Sunday, 29 March 2020

Hari 6

Di hari ke-6 ini saya hanya membaca referensi yang diperlukan kurang dari 30 menit. Tapi karena Ahad ini saya lebih fokus bersama keluarga jadi belum sempat buka laptop.

I appreciate myself “I Need Improvement” badge for today. Hope I can be better tomorrow, insyaAllah.

#Tantangan30hari
#BundaCekatan
#KelasKepompong
#InstitutIbuProfesional

Saturday, 28 March 2020

Hari 5: A Little Insight

Di hari ke-5 ini saya sudah mulai membuka laptop. Tapi ternyata untuk menuliskan langsung menjadi sebuah satu kesatuan kalimat dan paragraf tidak semudah itu. Ditambah hari ini saya ada 2 meeting online, pagi setelah subuh selama satu jam lebih dan siang setelah dzuhur selama dua jam lebih. Hihi jadi hari ini cukup melelahkan ditambah dengan tugas domestik rumah tangga yang mesti dikerjakan. But I am so happy doing it all.

Lalu Akhirnya saya diskusi sedikit dengan seseorang melalui aplikasi whatsapp. Alhamdulillah saya mendapatkan saran yang cukup mencerahkan.

I appreciate myself “Good” badge for today. Hope I can be better tomorrow, insyaAllah.

#Tantangan30hari
#BundaCekatan
#KelasKepompong
#InstitutIbuProfesional

Friday, 27 March 2020

Hari 4: No Progress Made :(

Di hari ke-4 ini ternyata saya ada tugas lain yang harus dikerjakan sehingga no progress at all to me. So the badge for today is I Need Improvement!

#Tantangan30hari
#BundaCekatan
#KelasKepompong
#InstitutIbuProfesional

Jurnal Mingguan: Pekan Pertama

Bismillah..

Sebelumnya saya mau meminta maaf kepada fasil yang membaca blog saya kali ini jika tidak ada gambar atau video pendukung, karena saat ini saya menggunakan aplikasi di handphone untuk posting tugas pekan ini..

Sebelum saya share tentang tugas kali ini, boleh ya saya bercerita sedikit. Tanggal 15 Maret, sebelum ada Malaysia Movement Control Order (MCO), saya pulang ke Bogor karena diminta oleh kedua orang tua saya. Karena Malaysia memiliki kasus Covid-19 yang tinggi, maka sesampainya di Bogor saya, suami dan anak saya langsung melalukan self-quarantine selama 14 hari (pada saat tulisan ini di-post, kami sudah self-quarantine selama 10 hari). Hal ini dikarenakan, meski Alhamdulillah kami semua sehat, tapi kami dapat berpotensi sebagai carrier.

Alhamdulillah kami sudah memiliki rumah sendiri, jadi kami langsung ke rumah, tidak bertemu keluarga terlebih dahulu (hingga saat ini). Segala kebutuhan pokok seperti bahan makanan, makanan, dll dibeli secara online serta kepada kurir pengantar, kami menjaga jarak (barang kami minta diletakan saja di depan rumah serta pembayaran dilakukan secara online).

Meskipun kami terbiasa hidup bertiga selama kurang lebih 5 tahun terakhir, tapi kondisi saat ini lain rasanya. Saya banyak membaca berita ini itu terkait pandemi Covid-19. To the extent I was so overwhelmed with this. Ada titik di mana saya merasa sendu di dalam hati.. rasa-rasanya seperti saat saya mengalami baby blues saat awal-awal pasca melahirkan. Suatu malam saya bangun, ada perasaan sedih dan sendu. Susah untuk dijelaskan. Tapi siang hari saya kembali ceria lagi, banyak bersyukur sama Allah.. 

Di situ suami saya mengingatkan.. agar saya lebih relax, tenang, tawakkal kepada Allah. Kami sudah berikhtiar.. meng-karantina diri kami secara mandiri.. menjaga kebersihan diri kami juga rumah kami. Rumah kami sapu dan pel setiap hari, kami semprot menggunakan disinfektan semua barang-barang yang sering disentuh seperti tombol lampu, remote AC, handphone, meja makan, pegangan kursi, pintu kulkas, keran air, pegangan pintu, dll sehari dua kali.. kami sering mencuci tangan menggunakan sabun dengan mengikuti aturan WHO selama 20 detik.. kemudian kami meminum immune booster, vitamin C dan buah setiap hari.. apapun yang bisa kami lakukan.. agar kami sehat juga agar lingkungan kami sehat.

Kata suami, “Kurangi membaca berita-berita yang bisa bikin kamu sedih dan khawatir. Kita harus Waspada, bukan panik dan khawatir berlebihan. Jika panik maka imun tubuh akan menurun, malah fisik kita jadi gampang sakit..”

Jadi.. untuk tugas kali ini..

Sebelum saya masuk ke mind-map utama tentang ekonomi syariah, i think what is urgent to me was to reduce my curiosity towards all the information on Covid-19 for the last one week since Buncek’s homework was announced. Puasa mengurangi membaca berita-berita yang membuat saya merasakan kesenduan dan kesedihan yang berlebihan. Agar saya fokus pada membersamai keluarga.. berbahagia saat memasak, bermain bersama Afifa..

Selain itu juga saya pun ingin berpuasa mengurangi kegiatan leha-leha di pagi hari. Tujuannya agar saya produktif dan memanfaatkan moment keberkahan pagi dengan sebaik-baiknya. Jadi saya memulai kegiatan domestik setelah subuh. Agar segala kerasahan dan kegalauan bisa terobati.

Kegiatan ini dimulai dari tanggal 20 hingga 27 Maret 2020.

Kesimpulan badge dari hari ke hari

Hari pertama (20 Maret 2020): Fair. Susah untuk engga baca.
Hari kedua (21 Maret 2020): Fair. Sama seperti kemarin. Hiks.
Hari ketiga (22 Maret 2020): I need improvement. Sempet baca-baca yang bikin sedih.. malah malem hari saya terbangun, merasakan kesedihan.. tidur malah ga enak.
Hari keempat (23 Maret 2020): Good. Video call dengan kedua orang tua bikin hati juga tenang. Orang tua mengingatkan untuk saya perbanyak berdzikir.
Hari kelima (24 Maret 2020): Good. Berhasil engga baca-baca berita yang bikin sedih dan khawatir.
Hari keenam (25 Maret 2020): Fair. Duh gimana ya saat baca whatsapp group isinya berita-berita kurang menyenangkan semua..
Hari ketujuh (26 Maret 2020): Fair. I still read that. Oemji.

Kalau boleh saya simpulkan.. i still need improvement in some points. Kadang tetap aja saya baca-baca berita yang bikin sedih dan nyesek. Hehehehe.. mungkin evaluasi di minggu selanjutnya, harus ada target puasa yang lebih terukur, jelas.. misalnya mengurangi seberapa? Apakah perlu ada jadwal membaca berita tersebut secara khusus?

#JurnalMingguan
#BundaCekatan
#KelasKepompong

#InstitutIbuProfesional

Thursday, 26 March 2020

Hari 3: Still Reading

Di hari ke-3 ini ternyata saya belum membuka laptop. Masih seperti kemarin, saya masih membaca-baca referensi utama yang akan saya tuangkan di dalam jurnal ketiga saya.

Untuk jurnal ketiga ini, saya belum merumuskan outline. Hal ini dikarenakan saya belum cukup membaca referensi sehingga “aha! moment” belum ditangkap.

Untuk hari ini, saya memberikan diri saya badge “Fair”, sama seperi kemarin. Tetap Alhamdulillah.

#Tantangan30hari
#BundaCekatan
#KelasKepompong
#InstitutIbuProfesional

Wednesday, 25 March 2020

Hari 2: Writing Planning

Di hari ke-2 ini saya belum membuka laptop. Tapi saya sudah mulai membaca-baca referensi utama yang akan saya tuangkan di dalam jurnal pertama saya, yaitu disertasi saya. Saya membaca terkait bagian dari CIBEST model yang saya gunakan sebagai alat ukur.

Untuk jurnal kali ini, outline yang akan dipakai adalah outline standar paper yang terdiri dari :
1. Abstract
2. Latar Belakang. Di sini saya akan membahas apa yang menjadi dasar penelitian serta tujuan dari penelitian saya ini.
3. Kajian Literatur.
Di sini saya akan banyak membahas apa itu Model CIBEST (Centre for Islamic Economics and Business Studies), sekaligus memberikan 8 klasifikasi dari model ini yang telah saya berikan nama.
4. Pembahasan. Ini merupakan penjelasan terkait data serta analisis.
5. Kesimpulan dan saran
6. Referensi

Untuk hari ini, saya memberikan diri saya badge “Fair”, lebih baik dari kemarin Alhamdulillah.

#Tantangan30hari
#BundaCekatan
#KelasKepompong
#InstitutIbuProfesional

Tuesday, 24 March 2020

Hari 1: What is my plan?

Bismillah..


Melihat kembali mind map saya, salah 1 output yang ingin saya capai adalah dengan memiliki tulisan-tulisan, agar ilmu saya terdokumentasi, dapat menjadi legacy, dan semoga bermanfaat dunia akhirat. Aamiin..


Maka.. Untuk tantangan 30 hari kelas kepompong Buncek ini, saya akan men-challenge diri saya untuk menulis jurnal ilmiah untuk dipublikasikan yang berkaitan dengan ekonomi syariah. Karena suasana hati saya yang saya rasakan agak cukup berat akhir-akhir ini, saya akan memulai menulis yang berkaitan dengan topik disertasi S3 saya yaitu tentang Zakat. Jurnal ini akan saya coba submit ke International Journal of Zakat/IJAZ (Badan Amil Zakat Nasional), yang deadline pengumpulannya bulan Mei ini.


Jurnal saya akan menceritakan tentang bagaimana dampak zakat terhadap kondisi material dan spiritual penerima zakat, di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Barat. Tetapi yang akan saya lebih fokuskan adalah pada alat ukur kesejahteraan bernama “CIBEST Model” yang ditemukan oleh Dr. Irfan Syauqi Beik dan Dr. Laily Dwi Arsyianti. Di jurnal ini saya akan mempresentasikan “temuan” saya atas modifikasi dari CIBEST model ini. Referensi utama adalah disertasi saya.


Namun mungkin hasil akhir dari jurnal ini hanya akan saya publish jika jurnal tersebut sudah publish di IJAZ ya. Mungkin di report T30H akan saya berikan sebagian preview yang akan dipublish.


Dari sini saya juga ingin membuat tulisan jurnal ini sebagai versi “koran”-nya, agar lebih memasyarakatkan lagi. Jadi rencana satu ini terdiri dari: 1 jurnal ilmiah dan 1 kolom tulisan koran.


Kedua, saya menerima challenge project “book chapter” dari Dr. Irfan Syauqi Beik tentang spirit dari tujuan syariah (maqashid syariah) dalam rangka melihat kondisi pandemi covid-19 ini. Insya Allah buku ini akan diterbitkan keseluruhan oleh penerbit di UK. Sebenarnya ini tugas yang cukup berat. Tapi kenapa saya tidak mencoba dalam 30 hari ke depan menulis ini? Karena topiknya baru, mungkin di akhir bulan, belum semua tulisan saya rampungkan karena selama 30 hari ini saya akan banyak membaca referensi terkait topik ini sebelum bisa menuangkannya ke dalam sebuah tulisan. Berbeda dengan dua tulisan pertama yang referensinnya sudah saya banyak baca selama menulis disertasi ini.


Tulisan T30 ini akan saya dedikasikan untuk membuat “daily report” tentang progress menulis saya ini. Jadi kalau saya boleh rangkum, target saya selama 30 hari ke depan adalah membiasakan kembali untuk menulis dengan 3 output yang saya sebut tadi yaitu: jurnal, artikel koran dan terakhir 1 bab buku.


Saya menentukan standar penilaian sebagai berikut:

  1. Excellent, jika saya membaca referensi minimal 60 menit atau menulis minimal 60 menit atau keduanya.
  2. Very good, jika saya membaca referensi minimal 30 menit atau menulis minimal 30 menit atau keduanya.
  3. Fair, jika saya membaca referensi kurang dari 30 menit atau menulis kurang dari 30 menit.
  4. Need improvement, jika saya baru memulai di pikiran saja. Hehe alias tidak ada progress yang terukur.


Hari ini saya belum memulai secara real untuk menulis ataupun membaca referensi untuk tulisan spesifik saya. Tapi saya sudah mulai membrainstroming diri saya terkait poin-poin apa saja yang akan saya tuliskan (terutama di dua tulisan pertama). Maka badge saya untuk hari ini adalah “Need Improvement” ♥️ ga apa-apa, kita mulai pelan-pelan asalkan istiqomah yah.


Bismillah yah..


Sekali lagi, saya mohon maaf jika tulisan ini tidak ada gambar-gambar pendukung, karena aplikasi yang belum support. 


#tantangan30hari

#kelaskepompong

#bundacekatan

#institutibuprofesional


Monday, 16 March 2020

Aliran Rasa Kelas Ulat

Alhamdulillah.. di antara berbagai tantangan saat ini, saya berhasil melewati kelas Bunda Cekatan tahap Ulat. Semoga ke depannya saya bisa lebih baik lagi, mendalami serta memahami apa yang saya pelajari.. serta memanfaatkan ilmu yang sudah didapat. Aamiin..

#AliranRasaTahapUlat
#bundacekatan
#kelasulat
#institutibuprofesional

Monday, 9 March 2020

For My Buddy, Mba Gita

Bahagia dan terharu. Dua hal itu yang saya rasakan ketika Allah menakdirkan saya ber-buddy dengan Mba Gitaria Eka Puspitasari dari IP Tangerang Selatan, salah seorang teman sekelas di Keluarga Finansial. Mba Gita adalah salah seorang dari 5 peserta Buncek yang kami saling berbagi hadiah di pekan ke-6 kemarin. Pada hari Jum'at pun kami saling mengalirkan rasa kami... 

Mba Gita menjelaskan bahwa yang ia rasakan saat mengikuti Kelas Bunda Cekatan itu ibarat membuka kunci setelah hibernasi pasca resign. Mba Gita dulunya adalah seorang markerter dari salah satu bank syariah di Indonesia. Terinspirasi dari begitu besar tantangan dalam mengedukasi bank syariah kepada nasabah, Mba Gita memiliki sebuah mimpi mulia yaitu ingin mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada orang-orang untuk menerapkan keuangan syariah (Islamic finance) di dalam kehidupan mereka, dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Masya Allah... Di sini saya melihat ada kesamaan visi saya dengan Mba Gita yaitu kami ingin berdakwah agar masyarakat mau berhijrah dari sistem ekonomi dan keuangan konvensional, menuju sistem syariah. Semoga ini menjadi salah satu ikhtiar kami dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran) dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah. Aamiin...

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.(QS: Ali Imron 110)

Mba Gita melanjutkan bahwa fokus utama dari dakwah ini terutama pada pola pikir alias mindset pada perencanaan keuangan syariah (sharia financial planning). Ia menuturkan kaitannya dengan financial planning, bahwa tugas manusia di dunia hanya dua yaitu mencari dan mengelola. Kedua hal ini pun yang akan dimintai pertanggungjawabannya, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist yang berbunyi,

"Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya darimana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya." (HR. At-Tirmidzi 2147)

Terutama untuk masalah menabung (saving) serta investasi, Mba Gita ingin sekali mengajak orang-orang untuk berhijrah ke produk dan lembaga keuangan syariah, dimulai dari bank syariah sebagai operasional sehari-hari, investasi ke produk syariah seperti sukuk, saham, fintech, dan lain sebagainya.

Maka berdasarkan sharing dari hati ke hati tersebut, ada beberapa bekal yang ingin saya berikan kepada Mba Gita dalam mimpinya untuk membumikan perencanaan keuangan syariah (sharia financial planning), yang juga merupakan sebuah nasihat untuk diri saya pribadi, yaitu sebagai berikut :



1. Sincere intention only for Allah
Apapun yang kita lakukan, jika diniatkan karena Allah SWT, maka akan dicatat sebagai amal ibadah di sisi-Nya insya Allah. Dengan visi yang amat mulia, saya yakin bahwa ini merupakan salah satu ikhtiar Mba Gita dalam mencapai ridho Allah. Aamiin.. "Amal itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.." (HR. Bukhari dan Muslim) 

2. Positive thinking and feeling
Berkaca dari pengalaman orang-orang yang sudah lebih dulu berkecimpung dalam dakwah di bidang ini, tantangan yang dihadapi dari berbagai aspek itu sangat nyata adanya. Namun, itu semua insya Allah akan dapat dilalui jika kita selalu memiliki pikiran dan perasaan yang positif, alias selalu ber-khusnudzon (berpasangka baik) kepada Allah. Yakinlah bahwa Allah akan menolong orang-orang yang berusaha untuk menolong agama-Nya. 

3. Good Supporting System
Tentu berdakwah akan terasa berat jika dilakukan sendirian. Maka kolaborasi dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama, juga support dari lingkungan terdekat amat diperlukan. Ini bisa dilakukan misalnya dengan menjadi anggota kumpulan penggiat ekonomi dan keuangan syariah seperti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) atau organisasi lain yang sejenis. Saya doakan Mba Gita akan dikelilingi orang-orang yang support terhadap visi dan mimpi muliamu Mba :)

4. Keep Your Ultimate Goal and Vision in front of your eyes
Visi yang diceritakan oleh Mba Gita sungguh mulia. Jadikan itu sebagai penyemangat dan motivasi kenapa Mba Gita menjalankan project ini. Sekali lagi, pasti kita akan melewati masa-masa ups-downs, maka motivasi terbesar itulah yang akan mendorong kita untuk terus berbuat.

5. Tetap up-grade pengetahuan dan ilmu
Saya yakin dengan background Mba Gita sebagai seorang tim marketing bank syariah, ada banyak ilmu yang sudah Mba Gita miliki. Tapi manusia harus terus belajar, dari manapun dan kepada siapa pun, selama itu baik dan bermanfaat. Bisa dari online, offline dan lain sebagainya.

6. Doa dan istiqomah
Selalu hiasi ikhtiar kita dengan doa, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi untuk masyarakat yang lebih luas. Kemudian konsisten alias istiqomah-lah. Ini sangat susah, tetapi semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang konsisten di dalam kebaikan dan ketakwaan. Aamiin...

Terakhir, saya menghadiahkan Mba Gita sebuah video singkat tentang "Urgensi Manajemen Keuangan menurut Pandangan Islam" dari ayah saya, Prof. Didin Hafidhuddin, serta buku berjudul "Manajemen Keuangan Syariah" yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Boedi Abdullah, M.Ag sebagai kenang-kenangan dan penyemangat Mba Gita dalam menjalankan project "Keluarga Cerdas Finansial" ke depannya. Sukses selalu Mba Gita. Doaku menyertaimu, Insya Allah... Saling doakan yaa... :)