Akhir-akhir ini Indonesia tengah hangat dengan berita Pemilu. Bukan hangat lagi, tapi sedikit panas malahan. Ehehehe.. Yup, gimana engga, udah tinggal menghitung hari, negara kita akan "berpesta" demokrasi dengan memilih para calon wakil rakyat yang akan duduk di bangku legislatif tanggal 9 April besok. Mereka yang terpilih kelak, akan mewakili "suara-suara" kita, inspirasi kita, ide-ide kita. They actually will represent us for our country. Ngeri ya? Hehehe..
Kalau di luar negeri, Pemilu diadakan sebelum tanggal 9 April.
Misalnya di Canberra, informasi dari Ais temen saya di sana, Pemilu diadakan tanggal 5 April hari ini. Kalau di sebagian Kuala Kumpur, insya Allah Pemilu legislatif ini diadakan besok. Iyaaa... Saya besok akan nyoblos! Yeayy! *kegirangan sendiri
Akan ada 12 partai yang "bertarung" untuk mendapatkan tempat di kursi legislatif. Tiap partai tersebut mengusung calon-calon mereka berdasarkan daerah pemilihan, mulai dari tingkat kota, kabupaten, hingga tingkat nasional.
Kalau saya perhatikan lewat media massa atau social media kaya twitter, FB, path, dll, tiap-tiap partai tersebut punya aksi kampanye untuk mengusung calon-calon dari partai mereka. Ditambah ada juga kritikan-kritikan bagi partai atau calon yang diusung partai dengan kritikan yang beraneka ragam, mulai dari kritikan halus, sampe kritikan pedes kaya cabe rawit.
Tapi ada pula sekelompok orang-orang yang memilih bersikap apatis. Dengan alasan tidak ada partai yang cocok, kelompok ini memilih jalur lain yaitu untuk tidak memilih saat Pemilu nanti. Menurut mereka, "tidak memilih" ini pun merupakan hak politik.
Hmm.. Kalau menurut saya, aktif berpartisipasi dalam Pemilu tadi merupakan hak sekaligus kewajiban bagi pribadi masing-masing sebagai bentuk rasa tanggung jawab kita terhadap keberlangsungan negara kita. Kenapa? Bayangkan para caleg yang bertarung di ajang Pemilu ini adalah mereka yang kelak akan menentukan kebijakan strategis di negara kita. Nantinya kebijakan ini tentunya akan berpengaruh nyata bagi kehidupan kita, dan juga bagi anak cucu kita kelak.. *elus-elus perut.
Misalnya, UU tentang pendidikan, agama, hak bernegara, politik, dll akan ditentukan oleh para wakil rakyat kita di DPR. Kira-kira penting ga sih? Apakah kita mau tidak peduli dan bersikap ignorant dengan sesuatu yang nantinya akan sangat berkaitan dan berpengaruh buat kehidupan kita dan manusia Indonesia saat ini dan saat nanti? Well, ask our heart, and we must already know the answer.
Jadi, saya rasa, alangkah tidak bijaknya kalau kita tidak memanfaatkan hak pilih kita.
Janganlah ngaku-ngaku cinta Indonesia, punya nasionalisme tinggi, tapi giliran dikasih hak yang sangat krusial, tapi ga dipake. Iya kan? ;)
Nah, tapi tentunya, untuk memanfaatkan pilihan tersebut, kita harus jadi pemilih yang cerdas. Yaitu pemilih yang memilih berdasarkan ilmu. Gak percaya buta gitu aja, atau malah ikut-ikutan. Jadi, kita paham betul apa yang kita pilih, siapa yang kita percayakan untuk duduk di DPR mewakili kita.
Iya benar memang ga ada partai yang sempurna saat ini. Namanya kumpulan manusia, pasti sumbernya salah. Kalau ideal terus, bener terus, itu mah malaikat. Kita manusia kan, bukan malaikat? Coba cek punggungnya, ada sayap apa engga? :p
Nah, menurut saya, ada tiga hal yang bisa kita persiapkan untuk menjadi pemilih cerdas.
Pertama, pelajari dulu partai-partai yang ada.
Mulai dari ideologi yang mereka miliki, visi dan misi yang mereka usung. Sesuai ga sih dengan keyakinan dan worldview kita? Pelajari juga sepak terjang mereka. Apa yang udah mereka lakukan selama ini? Korupsikah mereka? Banyak merugikan kah mereka? Rasanya informasi saat ini udah banyak menampilkan fakta-fakta tentang hal tersebut. Masa masih percaya sama partai yang kasus korupsinya banyak? Iya ga sih? ;) Pelajari juga kontribusi mereka selama ini. Apa hanya selama Pemilu aja jadi tetiba baik, ataukah whatever happen they still contribute regardless of any thinking would it give any benefit in return form them?
Kedua, liat cara kampanye dari partai-partai tersebut.
Apakah cara kampanyenya sesuai atau tidak? Misalnya, cara kampanye dengan kasih suap uang ke calon pemilih. Percaya deh, kalau udah kampanyenya bagi-bagi uang, pasti saat mereka terpilih nanti, mereka akan cari cara untuk membalikan "modal" yang mereka keuarkan saat kampanye. Ya iyalah, rugi bandar lah. Ya wajar kalau yang kaya gitu tetep dipilih, korupsi pasti akan merajalela nantinya. Maka kalau ada yang mau kasih uang, jangan pilih orangnya, terus laporin deh :D contoh lain, kalau kampanyenya hanya menggembor-gemborkan aksi-aksi yang (maaf) berbau-bau pornografi, udah deh say goodbye. Apa sih yang diharapkan dari aksi kampanye seperti itu? Liatnya aja saya malu dan sedih :(
Ketiga, istikharahlah sama Allah.
Emangnya cuma cari jodoh aja yang perlu istikharah? Hhehe... Memilih pemimpin dan wakil kita pun harus donk. Karena Allah lah yang paling tau apa yang terbaik. Dialah sumber dari segala sumber kebenaran. Jadi, melibatkan Allah dalam setiap pilihan kita merupakan kebutuhan kita. Iya kan?
Kalau kata Aa Gym, "Partai tidak ada yang sempurna. Maka pilihlah yang banyak patuhnya, yang sedikit pelanggarannya, dan yang tidak tergantung pada figur."
Kalau kata Dr. M. Natsir, "Umat Islam tidak boleh buta politik. Siapa yang buta politik, akan dimakan politik itu."
Jadi, buat seluruh sahabatku setanah air, yuk kita manfaatkan suara dan hak pilih kita untuk Pemilu nanti. Yuk jadi pemilih yang cerdas. Semoga Indonesia kelak akan memiliki pemimpin yang adil, jujur, dan sayang sama rakyatnya. Aamiin..
Happy voting! ;)