Yonchai
Benkler, seorang Profesor dari Havard University, menyatakan bahwa sharing spirit alias semangat untuk berbagi
merupakan modal yang paling penting untuk meningkatkan produksi ekonomi di sebuah
negara. Pernyataan ini begitu menarik karena diisyaratkan bahwa ternyata perekonomian
ditopang oleh aktivitas berbagi di antara sesama aktor ekonomi baik secara
individu maupun kelompok. Sikap yang hanya semata-mata berbasiskan pada profit and self-centric oriented,
ternyata diyakini bukanlah sikap yang dapat memaksimalkan output di dalam
perekonomian.
Di
dalam Islam, semangat berbagi ini merupakan aspek penting yang Allah SWT amat dorong
kepada para hamba-Nya. Zakat, yang merupakan rukun Islam ketiga, merupakan cara
seorang Muslim untuk mensucikan harta dan bahkan menentramkan jiwanya (QS.
At-Taubah ayat 103). Jika seorang Muslim tidak mau mengeluarkan zakat atas
hartanya, padahal ia telah mencapai nisab, maka Muslim tersebut dikatakan
sebagai Muslim yang bakhil dan akan Allah berikan balasannya karena ada hak
orang lain yang tidak mau dia tunaikan (QS. At-Taubah ayat 35). Ditambah lagi,
Allah SWT menjanjikan balasan kebaikan yang luar biasa bagi mereka yang secara
ikhlas menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah (QS. Al-Baqarah ayat 261).
Ramadhan dan Semangat Berbagi
Ramadhan yang sedang kita hadapi
saat ini semestinya dapat dijadikan sebagai latihan untuk menumbuhkembangkan
semangat berbagi di dalam kehidupan kita. Rasa lapar dan haus yang kita rasakan
selama menjalankan ibadah shaum ini seharusnya dapat mengetuk kepekaan sosial kita
terhadap kaum dhuafa yang mungkin setiap harinya merasakan rasa lapar dan haus
tersebut.
Salah satu indikator seorang alumnus
Ramadhan yang sukses adalah apakah setelahnya dia dapat menjadi seorang pribadi
yang mudah berbagi, yang selalu berusaha untuk mengeluarkan zakat, infak, dan
sedekah pada harta yang dimilikinya, serta yang mau menjadikan sikap berbagi
ini sebagai “lifestyle” di dalam
kehidupannya. Karena sesungguhnya apa yang dia keluarkan merupakan perwujudan
dari kepeduliannya terhadap sesama manusia sebagai bentuk nyata rasa syukurnya
kepada Allah SWT.
Sebenarnya, keuntungan yang
diperoleh bagi orang yang berzakat, berinfak, dan bersedekah jauh lebih besar
dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang yang menerimanya. Karena sesungguhnya
harta yang dia keluarkan pastilah akan diberkahi dan dilipatgandakan oleh Allah
SWT. Tidak pernah sejarah mencatat tentang kisah seseorang yang bangkrut dan
jatuh miskin karena berzakat, berinfak, dan bersedekah. Justru mereka yang gemar
berinfak adalah mereka yang sukses di dalam hidupnya. Sebut saja Abdurrahman
bin Auf, sahabat Rasulullah yang kaya raya dan dijamin masuk surga. Setelah
Rasulullah wafat, beliau selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan para ummahatul mukminin. Sebaliknya, sifat
kikir dan bakhil justru akan menghancurkan kehidupan manusia seperti yang
terjadi pada kisah Karun.
Rasulullah SAW bersabda, “Maa naqoso maalun min shodaqotin (tidak akan pernah berkurang harta
yang dikeluarkan sedekahnya).” Juga di dalam hadist yang lain, Rasullullah SAW
pun bersabda, “Al sakhiyu qoriibun min
Allah qoriibun min annas qoriibun min al jannah ba ’idun min an naar (orang
yang pemurah/selalu berinfak adalah dekat dengan Allah, dekat dengan manusia,
dekat dengan surga, dan jauh dari neraka).”
Jadi, tunggu apa lagi? Ayo bangkitkan semangat berbagimu! :)
Wallahua'lam bi ash shawwab.
No comments:
Post a Comment