapi ayat-ayat
kauliyyah atau ayat-ayat yang Allah turunkan di dalam Al-Quran. Sedangkan tafakur adalah mempelajari ayat-ayat
kauniyyah alias alam semesta ciptaan Allah.
Sesungguhnya dengan memperhatikan isi
kandungan Al-Quran dan melihat serta memikirkan alam ciptaan Allah dan segala
isinya, maka kita akan menyadari betapa diri kita amat kecil… Tiada apa-apanya…
Mungkin kita hanya setitik kecil di antara bumi, langit, dan dunia ini. Lalu… Siapa
kita? Pantaskah kita untuk sombong? Pantaskah kita untuk melanggar hak Allah?
Pantaskah kita hanya berdiam diri?
Maka, kita harus melakukan sesuatu
yang bermanfaat, sesuatu yang membuat diri kita semakin baik dari hari ke
harinya, sesuatu yang membuat Allah mencintai kita. Karena.. Jika Allah sudah
mencintai seorang hamba, maka Dia kan umumkan kepada jagat raya bahwa Dia
mencintai hamba tersebut sehingga alam raya kan ikut mencintainya… Subhanallah…
Sahabat…
Bukanlah saya lebih baik dari
sahabat sehingga menuliskan ini semua.
Bukan… Bukan karena itu…
Tapi sesungguhnya karena saya hari
ini benar-benar merasa tersentuh atas nasihat dari kawan saya ini. Dan saya
ingin membagikannya kepada sahabat semua… Semoga ada kebaikan yang dapat
ditebar melalui tulisan ini…
Ayo kita perbaiki diri kita…
Sucikan hati kita… Dekatkan diri kita kepada Allah.. Berbuat yang terbaik,
benahi akhlak kita, dan perbanyak kebermanfaatan kita bagi sesama…
Berkontribusilah mulai dari apa
yang dapat kita lakukan, meskipun itu kecil. Karena sesungguhnya, hal-hal yang
besar, pasti akan bermula dari hal yang kecil, bukan?
Jika merasa jauh, maka dekatilah dengan amal baik yang dapat kita lakukan :)
*Tulisan ini dibuat terutama sebagai nasihat penulis untuk penulis sendiri.