My Words. My World.

Thursday, 5 November 2015

On Time


Salah satu nasihat dan contoh nyata yang saya dapatkan langsung dari Papa saya adalah tentang bagaimana sikap beliau terhadap waktu. Well.. I can probabbly say that he is one of the most on time person I have ever met in my life. Bahkan seringkali beliau itu “before time”, bukannya on time. Datang lebih awal. Jauuuhh lebih awal. Hehehehe…
Jika saya libur, beberapa kali saya ikut beliau bekerja. Kami tinggal di Bogor, sedangkan banyak dinas yang Papa lakukan di Jakarta. Suatu hari saya diajak Papa untuk mengisi beberapa acara di Jakarta. Acara pertama yaitu pengajian bulanan yang diadakan oleh salah satu bank syariah di Jakarta. Pengajian tersebut dimulai pukul 7.30 pagi. Can you guess what time did we depart from our home? Jam 4 pagi! Kami pun melakukan sholat subuh di salah satu mushola di pombensin pinggir jalan tol. Kata beliau, “Kalau ke jakarta di pagi hari, pilihannya cuma dua: kalau ga kepagian, ya kesiangan. Nah.. lebih baik kita lebih awal datang.” Dan jam berapa kami sampai di tempat acara? Jam 5.30 pagi! Bahkan office boy belum ada yang datang. Matahari belum keliatan. Masih gelap, serius. Saat itu hanya ada satpam di tempat. Kemudian tempat yang kami cari pertama untuk menunggu waktu adalah mushola. Papa bilang, “Nah kan kalau begini enak, kita bisa ngaji dulu sambil nunggu waktu dhuha. Terus kalau udah masuk waktu dhuha kita bisa langsung solat dan berdoa. Enak kan?” *dalam hati, “Iya sih, tapi ngantuk Pah… -_-“ *sumpel mata pake korek api*
Pernah suatu saat Papa diundang mengisi ceramah di kampus. Saat itu panitianya adalah para mahasiswa S1, di salah satu kampus di Bogor. Di dalam surat undangan, tertulis bawa acara dimulai pukul 9 pagi. As expected, my Dad came 30 minutes earlier. Ternyata ruangan acara bahkan belum dibuka, dan baru ada seorang panitia yang hadir. Papa pun menunggu. Jam 9 pagi baru para panitia mulai berdatangan. Pukul 9.45 acara pun belum dimulai. Kemudian Papa mengambil tindakan untuk pergi dari acara tersebut karena harus menghadiri acara lain setelahnya. Beliau tidak mau terlambat untuk menghadiri agenda berikutnya. Kata beliau kepada panitia, “Mohon maaf, saya sudah menghargai undangan Anda dan menepati janji untuk datang. Di undangan, Anda sendiri yang menulis pukul 9 acara dimulai. Tapi hingga pukul 9.45 acara belum juga dimulai, jadi saya harus pergi untuk memenuhi janji saya di tempat lain.” Halus sih…. Tapi dalem…  Just wondering if I were the committee, I might have blamed my self for the inconvenience happened. *Sambil nangis di ujung jendela pas hujan rintik-rintik.  Tapi memang kala itu Papa ada acara di tempat lain dan beliau tidak mau sampai telat.

“De, kalau Papa ngaret, semua agenda Papa hari itu akan berantakan. Makanya Papa harus berusaha tepat waktu.” Begitu beliau menjelaskan saat saya protes, “Kok Papa on time melulu.” *Dasar anak bungsu manja! *Tunjuk diri sendiri :D
Ketika Papa mengadakan rapat pun gak jauh beda. Misalnya beliau mengundang rapat staff-nya untuk hadir pukul 10 pagi, maka rapat pun akan diadakan pukul 10 pagi. Berapa pun yang hadir. Kata beliau, “Kebanyakan dari kita lebih menghargai orang-orang yang suka terlambat. Mengundur suatu agenda demi menunggu mereka yang telat. Bagaimana dengan yang sudah hadir tepat waktu? Tidakkah waktu mereka pun harus dihargai?” Iya sih iya… Tapi…. *Tetep mau protes

“De, tau gak bahwa Allah SWT sendiri lho yang Maha Menghargai waktu. Coba liat di beberapa surat di dalam Al-Quran, Allah SWT mengawali firman-Nya dengan bersumpah menggunakan waktu. ‘Demi waktu..’ ‘Demi duha..’ Hal ini menandakan betapa pentingnya waktu. Maka salah satu cara kita menghargai waktu selain mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, adalah dengan menjadi pribadi yang tepat waktu. Kecuali memang ada alasan yang ‘syar’i’ sebenarnya menjadi on time itu adalah masalah kita membiasakan diri.” Jelas Papah.

Ya…
Sejujurnya saya pribadi kadang masih suka telat. Tapi kalau inget lagi apa yang telah Papa saya contohkan, rasanya malu. Apalah saya dibandingkan dengan kesibukan beliau. Maka kalau telat, muka manusia pertama yang saya ingat adalah muka Papa saya. Maluuuu rasanya kalau ingat betapa beliau menghargai waktu.

Dan kejadian tadi pagi saat saya memberikan ujian midterm kepada mahasiswa saya, ada seorang mahasiswi yang telat selama 42 menit. Alasannya adalah “Saya mencari-cari ruangan, tapi gak ketemu Madam.” Padahal sehari sebelumnya saya sudah ingatkan berkali-kali tentang waktu mulai ujian, berapa durasi waktunya, dan terutama tempatnya. Sudah saya kasih tau kepada mereka. Berkali-kali. Dan saya ingat betul mahasiswi tersebut hadir. Dan saat diingat kembali, pada saat test 1 dimana ujian dilakukan di kelas kami yang biasa, dia pun terlambat sekitar 20 menit. But she managed her time well at that first test.

Kemudian mahasiswi tersebut meminta tambahan waktu karena dia telah kehilangan 40 menit waktunya. Tapi setelah saya pikir-pikir, rasanya kok malah ga adil buat mahasiswa lain yang sudah datang tepat waktu. Saya datang pukul 8.10 tadi pagi. Ketika saya ke kantin untuk sarapan sebelum memulai ujian, sudah ada beberapa mahasiswa yang datang. They came earlier than me. 

Akhirnya saya bilang, "Sorry sister, but I cannot give you any extra time. Because I already told you yesterday about the time and the venue of our test. I have to be fair for your friends as well.” Kemudian dia seperti tidak puas dan sedikit ‘bete’ sama saya. Yes, I know that from her facial expression. Akhirnya dia pun mengumpulkan lembar jawaban ujiannya bersama dengan mahasiswa yang lain.

Sejujurnya, ada sedikit perasaan bersalah dalam diri saya… Saya tau betul pasti tidak nyaman kehilangan 40 menit waktu ujian. If I were her, I might cry like baby. That 40 minutes is a huge and significant thing. Very huge. Tapi di sisi lain, pertimbangan saya adalah sebagai dosen saya harus adil dan memberikan contoh pula kepada mahasiswa yang lain. Bahwa tepat waktu adalah sangat penting, terutama saat ujian. Kalau tidak tau ruangan, maka sudah seharusnya datang lebih awal, untuk memastikan ruangan yang dituju. Entah mungkin dia memiliki alasan ‘syar’I’ lain, tapi alasan yang diberikan hanyalah dia kesusahan mencari ruangan. Tidak untuk yang lain.
Entahlah tindakan saya benar atau tidak. Saya hanya berusaha objektif kepada semua mahasiswa saya. Semoga Allah mengampuni dosa saya bila tindakan saya tersebut salah… Hiks… I really hope the best for all of my students, without any exception. I really do.

Posted by Qurroh Ayuniyyah at 20:29 1 comment:
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Thursday, 22 October 2015

"Da aku mah apa atuh..."

"Da aku mah apa atuh..."

Suka ga ngomong gt? Salah satu kalimat yg sempet hits beberapa waktu yang lalu. Biar lebih dramatis, ditambah kata-katanya jadi: "Da aku mah apa atuh.. Cuma bubuk rengginang di kaleng Kong Guan." Nunjukin ngenes banget gitu...

Hehehe dulu saya juga ikut-ikutan ngomong gitu. Kalau lihat orang yang memiliki berbagai macam kelebihan, keunggulan dan fortunate lainnya yang belum kita miliki, langsung deh bilang, "Da aku mah apa atuh dibanding dia.. Cuma remahan kerupuk di piring ketoprak.." Minimal di dalam hati. Hehehe...

Tapi tapi...
Suatu saat saya buka-buka catatan materi kajian yang pernah saya ikuti dulu.. Jadi saya membiasakan setiap ikut kajian, selalu mencatat biar ada oleh-oleh. Karena manusia kecenderungannya mudah lupa. Nah untuk mengikat ilmu tersebut biasanya saya selalu mencatat deh. Hehehe...

Nah... Saya membuka catatan lama saya. Di situ berjudul "Peran Seorang Muslimah".
Pemateri saat itu menjelaskan bahwa saat seorang muslimah dilahirkan, paling tidak dia (lanngsung dan akan) mengemban berbagai posisi penting. Peran yang serius. Wuihhh sereeemm... Hehehe...Nah apa aja itu?

Pertama, yang paling utama, seorang muslimah mengemban amanah sebagai seorang hamba Allah SWT.
Tugas kita dilahirkan ke dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ini sesuai dalam QS. Adz-Zariyat ayat 56 yang berbunyi, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Sama juga di dalam QS Al-Baqarah ayat 21 dimana Allah SWT berfirman, “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa."

Nah jelas banget kan di kedua ayat tersebut bahwa tujuan kita diciptakan-Nya adalah untuk mengabdikan diri kita kepada Allah. Bahkan Allah SWT memberikan tanggung jawab yang sangat besar yaitu dengan menjadikan manusia sebagai khalifah atau pemimpin di dunia ini. Hal ini sesuai dengan QS Al-Baqarah ayat 30. Sok atuh dibuka Al-Qurannya :)

Jadi hidup kita di dunia ini sudah Allah tentukan peran asasinya. Bahwa kita harus senantiasa beraktivitas dalam rangka beribadah kepadanya, baik ibadah dalam arti khusus (kaya shalat, puasa, membaca Al-Quran, bayar zakat, haji, dll), juga ibadah yang sifatnya umum alias luas (misalnya mulai dari tidur, makan, mandi, belajar, bekerja, dll). Semuaaaaaanyaaaaa *sengaja a-nya dibanyakin* kita lakukan dalam rangka beribadah kepada-Nya. Makanya sikap-sikap seperti ikhlas, sabar, syukur, selalu merasa diawasi-Nya, dan senantiasa memperbaharui niat dan taubat mesti kita tanamkan. Tapi kan susaaaahhhhhhhh *sengaja a dan h-nya juga dibanyakin :D*.. Iya emang susah. Tapi Allah SWT akan menilai usaha kita, proses kita, kesungguhan kita... Jadi meski susah, yuk tetap semangat! :)

Kedua, seorang muslimah memiliki kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Allah SWT kan sudah memberikan bekal kepada kita dalam bentuk fisik kita, akal kita, dan hati kita. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kenapa kedudukan kita lebih baik daripada malaikat sekalipun yang notabene-nya selalu patuh sama Allah, karena kita dilimpahi akal, hati, serta hawa nafsu. Ketiga komponen tersebut jika dapat kita maksimalkan potensinya maka akan memberikan dampak yang luar biasa... Warbiyasak kalau istilah jaman sekarang mah :D

Terhadap tubuh kita, kita berkewajiban menjaga kesehatan, kecantikan *uhuk-uhuk*, juga menjaga dari hal-hal yang sia-sia. Yang sia-sia aja mesti dihindari, apalagi yang dilarang sama Allah. Lalu terhadap akal kita, kita wajib mengisinya dengan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu agama, maupun ilmu lainnya seperti ilmu ekonomi.. *Hidup Ilmu Ekonomi!! :D* Hehehe ilmu lain juga penting yah. Bahkan saking pentingnya ilmu ini, dalam QS Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kita semua. Maka ada ungkapan, "Kejarlah ilmu hingga liang lahat.." benar adanya. Artinya selama nyawa kita masih ada, ga ada kata terlambat untuk belajar. Never too old to learn. Apapun itu. Mau ilmu formal ataupun nonformal, selama bermanfaat maka silahkan dikejar :) Oiyaa bahkan kemarin di kampus saya ada seorang mahasiswa master yang lulus berusia 70 tahun... MasyaAllah.. Hebat banget kan.. :') Lalu terhadap hati kita, kita wajib mengisinya dengan banyak-banyak mengingat Allah baik secara lisan, pikiran, dan perbuatan. Selain itu perbanyak membaca Al-Quran serta menjauhi maksiat juga merupakan cara kita dalam menjaga hati kita.. "Ingatlah Allah, maka hati akan menjadi menjadi tenang.." itu janji Allah di dalam QS Ar-Ra'du ayat 28. Juga pentingnya mengingat Allah dapat dilihat di dalam QS Az-Zumar ayat 22 dan Al-Insan ayat 25. Sok atuh dibuka :)

Ketiga, kewajiban muslimah lainnya adalah kepada kedua orang tua kita.
Yup ini penting banget. Setelah saya punya Afifa, saya baru paham kenapa ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua kita. Karena bagi orang tua, anak ibarat pusat perhatian dan pertimbangan utama di dalam hidup mereka. Betapa orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya, meski seringkali anaknya melukai hati mereka :'( *jadi melow*

Maka terhadap mereka, kita wajib berbakti, dengan mempersembahkan sebaik-baiknya bakti. Jika orang tua kita masih ada, maka inilah ladang amal syurga kita. InsyaAllah balasannya tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Aamiin... :) Selain itu, mendoakan mereka di setiap kesempatan pun salah satu cara bakti kita kepada mereka. Maka minimal setiap habis shalat, kita wajib mendoakan mereka, "Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Serta sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktuku kecil." Kalau yang sudah memiliki penghasilan, sisihkan yang utama pertama kali untuk orang tua kita. It's not about how much we give them, because we never be able to pay their sacrifice, but it is about our attention towards them. Yakin deh justru rezeki kita akan berkah kalau kita berikan kepada orang tua kita. Bukankah di dalam QS. Al-baqarah ayat 215, Allah SWT menjelaskan bahwa infaq yang paling utama adalah kepada keluarga, termasuk kepada kedua orang tua kita.

Bagi yang orang tuanya sudah tidak ada, maka kewajiban kita adalah mendoakan.. Mendokan dengan sebaik-baiknya doa. Karena semua amalan seseorang akan terputus jika sudah meninggal, kecuali tiga hal, salah satunya adalah doa anak sholeh. Maka, jangan pernah lelah untuk mendoakan mereka, insyaAllah doa kita akan sampai kepada mereka. Selain doa, cara kita berbakti adalah dengan melanjutkan kebiasaan baik orang tua kita selama kita hidup. Mudah-mudahan, amal sholeh yang kita lakukan karena didikan dan contoh dari orang tua kita, akan memberatkan amal timbangan mereka di sisi Allah SWT. Aamiin...

Keempat, kewajiban kita terhadap suami. *uhuk uhuk :)))*
Jadi memang perempuan dan laki-laki diciptakan untuk saling melengkapi. Saat ijab kabul terucap, lepaslah tanggung jawab seorang ayah terhadap anak perempuannya. Dalam waktu bersamaan, sang suamilah yang menanggung beban berat tersebut. Makanya kenapa di dalam Al-Quran, menikah disebut juga sebagai "mitsaqon gholidzo" alias ikatan yang kuat. Ini bukan semata-mata tentang status. Seorang perempuan menjadi istri, dan laki-laki menjadi seorang suami. Tetapi jauh lebih dari itu. Pernikahan merupakan ikatan yang teramat kuat karena tidak hanya untuk di dunia tetapi juga menentukan kelak bagaimana posisi kita di akhirat.

Bagaimana tidak. Di dalam hadist Ibnu Hibban, Rasulullah SAW  menjelaskan bahwa syarat seorang wanita masuk syurga "hanya" empat. Dan keempatnya mesti dilakukan secara bersamaan, tidak boleh ditinggalkan salah satunya. Pertama, melakukan shalat wajib (cuma yang wajib aja bisa masuk syurga, apalagi ditambah shalat sunnah coba :D). Kedua, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan (apalagi ditambah shaum sunnah kaya shaum Senin-Kamis, ayyamul bidh, dll). Ketiga, menjaga pergaulan (betapa pentingnya seorang perempuan menjaga akhlaknya). Keempat, taat dan patuh kepada suami dalam rangka menjalankan kepatuhan kepada Allah SWT.
Justru yang nomor empat yang susah.. #eh :D *becanda (sengaja di italic, bold, dan underline) :D

Jadi, seorang istri berkewajiban untuk mematuhi perintah suaminya selama sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, seorang istri pun berkewajiban untuk menyenagkan hati suami serta tidak melakukan apa yang dibencinya, selama (lagi-lagi) sesuai dengan apa yang Allah ridhai. Menjadi istri shalihah adalah salah satu hal yang utama yang dapat kita jadikan sebagai ladang amal soleh kita. Aamiin... Apalagi Rasulullah SAW bersabda, "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang  salehah." (HR. Muslim, Nasa’I dan Ahmad). Masya Allah... Betapa indahnya kita dalam pandangan agama jika dapat menjadi seorang istri shalihah :') *langsung mamet sama suami*

Bagi yang belum menikah, saya doakan segera bertemu jodoh terbaiknya di dunia dan akhirat. Aamiin :)

Kelima, peran seorang Muslimah terhadap anak.
Menjadi seorang ibu adalah sebuah anugerah sekaligus ujian sepanjang hidup kita. Anugerah jelas karena keberadaan anak dapat membuat hati kita merasa tenang dan bahagia, apalagi jika anak-anak kita menjadi anak-anak yang soleh dan shalihah. Aamiin..

Sekaligus menjadi ujian adalah terkait bagaimana kita menjaga dan mendidik anak-anak kita. Perlu kesabaran dan keluasan hati yang luar biasa selama proses tersebut. And it lasts until we die. Ga ada yang namanya pekerjaan sebagai seorang ibu itu pensiun. Menjadi seorang ibu adalah pekerjaan seumur hidup, meski tentunya dalam konteks dan kontribusi yang berbeda tergantung usia dan kondisi anak kita.

Iman tidak dapat diwarisi. Karenanya, perlu usaha dan kerja keras untuk membentuk kepribadian anak-anak kita agar sesuai dengan apa yang Allah SWT ridhoi. Maka asupan dan input agama dalam mendidik anak adalah ilmu yang sangat penting. Lebih spesifik lagi, peran muslimah adalah sebagai madrasah pertama bagi anak-anak kita. Mulia banget kan :') Tapi tentunya peran tersebut harus dilakukan secara harmonis dengan suami. Jika ibu adalah madrasah pertama bagi anak, maka bapak adalah kepala sekolah dari madrasah tersebut. Keduanya memiliki peran yang teramat penting :D Bismillah semoga saya dan suami dapat menjadi orang tua terbaik bagi anak(-anak) kami. Aamiin...

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Bagi yang menikah tetapi belum memiliki anak, saya doakan semoga Allah SWT menganugerahi keturunan yang soleh dan shalihah. Aamiin :)

Terakhir, seorang muslimah memiliki peran terhadap masyarakat.
Seorang muslimah harus berperan di dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi pribadi yang senantiasa menebarkan manfaat, menjadi pelopor dalam kebaikan dan amal sholeh, aktif berpartisipasi dalam kegiatan dakwah, memberi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.



Nah...
Jadi....

*Cape abis nulis panjang :D

Kalau kita ada niat mau ngomong, "Da aku mah apa atuhlah cumaaa....."
STOOPPPPPP!! *tiup peluit punya abang tukang parkir*
Inget lagi tentang peran yang sudah Allah amanahkan .

Kita adalah hamba-Nya, yang (insyaAllah) dicintai-Nya.
Yang telah diciptakan-Nya dengan maksud dan tujuan yang sangat besar. Menjadi pemimpin di alam raya ini. Diamanahkan untuk memanfaatkan dunia dan segala isinya dalam rangka beribadah kepada-Nya.

Kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Yang telah Allah berikan begitu banyak potensi baik fisik, akal, dan pikiran. Yang membuat kita paling spesial di antara makhluk lainnya. Inget: Yang paling spesial kaya martabak manis coklat keju di air mancur.. *apadeh ini lagi laper*

Kita adalah anak dari orang tua kita. Yang dapat memberikan hadiah syurga bagi orang tua kita kelak jika kita dapat menjadi anak-anak yang soleh dan solehah. We mean the world to them. Kita adalah alasan kenapa Ayah kita rela berpeluh untuk mencari rezeki halal. Kita adalah alasan mengapa ibu kita rela manahan sakit untuk melahirkan kita. We are the reasons why they can sacrifice that much.

Kita adalah seorang istri yang dapat menyejukkan hati suami kita. Menjadi pelengkap agama suami kita. Kita memiliki pengaruh besar bagaimana suami kita berakhlak, mencari rezeki, dan memiliki peran di masyarakat.

Kita adalah ibu dari anak-anak kita. Kita adalah pendidik pertama bagi mereka. Bagaimana anak-anak kita kelak, sangat tergantung bagaimana kita mendidik mereka. Doa kita adalah mustajab buat mereka. Allah sendiri yang menjamin hal tersebut.

Dan kita adalah bagian dari masyarakat. Masyarakat dari yang terkecil hingga level internasional.
Kita harus berkontribusi dengan apa yang kita miliki. Manfaat kita ditunggu untuk menghasilkan masyarakat madani.

See?
We are not nobody. Because we are somebody to many people, even to our Creator.

"Da aku mah apa atuh.. Cuma bubuk rengginang di kaleng Kong Guan." 
BUKAN. Kita adalah rengginangnya. Rengginang yang enak, apalagi kalau di makan pas lebaran... Kalaupun ada bubuknya menunjukan bahwa rengginang tsb sudah berkontribusi dalam perut manusia.. *analogi yang aneh :D

"Da aku mah apa atuh dibanding dia.. Cuma remahan kerupuk di piring ketoprak.."
 BUKAN. Kita adalah kerupuk yang kriuk, kalau pun jadi remahan menunjukkan eksistensi kekrispian dari kerupuk tsb. Lagian kalau ga ada kerupuk, ketoprak jadi ga enak.. *analogi yang makin aneh. Ketauan kalo lagi laper :p

Hehehe...
Pada intinya, saya sedang menasihati kepada diri saya sendiri untuk terus bersyukur dan terus berusaha amanah di dalam menjalankan peran di dunia ini. InsyaAllah...

"Da aku mah apa atuh..."
Sok pikirin lagi sebelum mau bilang itu :D





Posted by Qurroh Ayuniyyah at 00:20 No comments:
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Saturday, 12 September 2015

How (finally) I Got My Thesis' Supervisor(s) :)

Suami seringkali mengingatkan saya tentang pentingnya berdoa. Pun dengan Papah dan Mamah. Kata mereka, jangankan hal-hal besar, hal-hal kecil pun harus kita minta pada Allah.

Mamah pernah cerita bahwa (alm) Apa (ayahnya Mamah) selalu shalat istikharah setiap kali mau ke pasar. Bahkan hanya sekedar akan membeli baju pun, beliau selalu shalat istikharah 2 rakaat khusus minta petunjuk kepada Allah. Alasannya, "Biar dapet baju yang berkah dan sesuai, bagus kualitas dan harganya."  Luar biasa kan? Masya Allah.. semoga beliau ditempatkan di jannah-Nya. Aamiin..

Kembali ke doa, saya jadi ingat saat awal-awal nyetir mobil di KL, salah satu hal yang saya takuti adalah Parkir paralel di antara 2 mobil. Kebayang kan? Ga pernah bisa dilurusin. Mestiii aja ada hambatan. Terus pas tahajjud, saya dan suami doa bareng, suami yg pimpin doa. Salah satu doa yang suami lafalkan, "Ya Allah berkahi dan permudah istri hamba parkir." Saya ketawa dalam hati saat mendengar doa suami. Eh tapi ternyata alhamdulillah lho, ada aja kemudahan saya dalam parkir. Parkir di KEMNS (fakultas saya) bagian mahasiswa dan tamu selalu penuh di saat weekdays peak hours, yaitu saat mahasiswa kuliah. Alhamdulillah saat penuh banget, full occupied, eh ada satu mobil keluar. Dan itu parkir mundur. Yeayyy alhamdulillah.. Ternyata benar, hal sekecil apapun baiknya dikomunikasikan sama Allah. Makanya setiap saya bawa mobil ke kampus, selain minta keselamatan, juga saya memohon dimudahkan dalam parkir.

Lalu apa hubungannya semua ini dengan judul "How (finally) I got the supervisors for my Ph.D thesis" sih Qor????????

Sabar... Sabar... Orang sabar disayang Allah :) Hehehehe..

Jadi gini, udah pernah saya ceritakan belum ya kalau sebenarnya keputusan saya kuliah Ph.D itu cukup mendadak karena nasihat Papah yang meminta saya jangan LDM-an sama suami kalau sudah menikah. Tau ga LDM-an? Long Distance Marriage alias berjauhan secara jarak antara suami dan istri meski hati mereka terus terpaut berdekatan menjadi satu. Tssaahh :D

Kata Papah, karena saya dan suami belum benar-benar mengenal secara detail, ada baiknya setelah menikah saya menemani suami di Malaysia yang masih kuliah S2 dan berencana akan langsung melanjutkan S3-nya. Bismillah... Setelah istikharah, H-3 hari deadline application ditutup, saya apply Ph.D di IIUM lagi dengan jurusan yang sama. Hidup Ilmu Ekonomi!!!! *kepalkan tangan ke atas* :))))))

Nah... Karena semua serba mendadak, rekomendasi pun dibuat oleh Papah saya sbg Guru Besar IPB dan A Irfan kakak pertama saya sbg dosen IPB. Hehehehe ga apa-apa ya soalnya banyak ko yang minta rekomendasi ke mereka untuk daftar IIUM, masa anak dan adiknya sendiri ga boleh? *pembenaran padahal mepet* :P Pun dengan proposal penelitian, cuma saya ambil dari mata kuliah Microekonomi saat S2, poles sana sini. Triingggg... Jadi deh. Alhamdulillah dengan persiapan yang minim, aplikasi saya diterima. Mungkin karena alumni juga, makanya IIUM memberikan kesempatan kepada saya untuk lanjut sekolah di sana.

Lalu apa Qor hubungannya dengan supervisor???? *masih belum nyambung* Sabar... Sabar... Orang sabar disayang Allah.. Hehehe...

Kaitannya adalah, dengan persiapan yang serba mendadak, otomatis saya belum kepikiran siapa yang akan jadi supervisor saya untuk Ph.D ini. Pun dengan proposal disertasi saya yang amat sangat mentah..

Saat wawancara untuk apply sebagai asisten riset di Center for Islamic Economics, saya ditanya tentang apa interest saya untuk topik disertasi saya. Saya katakan saya belum tau, tapi saya ingin terkait dengan zakat. Proyek saya ini berkaitan dengan wakaf, tapi lebih terkait pada manajemen investasi yang dibandingkan dengan endowment fund pada universitas. Sangat bisa jika saya mau membuat topik tersebut sebagai penelitian S3 saya. Namun seiring berjalan waktu, saya cukup struggle dalam memahami istilah-istilah finance yang berhubungan dengan investasi. Cinta saya pada dunia zakat belum pudar. Saya semakin yakin ingin menulis tentang zakat.

Suatu saat A Irfan dan Teh Laily menginap di rumah saya di KL. Saya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk diskusi dengan A Irfan tentang apa yang harus saya tulis dari zakat. A Irfan kemudian menceritakan tentang CIBEST model, sebuah model yang mengcapture kondisi kemiskinan dan kesejahteraan rumah tangga yang meliputi tidak hanya aspek material, tapi aspek spiritual juga. Saat itu A Irfan dan Teh Laily sedang dalam proses naik cetak buku "Ekonomi Pembangunan Syariah" karangan mereka berdua yang salah satu babnya memperkenalkan tentang model CIBEST ini. Setelah itu saya dapat pencerahan kemana saya akan menulis.

Kemudian menulis proposal-lah saya. Intinya saya ingin mengetahui bagaimana peran zakat dalam mereduksi kemiskinan dan gap pendapatan di dalam masyarakat dengan menggunakan Model CIBEST ini. Alhamdulillah proposal berjumlah 19 halaman termasuk daftar pustaka, 1.5 lines times new roman 12 pun berhasil saya buat. Tapi Proposal ini masih mentah dan perlu polesan sana sini. Hehehe...

Masalah selanjutnya adalah siapakah dosen yang bersedia menjadi pembimbing saya? Ini sangat krusial karena pembimbing akan memiliki pengaruh besar pada disertasi dan perjalanan penelitian saya ke depan. Ibaratnya, pembimbing adalah orang tua tempat kita mengadu segala keluh kesah tentang penelitian kita. Jadi memang harus ada kesediaan dua belah pihak.

Pertama kali saya mencoba mempropose Prof dimana saya sedang menjadi asisten proyeknya. Saya sampaikan via email, tapi proposal belum saya attach. Belum ada respon dan kemudian saya mendapat informasi dari sekretaris beliau bahwa Prof sudah memiliki bimbingan cukup banyak.

Selang sebulan kemudian, ada lowongan beasiswa dari kampus yang memerlukan tanda tangan dosen pembimbing.  Bikin galau ih... Setelah aplikasi beasiswa saya kepada Kementrian Pendidikan Malaysia belum ada jawaban, akhirnya saya merasa harus mencoba   apply beasiswa ini. Tapi yang jadi pertanyaan, siapa yang menjadi supervisor saya??

Daripada makin galau, saya pun curhat via WA ke Dr. Maya. Dr. Maya ini adalah dosen muda di departemen saya yang menjabat sebagai PG coordinator. Akhirnya Dr. Maya meminta saya untuk bertemu langsung di kantor beliau jam 10 pagi.

Saya ingat, hari itu hari Kamis tanggal 10 September 2015. Saya datang 15 menit lebih awal. Saya harus tepat waktu, menghargai dosen yang rela meluangkan waktu untuk saya di tengah kepadatan jadwalnya. Saya yang perlu. Saya yang harus benar-benar tepat waktu dan janji.

Dr. Maya pun sangat komunikatif memberikan masukan-masukan saat saya memperlihatkan proposal penelitian saya tersebut. Kemudian beliau merekomendasikan saya untuk menghubungi salah seorang dosen muda yang memang menulis tentang zakat dan kemiskinan juga.

Jujur saya belum benar-benar mantap. Tapi saya pun mencoba saran dari Dr. Maya ini. Awalnya saya mau email dulu, tapi rasanya lebih nyaman jika saya bertemu langsung dengan beliau ini. It's about chemistry. And you know you're going to 'click' with someone when you meet them personally. Ternyata ruangannya seperti tidak ada orang. Galau lagi deh. Aaaah sangat mudah untuk galau di saat seperti itu :)))) kaya anak ABG aja ya.. *inget umur woy*

Tiba-tiba saya teringat. Saya belum pernah benar-benar meminta kepada Allah ditunjukkan siapa yang harus menjadi supervisor saya. Masa minta tempat parkir aja berdoa, tapi minta ditunjukan supervisor ga berdoa.

Akhirnya saya langsung menuju mushala fakultas untuk shalat istikharah. Saat shalat saya benar-benar memohon kepada Allah untuk diberikan jalan untuk bertemu dengan supervisor yang terbaik untuk perjalanan disertasi saya. Saya berdoa, "Ya Allah.. Tunjukkanlah kepada hamba pembimbing disertasi hamba, yang kepadanya saya merasa tenang, yang darinya saya mendapatkan banyak ilmu, yang benar-benar mendukung saya agar ilmu saya ini bermanfaat di dunia dan akhirat." Ga terasa saya menangis. Hiks... :(
Biar lebih mantap saya pun baca Al-Quran sebanyak 2 lembar setelah saya selesai shalat dan berdoa.

Doa tentu tidak akan terealisasi jika tanpa ikhtiar. Ibaratnya, kita hanya menaruh pupuk di tanah kemudian mengharapkan pohon mangga tumbuh tanpa menanam bibit mangga tsb.. *nyambung ga? Hehehe..

Maka, setelah saya selesai istikharah, saya ingin bermusyawarah. Dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Akhirnya kemudian saya kirim WA kepada A Irfan. Curhat galau gitu deh. Kata A Irfan, "Kenapa Qorry ga coba propose Prof. Ataul Huq? Prof. Ataul sangat expert di bidang zakat dan poverty. He is the man." Dan ya.. a Irfan pun dulunya dibimbing oleh Prof. Ataul. "Kalau denger cerita kurang enak tentang beliau, biasanya karena masalah ketidaktepatan janji sang mahasiswa sendiri. Kalau Qorry menepati apa yang udah disepakati, insyaAllah ga akan ada masalah. Intinya disiplin dan tepat janji." 

Setelah pikir-pikir lagi, bismillah akhirnya saya memutuskan untuk menemui Prof. Ataul ini. Saya pun pergi ke ruangan beliau. Diintip-intip ternyata beliau ada di dalam bersama asistennya sedang asyik mengerjakan sesuatu. Something like Prof told his assistant sentences and he typed what Prof said. Deg-degan banget mau ngetuk pintunya. Bismillah...

Tok.. Tok.. Tok.. "Assalamualaikum.."
Diam. Ga ada respon dari dalam. Duh. Dicoba untuk kedua kalinya Tok.. Tok.. Tok.. "Assalamualaikum..". Ga ada respon juga. Haduuuhh gimana ini kan sunnahnya kalau 3 kali ga ada jawabannya baiknya pulang. Masa iya pulang sambil bawa koper kaya finalis AFI yg paling sedikit divoting sih.. *yang ngerti berarti kita seangkatan *hidup Feri, Kia, Mawar, Miki AFI bahahahaha..

Eehh fokus balik lagi.
Karena sunnahnya kalau ketukan ketiga berarti baiknya pulang, akhirnya saya tahan diri dulu buat ga ngetuk pintu. Pas udah mau ngetuk beberapa menit kemudian, kreeekk... Tiba-tiba Prof keluar. Whuaaa... Kaget. 

"Yes sister, what can I help you?" Prof said.
"Yes Prof I want to meet you." I replied.
"Oh you want to add or drop my subject?" Beliau nanya *yes beliau mikir saya mahasiswi S1, yeaayy dikira muda :)))))
"No Prof. I want to do consultation about my research." 
"Ooh... So you are a master student." 
"No Prof I am a Ph.D student."
"Oh okay. Please give me 2 minutes, i want to wash my hand." *beliau sambil mengcungkan dua jari, bukan buat selfie ya hehehhe.
Oia istilah 'wash my hand' itu bukan berarti 'cuci tangan' tapi artinya 'pergi ke toilet'. Kalau perempuan biasanya istilahnya "I want to powder my nose" untuk menunjukan kita mau ke toilet. Not necessarily kita harus bedakan :D 
"Okay Prof. Take your time."
Akhirnya saya nunggu di depan pintu ruangan beliau. Mau masuk tapi masih ada asistennya di dalem. Kan ga enak.

Gak lama, entah 2 menit apa bukan karena saya ga pasang stopwatch, ga perlu dan ga penting juga, hehehhe.. Beliau pun selesai.

Beliau mempersilahkan saya masuk ke ruangannya. Belum disuruh duduk, beliau langsung ajak diskusi.
"So what is the matter?"
"My Ph.D research is about zakat and poverty alleviation Prof."
"Aahhh.. You come to the right person. It is my specialization." His line really took me up. Kaya dapet aja 'click' saat beliau berkata itu.
"Yes Prof I heard it. 
That is why I come to you. So this is my preliminary proposal, which is still very raw. And if you dont mind I would like to propose you as my main supervisor." Kata saya langsung to the point sambil menyerahkan proposal ke tangan beliau.
"Of course I'd love to."
"Alhamdulillah thank you Prof. Im so grateful."
"You're welcome mrs. Ayuniyyah." Katanya sambil membaca cover Proposal saya.

Alhamdulillah... Rasanya lega banget pas beliau langsung setuju. Without firstly questioning me anything. I just said my general topic. Nothing's in detail. Kemudian beliau ngajak ngobrol untuk berkenalan.

"So are you married or single?"
"Married Prof."
"Alhamdulillah... How many children do you have?"
"Only one Prof. A 10-months old baby girl."
"Masya Allah... where do you get your degree?"
"Bogor Agricultural University Prof."
"I know that. I've been there to give a talk."
"Yes I know Prof. I am actually Dr. Irfan Syauqi Beik's little sister." Akhirnya saya bilang. I think it is a good idea to reveal that my brother was his supervisee as well previously.
"Woowww masyaAllah..."
Beliau sangat surprise dalam konteks positif :) 

Lalu beliau membuka proposal saya. Skimming per lembar. Lalu memberikan masukan-masukan terkait studi kasus dan lain-lain. Tidak terlalu lama. "So Sister let's go to canteen. We can talk while walking." 

Sambil jalan kami pun bercakap-cakap cukup banyak. Lalu beliau bilang, "You must know how I am right? I am a man who is hard to handle. I am very strict. If you want to do your research fast, do it with me, but we have to stick to your timeline. You have to be discipline and work hard. InsyaAllah everything will run according to the plan." Kata beliau.
"InsyaAllah Prof. Please teach me." jawab saya.
"Of course. Please leave your phone number and matric number. I will learn your proposal. Once I finish, I will call you." Katanya.
Setelah saya menuliskan nomor hp dan no mahasiswa saya, saya pun pamit. Beliau sudah menawarkan untuk makan bersama, tapi karena sudah makan, saya pun langsung mohon izin. 

Rasanya bahagiaaa banget. Ya Allah... Plong banget. Bayangkan tanpa ba bi bu, nanya ini itu, beliau langsung setuju dengan modal hanya mengetahui topik saya saja. Ga ditanya "Apa tujuan penelitiannya? Ambil studi kasus apa? Model gimana?" Bersyukur banget. Dengan cepat Allah menjawab doa saya. Menghilangkan kegalauan saya. Minimal saya sudah tau arah penelitian saya ke depan seperti apa. 

Jadi benar saudara-saudara, tidak pernah merugi sedikit pun jika kita istikharah dan bermusyawarah untuk mencari jawaban tentang apapun. Allah pasti membimbing hati, pikiran, dan langkah kita. Pasti. 
Istikharah tentang apapun. Ga melulu istikharah itu identik dengan jodoh. Apapun itu, istikharah. InsyaAllah lebih berkah dan terarah.

InsyaAllah...

Eits... Cerita belum selesai.
Masih ada kelanjutannya. Masih mau baca kan? *ngarep

Oke lanjut.
Jadi.. Keesokan harinya tanggal 11 september, jam 10.30 pagi saat Afifa baru saja terlelap saat jadwal tidur paginya, tiba-tiba hp saya berbunyi.
Wah nomor dari kampus nih.
"Hello assalamualaikum." Sapa saya.
"Waalaikumsalam.. Mrs Ayuniyyah this is Prof Ataul Huq. I have finished reading your proposal and have made some feedback. Can you come to my office right after Jumat prayer?"
"Sure Prof. Thank you. I will come to your office at 2 pm."
Kemudian telpon ditutup.

MasyaAllah.. I totally did not expect that he would proceed it that fast. Very quickly. Cuma semalam dan langsung kasih feedback.

Jam 2 tepat saya sudah standby di depan ruangan beliau suami dan Afifa ikut mengantar tapi mereka menunggu tidak jauh dari ruangan Prof. Ternyata Prof datang pukul 2.45 siang karena ada masalah yang harus beliau selesaikan.
"Mrs. Ayuniyyah.. Sorry I am late. There is something I need to fix first. This is not so me." Kemudian beliau menceritakan masalahnya. Tentu ga masalah buat saya. Toh saya yang perlu beliau jadi saya harus menghargai jadwal yang beliau tentukan. I have to respect his time. 

"Okay so here are my comments." Bla bla bla.. Beliau menjelaskan saran-saran untuk penelitian saya. Dan ternyata proposal saya dibaca secara detail. Spelling, simbol, dan hal-hal kecil pun beliau komentari. Beberapa term yang harus saya ganti pun beliau beri tahu. Luar biasa. Yes. I did not also expect that he pays attention into the detail. I am sooooooo thankful he does. Really. Berarti beliau benar-benar baca dan masukan beliau memang bertujuan memperbaiki apa yang sudah saya tulis. Alhamdulillah..

Here was the best thing:
"So generally, your proposal is accepted. If you work hard, you can make  it. InsyaAllah." Kata beliau sambil menunjukan kalimat yang tuliskan di akhir proposal saya plus tanda tangan beliau.

Notes from Prof at the end of my proposal page :)

Alhamdulillah ya Rab.. Saya lega banget...

Belum habis rasa syukur saya, beliau pun menambahkan kelegaan saya dengan berkata, "You know the head of department Prof. Norma? Yesterday I met her personally and asked her to be your co-supervisor. And she agreed."

This was definitely the other best things happened on that day!

Ya Allah... RencanaMu sungguh indah. Bayangkan Prof sendiri yang langsung "meminang" co-supervisor untuk saya. Dan itu Prof. Norma... Salah satu dosen yang saya merasa paling dekat. Prof. Norma adalah dosen yang memberikan kepercayaan saya untuk mengajar Business Math langsung di semester pertama saya masuk tanpa ada tes. Prof. Norma juga yang memberikan saran kepada saya untuk mengambil cuti melahirkan. I was so glad I did. That was the best decission I made if I flashback. Prof. Norma pula yang sudah dua kali memberikan rekomendasi aplikasi beasiswa saya. Satu gagal, satu belum ada kejelasan. Yes.. She is the one that has done so many great things to me and now she agrees to be my co supervisor. Isnt it so sweet? I highly appreciate her so much. 

"So sister.. You can now proceed the real proposal. You can start from literature review. What have you done is good, but please you have to add some more and provide the latest and most up to date empirical evidences, especially the case from Indonesia and Malaysia." Kata Prof. Ataul.

"You can see the structure of your brother's thesis. Just follow it." Tambahnya.

Alhamdulillah...

"And what is your CGPA of your degree?"
"3.91 prof."
"Great.. And what about for your master?"
"3.97 prof."
"Great. You must be a good student."
Aamiin.. Tapi itu berarti he has set a high expectation and standard for me.. Hiks. Padahal IPK saya sebenarnya banyaknya karena faktor doa dan keberuntungan juga. Ciyus.. 

Oh ya.. Saya pun sekalian meminta rekomendasi dan tanda tangan beliau untuk aplikasi beasiswa saya. Alhmdulillah beliau pun bersedia dengan menuliskan "Strongly recommend her for scholarship."
His Recommendation :)

Alhamdulillah...

Saya tau.. Ini baru setitik awal perjalanan penelitian saya. Saya pun masih ada 2 matakuliah wajib yang saya ambil semester ini. Mudah-mudahkan ke depannya Allah senantiasa memberkahi serta melancarkan segalanya. I know this is going to be tough one. But with Allah's help, anything is going to be great because He is the Most Powerful. Only to Allah I can rely everything on. And hopefully He counts my effort as my worship to Him and consider me as "fii sabiilillah" or the one who fights for His deen. Aamiin ya Rabbal aalaamiin..

Mohon doanya ya semuanya. Saya akan berusaha dengan sebaik-baiknya. Bismillahirrahmaanirrahiim...

Itu ceritaku... Sekian dan terima kasih ;)

Love,
Qorry

Posted by Qurroh Ayuniyyah at 23:58 5 comments:
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Newer Posts Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)

Followers

Blog Archive

  • ►  2021 (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2020 (40)
    • ►  December (1)
    • ►  November (3)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (12)
    • ►  March (9)
    • ►  February (5)
    • ►  January (4)
  • ►  2019 (2)
    • ►  December (2)
  • ►  2018 (60)
    • ►  August (1)
    • ►  July (15)
    • ►  June (2)
    • ►  May (19)
    • ►  April (10)
    • ►  March (6)
    • ►  February (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2017 (114)
    • ►  December (9)
    • ►  November (19)
    • ►  October (7)
    • ►  September (18)
    • ►  August (14)
    • ►  July (13)
    • ►  June (10)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (9)
    • ►  February (6)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)
  • ▼  2015 (3)
    • ▼  November (1)
      • On Time
    • ►  October (1)
      • "Da aku mah apa atuh..."
    • ►  September (1)
      • How (finally) I Got My Thesis' Supervisor(s) :)
  • ►  2014 (10)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (7)
  • ►  2013 (8)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2012 (32)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (14)
    • ►  May (5)
    • ►  April (3)
    • ►  March (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2011 (9)
    • ►  December (8)
    • ►  September (1)

About Me

My photo
Qurroh Ayuniyyah
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Qurroh Ayuniyyah yang akrab dipanggil Qorry menerima gelar sarjana, master dan Ph.D dari Departemen Ilmu Ekonomi IPB University (S1) dan International Islamic University Malaysia (IIUM untuk S2 dan S3) pada tahun 2010, 2013 dan 2019. Ia dianugerahi penghargaan “Lulusan Terbaik Sarjana tingkat Universitas IPB”, “Best Student Award for Master of Economics IIUM” dan “Best Student Award for PhD in Kulliyyah of Economics and Management Sciences IIUM” pada saat wisuda di ketiga tahun tersebut. Ia saat ini menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Syariah di Sekolah Pascasarja Universitas Ibn Khaldun Bogor sejak 22 Juni 2020 sekaligus menjadi dosen di sana. Selain pernah menjadi asisten dosen dan asisten peneliti semasa kuliah di IPB dan IIUM, wanita kelahiran tanggal 27 Februari 1988 itu pun aktif menulis dan mempresentasikan karya tulisnya di bidang zakat, wakaf, ekonomi dan keuangan syariah di berbagai conference baik tingkat nasional dan internasional. Ia diamanahi sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Muslimah Indonesia di Malaysia periode 2018-2020, sebuah organisasi Muslimah Indonesia di Malaysia yang bergerak di bidang pendidikan, agama, dan sosial.
View my complete profile
Simple theme. Powered by Blogger.